Apa sebenarnya pekerjaan Product Manager atau Manajer Produk itu?

Retno Ika Safitri
Bikin Aja Dulu!
Published in
10 min readJan 8, 2019
Credit to: Humaaans.com

Kalau kamu melakukan pencarian gambar di mesin pencari dengan kata kunci product manager biasanya yang akan tampil di 5 baris pertama adalah:

Sekalipun gambar ini seperti terlalu menyederhanakan definisi pekerjaan seorang PM, tetapi ia cukup memudahkan pemahaman orang awam. Tetapi banyak juga orang yang setelah melihat gambar itu lalu menganggap bahwa untuk menjadi PM berarti harus menguasai semuanya. Padahal tidak demikian.

Mari kita bahas satu-persatu.

Apa sih PM itu?

Sebenarnya, di setiap perusahaan, peranan/fungsi seorang PM itu bisa berbeda-beda, tergantung produk yang dibuat. Tetapi pada umumnya:

PM adalah orang yang membantu memandu tim dalam membangun dan mengembangkan produk yang tepat untuk pengguna.

Tepat dalam artian produk tersebut memiliki nilai bagi pengguna, mudah digunakan dan juga layak digunakan oleh pengguna (Marty Cagan, 2008).

Seorang PM yang baik seharusnya memiliki pengalaman mendalam di salah satu dari 3 bidang di atas (UX, teknologi atau bisnis), punya rasa ingin tahu yang tinggi terhadap semuanya, dan fasih dalam berkomunikasi dengan praktisi dari masing-masing bidang.

1. Bisnis

Fungsi tertinggi dari manajemen produk adalah untuk memaksimalkan nilai bisnis dari suatu produk. PM harus selalu fokus pada kegiatan optimalisasi produk untuk meraih tujuan bisnis yang dapat memaksimalkan ROI (return of investment).

2. UX (User Experience)

PM harus dapat menerjemahkan keinginan dan kebutuhan pengguna terhadap produk yang dibuat. Ini bukan berarti bahwa produk yang dibuat harus sempurna sampai ke bagian terkecil , tetapi berarti bahwa PM harus selalu menguji produk langsung ke pengguna, berbicara langsung dengan mereka agar bisa mendapatkan umpan balik langsung.

3. Teknologi

PM pun harus tahu teknologi apa saja yang perlu digunakan agar dapat membuat produk yang semakin baik. Bukan berarti si PM harus menguasai pemrograman, ya! Tetapi teknologi disini tidak terbatas hanya pada bahasa pemrograman saja. Melainkan juga sistem kerja apa yang dapat diterapkan di tim, arsitektur seperti apa yang mesti dibangun dan sebagainya. Dengan begitu, PM dapat mengatur sumber daya yang perlu dikeluarkan.

MVPM — Minimum Viable Product Manager

Brandon Chu menjabarkan konsep MVPM miliknya seperti ini:

MVPM adalah sekumpulan ketrampilan dan pengetahuan yang berguna untuk menjadi PM generalis yang efektif.

Tetapi bukan berarti juga semua yang dijabarkan dalam MVPM ini harus kamu miliki disaat baru memulai karir sebagai PM, lho. Ia dapat berfungsi sebagai silabus yang berguna untuk memandumu dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan baru agar dapat menjadi PM yang handal.

MVPM: Teknologi

PM harus mengetahui 3 hal dari sisi teknologi, yaitu:

  1. Tech stack
  2. Arsitektur Sistem
  3. Model data dan API

Tech stack

Disini, istilah “tech stack” berarti kumpulan berbagai teknologi yang digunakan oleh engineers untuk membangun produk.

Cara tercepat untuk belajar
Ngobrol dengan salah satu engineer yang memiliki pengetahuan mendalam tentang stack yang digunakan, catat semua nama-namanya, dan lakukan riset melalui mesin pencari. Pelajari cara kerja, kelebihan dan kekurangan dari setiap teknologi, agar kamu tahu bagaimana menyeimbangkannya.

Kenapa harus menguasai ini?
Ketika anggota tim mu berdiskusi, kamu bisa dengan cepat memahami apa yang dibahas, dan kamu tidak tertinggal jauh di belakang. Dengan begitu, kamu juga bisa dengan cepat memikirkan dan menjalankan strategi yang sesuai.

Arsitektur Sistem

Kalau stack adalah kumpulan teknologi yang digunakan untuk mengembangkan produk, maka arsitektur sistem adalah rancangan struktur dari teknologi yang digunakan agar dapat bekerja sebaik mungkin untuk menghadirkan produk.

