Keterampilan (Skills) Dahulu, Alat Bantu (Tools) Kemudian

Prasaja MuktišŸŒ
Bikin Aja Dulu!
Published in
4 min readJan 24, 2019

Berbagai kebanggaan menggunakan tools yang berujung pada debat tak berkesudahan membuat saya tergerak menulis artikel ini.

Mempelajari alat bantu atau tools dalam keseharian adalah langkah untuk memahami bagaimana menggunakan sesuatu dengan cermat. Tapi tanpa keterampilan atau skill yang mendasar, penggunaan tools atau alat bantu justru bisa berdampak kurang maksimal dalam penggunaan.

Membaca bagaimana Agile, Design Sprint, Lean, sebagai berbagai langkah pendekatan dan kata kunci yang ketenarannya meningkat dalam beberapa tahun terakhir membuat saya tertarik dan penasaran untuk mempraktikannya dalam pengembangan produk di kantor. Tidak dipungkiri masih banyak sekali perusahaan atau tim yang masih menggunakan metode konvensional seperti waterfall dan merasa tidak perlu mencoba metodologi baru ataupun alat bantu dalam beradaptasi dengan perkembangan bisnis dan teknologi yang begitu cepat.

ā€œIf it ainā€™t broke, donā€™t fix itā€

Pola pikir di atas sudah mengendap dalam kepala saya selama 25 tahun saya hidup, sampai pada akhirnya saya terbiasa membaca konten di medium tentang berbagai metodologi yang memudahkan pekerjaan berbagai lini bisnis.

Sama seperti opini, metodologi dan alat bantu yang ada harus selalu kita pertanyakan efektivitasnya.

Apakah bisa membuat kita lebih produktif?

Apakah bisa membuat tim kita lebih kreatif?

Apakah bisa membuat produk kita lebih bermanfaat pada pelanggan?

Di medium, tiap kali saya membaca tentang Agile, Design Sprint, Lean, dan sejenisnya, selalu ada contrarian atau seseorang yang membantah di kolom komentar. Mulai dari metode yang disampaikan tidak efektif lah, tidak bisa diukur kesuksesannya, sulitnya birokrasi, dan lain-lain. Banyak yang pendapatnya kurang berdasar, tapi ada komentar yang membuat saya setuju, intinya adalah:

Tools hanyalah alat bantu yang suatu saat bisa tergantikan dengan versi yang lebih baik, lebih efektif, dan lebih bermanfaat. Beropini tentang tools tertentu sifatnya sempurna hanya buang-buang waktu. Asah keterampilan yang mendasar dan gunakan tools untuk membantumu berkembang dan pecahkan masalah bisnis dengan efektif.

Dari situ, saya sadar untuk selalu mempertanyakan apakah yang harus saya asah dan pertajam. Apalagi setelah beberapa kali berdiskusi dengan berbagai praktisi yang expert di bidangnya dan meminta pendapat langsung hal apakah yang harus diasah dalam mengembangkan karir, mayoritas mendambakan talenta yang memiliki keterampilan spesifik sebelum mahir menggunakan alat bantu dalam memudahkan pekerjaannya.

Berikut ada beberapa keterampilan yang harus diperhatikan.

Manajemen Waktu šŸ•‘

Atau disebut sebagai time-management bagi orang-orang yang kesehariannya nyaman menggunakan bahasa Inggris (shout out to South Jakartans!). Dalam keseharian, bekerja, maupun mengembangkan bisnis pribadi, manajemen waktu sangatlah penting. Memprediksi berapa lama waktu dihabiskan untuk melakukan sesuatu dan merencanakan berbagai hal yang nantinya disusun dalam perencanaan yang rapi akan membuatmu makin nyaman dan teratur dalam mengerjakan sesuatu.

Problem Solving šŸ’”

Memecahkan masalah merupakan keunikan tersendiri karena sudut pandang tiap orang tentulah berbeda. Ada yang mampu memecahkan masalah dengan simpel, ada pula yang memecahkan masalah dengan caranya sendiri yang terstruktur namun prosesnya lama.

