Pipimu Merah Jambu

hrwbwt
Cerita Fiksi
Published in
2 min readMar 27, 2014

Rima melirik ke arah jam dinding di atas papan tulis kelasnya: Pkl 07:30. Hmm, harusnya ia sudah datang hari ini, pikirnya.

Oh Rima, tidakkah kau menantikan hadirku setiap pagi?

Rima sigap mengambil sapu di dekatnya, senjata ampuhnya sejak masuk SMU ini.

Rima menghela nafas berat. Lagi-lagi, setiap pagi ia harus melakukan hal ini. Sampai kapan ini berakhir? Kenapa sih ia tidak segera menyudahinya saja, supaya hidup Rima bisa tenang? Kenapa sih Ibu terlalu baik padanya? Kenapa sih ibu selalu baik sama semua murid-murid disekolahnya? Sekarang ia yang jadi kena repotnya… Lagi-lagi pikiran berkecamuk dalam otak Rima. Ia segera berjalan di koridor sekolah, membawa sapu andalannya melewati murid-murid yang tampak ceria.

Oh Rima, benarkah kau ingin ini berakhir begitu saja?

Langkah Rima berat, tapi tegap. Ia selalu tahu arah tujuannya: Jendela paling akhir di kelas di dekat taman sekolah.

Tap, tap, tap, kudengar kau melangkah. Aku tahu itu pasti dirimu. Dari balik jendela kelasku kulihat sosokmu mendekat. Saatnya kupastikan tali sepatuku terikat erat.

Rima melihat gerakan dari balik jendela, yang ditujunya sedang tergopoh-gopoh berlari ke pintu depan kelas. Rima mengendus kesal, sudah siap-siap dia rupanya.

Rima segera mempercepat langkah, hingga mereka berhadapan tepat di depan pintu kelas dalam waktu bersamaan.

“..eeeh..” Ben, target operasi yang dituju Rima tampak gugup tertangkap basah.

“kenapa? Mau kemana, ha?” Rima menantangnya. “Mau kabur?”

Ben menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Eh, Rima.. itu, gue.. lo.. lo kepo deh..hahaha..”

Rima memukul tangannya ke pintu, membuat Ben tersegak. “Lo gila ya, masih bisa ketawa-ketawa segala!” Rima mengadahkan tangan. “Mana!”

“Mana apaan?”

“Lo kan janji bayar hutang di kantin nyokap gue hari ini! Mana??!” Pipi Rima perlahan memerah.

Aduh Rima, pipimu yang merah jambu itu, kenapa selalu membuatku luluh?

“Ngg.. itu.. be, besok aja ya..” Ben tampak menghindar.

“Besok-besok mulu! Eeeee.. tunggu! Mau kemana lo? Eh, Ben!” Ben perlahan melipir ke koridor kelas. Rima berusaha menahan tapi tenaga perempuannya jelas kalah. Ben segera berlari kabur. Rima buru-buru meraih sapu dan mengejar Ben keliling sekolah. “BEEEENN! SIALAAAN!”

Oh Rima, kalau dengan berhutang pada ibumu aku bisa setiap pagi bersamamu, lalu untuk apa kubayar hutang-hutangku itu? Tidakkah kau tahu, Rima? I love you!

“BEEEENNN!!! BRENGSEEEEKKK!!!”

--

--

hrwbwt
Cerita Fiksi

Penulis lepasan. Tertarik dengan imajinasi, dunia penceritaan, produktivitas dan pengembangan diri.