Cara tercepat untuk belajar
Jika kamu bukan seorang PM yang memiliki latar belakang teknologi, minta engineer di tim untuk menggambarkan arsitektur sistem dari produk yang dibuat. Bentuknya kira-kira seperti ini:

Arsitektur Sistem e-Commerce

Nggak perlu kaget dan khawatir sulit memahami. Minta pada si engineer untuk menjelaskan maksud dari tiap elemen yang ada di dalam skema itu dan apa yang ia jalankan. Tentunya ada bagian yang menangani konektivitas, ada bagian untuk logika bisnis, dan juga tempat untuk menyimpan data. Hal ini akan sangat berguna untukmu.

Kenapa harus menguasai ini?
Jika kamu sudah memahami arsitektur sistem dari produk yang menjadi tanggung jawabmu, secara tidak langsung kamu akan mulai berfikir dan mengambil keputusan dengan pendekatan ala engineer. Lagi-lagi, ini akan membantumu membangun dan menerapkan strategi yang sesuai.

Model data dan API

Model data adalah satu bentuk data yang mengatur informasi yang digunakan dalam produkmu. Ia juga mengatur standarisasi bagaimana sebuah informasi berhubungan satu sama lain. Informasi disini yang kemudian disebut entitas yaitu Pelanggan, Produk Jualan, Kartu Kredit/Debit, dan lainnya. Masing-masing entitas ini dapat berhubungan satu sama lain dengan aturan dan struktur yang sesuai. Misalnya, seorang pelanggan bisa membeli banyak barang namun hanya memiliki satu kartu debit.

API (Application Programming Interface) adalah cara bertukar data antara dua atau lebih aplikasi yang menggunakan tech stack berbeda. Ia juga dapat digunakan untuk bertukar data antara produkmu dengan aplikasi lain milik pihak ketiga, misalnya dalam konteks eCommerce diatas, kamu dapat menghubungkan portal eCommerce-mu dengan payment gateway untuk melakukan pembayaran online, dan juga layanan analitik (misal: Google Analytic). API ini biasanya terbagi menjadi dua yaitu API untuk publik, dan API privat.

Cara tercepat untuk belajar
Mulailah belajar dari API publik yang tersedia. Baca dokumen terkait API yang dibuat oleh engineer. Jika tidak tersedia dokumen yang terpisah, biasanya engineer menyediakan dokumentasi sederhana di dalam baris-baris kode. Pelajarilah dengan seksama, karena biasanya dari situ kamu juga dapat mempelajari model data yang digunakan.

Kenapa ini bisa membantumu?
Memahami model data dapat meningkatkan pemahamanmu akan informasi apa saja yang bisa kamu manfaatkan untuk membuat produkmu menjadi lebih baik lagi. Dan memahami API masing-masing aplikasi, baik itu produkmu sendiri maupun produk vendor, dapat menambah pengetahuanmu akan layanan apa saja yang disediakan dan juga kira-kira layanan mana yang bisa diintegrasikan.

MVPM: UX (User Experience)

Ada 3 hal yang harus dipahami oleh PM terkait UX, yaitu:

  1. Design pattern
  2. Riset pengguna / User Research
  3. Purwarupa / Prototyping

Design Pattern

Semua produk pada akhirnya akan menciptakan pola yang kemudian disebut design pattern. Pola ini biasanya digunakan secara konsisten di seluruh produk dalam bentuk komponen visual dan juga interaktif. Misalnya saja untuk produk aplikasi web eCommerce-mu, tombol harus berbentuk membulat dengan radius 100px, tulisan tombol harus berwarna hijau dengan tulisan putih, tautan harus bergaris bawah, jika kursor diarahkan di atas tombol maka ikon yang terlihat adalah ikon tangan, dan sebagainya.

Ketika produkmu semakin besar dan memiliki fitur yang semakin banyak, diperlukan pola yang konsisten untuk mempermudah pembagian kerja di tim, dan juga membantu pengguna menyelesaikan pekerjaan mereka lebih cepat tanpa kebingungan.

Cara tercepat untuk belajar
Berbicaralah dengan desainer di tim-mu, karena merekalah yang paham luar-dalam soal ini. Jika diperlukan, minta mereka untuk memberimu panduan desain yang menyeluruh. Dan jangan lupa minta engineer yang mengurusi antarmuka (front-end engineers) untuk memberimu akses ke library antarmuka produk. Dengan demikian kamu akan lebih cepat menguasai kelas-kelas yang digunakan, spesifikasi dan detailnya seperti apa, dan sebagainya. Jadi ketika perlu dikembangkan atau direvisi, kamu akan lebih mudah merujuk ke titik yang tepat.

Kenapa harus menguasai ini?
Mudahnya begini, kamu bisa menjadi PM yang tahu cara berfikir desainer produk dalam tim-mu. Kamu tahu alasan mereka mengambil keputusan tertentu, yang tidak lepas dari kepuasan pengguna juga. Dan ketika kamu perlu melakukan perubahan, kamu juga sudah menyiapkan alasan yang sesuai, dan itu adalah yang terbaik untuk masa depan produkmu juga.