Banyak yang berpendapat pula bahwa problem solving yang efektif biasanya dilontarkan oleh orang malas. Benarkah seperti itu? Silakan buktikan dengan amati sekitarmu dan cobalah pecahkan masalah yang timbul.

Open Minded šŸ‘

Berpikiran terbuka itu mudah sekali. Terkecuali untuk orang yang egonya memiliki massa dan kepadatan lebih dari batu koral.

Berpikiran terbuka tidak hanya mempersilakan informasi dari luar untuk masuk saja, tapi juga mencerna dan mempertimbangkan manfaatnya. Bila apa yang dicerna hanyalah informasi yang sejenis dan hanya berkumpul dengan orang yang memiliki sudut pandang sama (atau mirip), kemungkinan untuk berpikiran terbuka cenderung kecil. Solusinya? Biasakanlah untuk menghargai berbagai pendapat dan sudut pandang.

Kritis ā“

Bukan penyakit kritis, bukan.

Kritis yang dimaksud dalam artian selalu memastikan apakah informasi yang diterima adalah sesuatu yang benar-benar bisa memberi manfaat dalam kehidupanmu. Tidak hanya manfaat positif aja, manfaat negatif justru ā€” menurut saya ā€” impact-nya lebih besar dalam mempengaruhi hidup ataupun keputusan seseorang.

Sifat ABS atau ASAL BAPAK SENANG yang alur komunikasinya cenderung searah justru membuat banyak organisasi tidak berkembang secara mental dan profesional. Hanya pihak-pihak tertentu yang meraup keuntungan, dan lainnya selalu mengikuti perintah.

Kolaboratif šŸ‘­

Keterampilan kolaboratif? Hmm, bagaimana ya menjelaskannya.

Bila ada seseorang yang terbiasa mengerjakan sesuatu dengan sendirian tanpa ingin orang lain ikut campur, itu egois.

Bila ada seseorang yang selalu mendelegasikan tugasnya pada orang lain tanpa ada yang ia kerjakan, itu tidak tahu diri.

Kolaboratif bisa diartikan sebagai cara berkomunikasi dan membuka diri dalam mendelegasikan tugas sesuai kapasitasnya bekerja sama terhadap orang lain.

Sebenarnya masih ada banyak lagi keterampilan yang dianjurkan untuk terus dikembangkan. Beberapa artikel juga merilis betapa pentingnya mengasah keterampilan tertentu dalam menyambut era baru di masa depan. Di bidang apa pun, saya yakin akan ada ruang untuk mengembangkan keterampilan.

Tools hanyalah alat bantu dalam mencapai kebutuhan. Kadang bermanfaat, kadang inovatif, kadang yaa terpaksa dipakai karena tidak ada yang lain. Banyaknya alat bantu terkadang bisa membuat kita sendiri bingung memilih tools yang ada, apalagi tantangan untuk beradaptasi di era yang segalanya berjalan cepat sekarang.

Dalam setahun terakhir, saya benar-benar serius dalam mengasah keterampilan mengatur waktu, memecahkan masalah, dan berkolaborasi dengan berbagai tim pengembangan produk sebagai fasilitator Design Sprint. Saya pun yakin bahwa Design Sprint sebagai metodologi akan terus mengalami perkembangan yang signifikan demi mewujudkan versi terbaik dan efektif.

Bagaimana bila ada cara yang lebih efektif, murah, atau lebih menguntungkan lainnya?

Ya saya akan terus riset, mempertimbangkan, dan mengevaluasi apa manfaatnya dalam memudahkan hidup. Pokoknya jangan sampai dibutakan oleh satu hal (dalam konteks ini tools profesional dalam karir), apalagi menyalahkan ā€” bahkan merendahkan orang lain karena tidak sepaham dengan tools yang kamu gunakan.

Prasaja MuktišŸŒ adalah Content Strategist & UX Writer di Advance.Ai dan Head of Facilitator di Chloe & Matt, tim konsultan strategi produk yang berpusat di Bali, Indonesia. Ikuti Prasaja di Instagram @orepras dan akun twitter-nya.

--

--

Prasaja MuktišŸŒ
Bikin Aja Dulu!

UX Writer | Always interested in workplace that bringing their work more effectively & care about employee mental health.