Buat Perpustakaan kan, Gampang?

Sebuah renungan pasca Kuliah Kerja Nyata

Catatan Kaki
Catatan Kaki
2 min readAug 21, 2018

--

Kalau ada yang bilang, “Buat perpus tuh gampang”, kenyataannya memang gampang. Perpustakaan, minimalnya, hanya butuh sebuah ruangan, sebuah rak buku, dan setumpuk buku. Syukur jika sudah ada, hanya butuh dibuka saja. Hal serupa terjadi pula pada taman baca.

Untuk meramaikan pun bisa dikatakan gampang. Cukup mengundang sekolah terdekat, minimal setingkat TK, paling mudah setingkat SD. Undang anak-anaknya untuk masuk dan membaca buku-buku disana. Sediakan waktu saja sekitar satu jam, dapat dipastikan keramaiannya.

Untuk sistem pinjam meminjam, dapat diatur pula. Cukup dengan membayar orang menjadi penjaga, siapkan komputer, lalu catat buku yang akan dipinjam pada Excel. Urusan mengembalikan atau tidak dipikir belakangan saja. Toh yang penting perpustakaan ramai.

Itu kalau berbicara mengenai jangka pendeknya saja. Itu kalau tidak melihat esensi perpustakaan.

Jika dipikir-pikir, perpustakaan ada untuk memfasilitasi minat baca penduduk, tak peduli masih belia atau sudah tak muda lagi. Minat baca ini merupakan cerminan dari kemauan para penduduk untuk belajar. Sehingga, perpustakaan tidak hanya menjadi versi fisik dari internet, yang hanya menyediakan informasi-informasi yang entah dicari pengunjung atau tidak. Perpustakaan juga mestinya dapat menjadi sebuah ruang publik tempat penduduk berkreasi saat sedang senggang.

Dari sinilah semua menjadi sulit.

Pembangunan perpustakaan menjadi sulit karena perpustakaan hanya dianggap sebagai gudang buku-buku yang disumbang dari Pemda. Pembangunan perpustakaan menjadi sulit karena membutuhkan tenaga pengurus, waktu, dan biaya yang tak sedikit. Pembangunan perpustakaan menjadi sulit jika pihak-pihak yang terlibat, utamanya pihak paling berwenang di daerah tersebut, tiada mengerti mengenai tujuan jangka panjang dari perpustakaan, yaitu merangsang minat belajar penduduknya, seminimal-minimalnya anak-anak sekolah.

Kalau sudah begini, kenapa harus berlelah-lelah membangun perpustakaan? Bukankah gawai kita sudah cukup untuk itu?

Perenungan di tempat KKN, sebuah tempat indah yang tengah dirongrong nafsu eksploitasi manusia

oleh: Indrabayu S.

--

--