Menjalankan riset pengguna

Seorang PM harusnya dapat menjadi penghubung antara konsumen/pengguna dengan orang-orang di tim pengembang produk. Jika kamu tidak memahami konsumenmu dengan baik, percayalah bahwa produkmu akan cepat ditinggalkan dan gagal.

Cara tercepat untuk belajar
Saya pribadi berlatar belakang UX, dimana pekerjaan ini cukup banyak berkutat dengan data kualitatif dan kuantitatif. Yang bisa saya berikan untuk kamu (yang baru memulai karir sebagai PM) yaitu:

  1. Pelajari data statistik produkmu. Ini bisa berasal dari layanan analitik yang digunakan, bisa juga dari riset yang kamu lakukan. Buat sampel konsumen yang ingin kamu pelajari, dan fokus analisa sampel tersebut.
  2. Lakukan survey dan wawancara dengan beberapa pengguna produkmu. Ada banyak sekali tools yang bisa kamu gunakan untuk ini. Namun yang paling penting adalah menanyakan pertanyaan-pertanyan yang tidak bias dan tidak menjurus, jadi hasilnya berkualitas dan bisa dipakai.
  3. Pelajari bagaimana cara membuat kesimpulan dari hasil survey dan wawancara dan berhati-hatilah agar tidak membuat kesimpulan sepihak.
  4. Jangan lupa lakukan pengujian pada pengguna, tanpa mereka perlu tahu prosesnya. Salah satunya bisa menggunakan AB Testing.

Bagaimana ini bisa membantumu?
Dengan terus-menerus melakukan pengujian produk ke pengguna, kamu bisa menghindari kegiatan mengira-ngira dalam mengembangkan strategi produk. Jadi, sebelum mulai mengembangkan produk, kamu sudah memvalidasi masalah yang ingin diselesaikan melalui produkmu, apakah benar masalah ini yang harus diselesaikan apa bukan. Dan ketika produkmu sudah dirilis ke pasar, kamu tetap harus memvalidasi ulang bahwa solusi yang kamu buat ini dapat menyelesaikan masalah konsumen.

Di C&M, kami selalu melakukan Design Sprint sebelum memulai mengerjakan produk klien. Karena terkadang, solusi yang dibuat itu justru meleset dari kebutuhan konsumen. Tentunya ini untuk menghindarkan klien kami dari pekerjaan sia-sia.

Membuat purwarupa untuk menguji ide

Disini maksudnya adalah kamu bisa membuat mockup atau maket visual sendiri untuk mengekspresikan idemu secara efektif, dan mengkomunikasikan konsep yang kamu tawarkan sejelas mungkin. Efektif dalam artian, orang lain harus dapat melihat konsep buatanmu dan berinteraksi dengannya.

Cara tercepat untuk belajar
Banyak tools yang tersedia untuk membuat purwarupa / prototype. Kamu bisa menggunakan Sketch, Figma, InvisionApp, dan lainnya. Dan ada banyak sekali tutorial yang dapat membantumu menguasainya dengan lebih cepat. Saya sendiri menggunakan Sketch dan Zeplin untuk mempercepat pekerjaan. Dari sini, engineer sudah dapat melihat bagaimana seharusnya produk tersebut terlihat dan berinteraksi dengan pengguna.

Bagaimana ini bisa membantumu?
Dalam pengembangan produk, biasanya tidak ada yang berjalan mulus dan lancar-lancar saja. Jika misalnya hasil riset pengguna menunjukkan hasil yang tidak sesuai harapan tim produk, maka desainer harus terlebih dahulu merevisinya, baru kemudian engineer yang akan melanjutkan. Padahal biasanya desainer sedang mengerjakan bagian yang lain. Dan kemudian akan terjadi blocking yang bisa menghambat pengerjaan. Disinilah posisimu seharusnya dapat menjadi pengganti desainer dan membantu engineer untuk dapat melakukan revisi secepat mungkin.

MVPM: Bisnis

Yang perlu PM kuasai terkait bisnis ada 3 hal, yaitu:
1. Manajemen Proyek
2. Menyusun metrik dan perkiraan dampak
3. Mengumpulkan dan menganalisa data

Manajemen Proyek

Jenis pekerjaan ini sebagian besarnya berurusan dengan interaksi dan tingkah laku manusia, tidak hanya soal bagaimana menjalankan proyek dengan baik dan sesuai tenggat waktu. Permasalahannya, manusia memiliki kepribadian, tingkah laku dan kebiasaan yang kompleks. Dan menggabungkan beberapa orang sekaligus dalam satu tim meningkatkan kompleksitasnya.

Namun, sesuai dengan nama pekerjaannya, manajemen proyek berarti mengelola sebuah proyek agar tepat waktu, sesuai budget dan kualitas yang diinginkan. Untuk membantu mengelola proyek, ada beberapa tools yang bisa kamu pelajari dan kuasai.

  1. Pahami dasar-dasar pengembangan produk agar kamu bisa memahami cara berpikir dan bekerja anggota tim. Pelajari Git sebagai version control (kamu bisa menggunakan GitHub atau Gitlab). Jika tim-mu terbiasa dengan CI-CD (continuous integrationcontinuous deployment), maka pelajari bagaimana dan kapan kode yang sudah dibuat bisa hadir ke pengguna.
  2. Pelajari metode-metode kerja yang biasa dipakai tim pengembang software di sekitarmu. Biasanya yang umum dipakai adalah metode agile, scrum dan kanban. Jika kamu tahu perbedaan dari masing-masing metode, maka kamu dapat dengan mudah mengaplikasikan metode tersebut ke tim atau merancang metode sendiri yang sesuai dengan cara kerja tim-mu.
  3. Pahami siapa saja orang-orang yang bertindak sebagai pengambil keputusan di perusahaan tempatmu bekerja dan bagaimana struktur organisasinya. Dengan demikian, ketika kamu harus mempercepat rilis produk, kamu tahu siapa yang harus “dikejar”.

Menyusun metrik dan perkiraan dampak

Setiap produk yang ingin meraih kesuksesan harus memiliki metrik yang jelas. Hal-hal dasar seperti pendapatan yang diterima, jumlah pengguna terdaftar, jumlah pengguna aktif, pertumbuhan pengguna, dan mesih banyak lagi yang lainnya.

Dengan demikian, tim-mu bisa memiliki tujuan jangka pendek yang jelas dan tahu kemana langkah yang mesti dijalankan agar dapat memenuhi tujuan jangka pendek tersebut.

Pembahasan terkait metrik ini akan saya bahas lain kali, karena terlalu panjang. Namun yang jelas ada 2 model yang bisa dipakai, yaitu:

  1. Asumsi hitungan ekonomi dari sebuah produk, dan
  2. Asumsi penambahan sumber daya yang bisa memberi dampak pada produk.

Hal ini berguna untukmu dalam menguji insting dalam membuat asumsi, dan memastikan produkmu punya potensi yang lebih baik di masa depan.

Mengumpulkan dan menganalisa data

Supaya dapat mengambil keputusan yang cepat, kemampuan mengumpulkan data sendiri menjadi hal yang penting bagi PM. Mengapa?

Yang pertama, bergantung pada orang lain untuk mengumpulkan data buatmu tentunya akan memakan waktu mereka. Pekerjaannya jadi tertunda hanya untuk memenuhi permintaanmu (apalagi jika kamu adalah atasannya) dan kamu juga jadi hanya menunggu tanpa melakukan apa-apa.

Dan kedua, insight hanya datang dari iterasi analisa data terus-menerus. Tidak ada yang namanya baru sekali mengumpulkan dan menganalisa data lalu dapat insight yang bagus. Halusinasi!

Cara tercepat untuk belajar
Lihat dan cek kembali infrastruktur data yang ada di perusahaan tempatmu bekerja. Kalau tempat kerjamu menggunakan aplikasi khusus untuk itu, kamu perlu banyak-banyak bersyukur. Jika tidak, berarti kamu harus meminta akses ke engineer agar dapat melakukan SQL query dan belajarlah sendiri untuk dapat melakukannya.

Dengan demikian, kamu bisa menciptakan kebiasaan baru yaitu mengambil semua keputusan berdasarkan data yang kamu olah sendiri. Selain proses pengumpulan dan analisa data jadi lebih cepat, produkmu pun jadi semakin baik. Dan tentunya bisa berdampak baik kemana-mana.

Menjadi seorang PM itu berarti kamu punya tanggung jawab yang besar. Ini adalah posisi yang multiplikatif, dalam artian, seorang PM harus dapat memberi contoh bagi anggota tim nya. Seorang PM dipekerjakan agar dapat memangku posisi yang cukup penting dan multifungsi. Dan jika PM mengambil langkah yang salah, maka keselamatan produk (bahkan perusahaan) bisa terancam.

Belajarlah terus, perhatikan kebutuhan tim-mu dengan seksama, kumpulkan dan analisa data terkait produkmu. Pasti kamu akan semakin jago dan jadi PM yang handal.

Retno Ika Safitri adalah Mitra Pendiri dan Ahli Strategi Produk di C&M, konsultan desain dan strategi produk dan jasa yang berpusat di Bali, Indonesia. Ikuti Retno di Instagram dan laman FB nya.

--

--

Retno Ika Safitri
Bikin Aja Dulu!

Chief of Product in Tanibox. COO of All Trades Digital, Managing Talented Designer at Pixeltroops. Based in Tallinn and Bali.