Full-Stack Designer — apakah itu?

Ravi Mahfunda
Chevalier Lab
Published in
5 min readJun 10, 2019

Kalian berasal dari latarbelakang teknologi dan merasa dilemma saat memilih jenjang karir selanjutnya? Anda cinta coding tapi juga cinta design. Kenapa tidak menjadi seorang Full-Stack Designer?

Apakah itu Full-Stack Designer?

Full-Stack Designer adalah term yang baru-baru ini muncul. Full-Stack Designer merupakan role baru dalam dunia pengembangan aplikasi dimana seorang Full-Stack Designer berperan dan terlibat pada seluruh proses pengembangan aplikasi, dan tentu proses ini berawal dari User Analysis hingga Coding.

Full-Stack Designer itu…

Empatik

Pertama, seorang Full-Stack Designer itu empatik dan mampu mengerti baik user, bisnis, bahkan developer. Karena apa? Tentu karena seorang Full-Stack Designer berada di dalam kedua bidang tersebut. Bisa dibilang seorang Full-Stack Designer adalah developer-minded designer dan juga designer-minded developer.

Kelebihan hal ini adalah:

  • Highly function, yang berarti seorang Full-Stack Designer dapat bekerja secara maksimal dan efektif dengan mempertimbangan kedua sisi seperti batasan-batasan dari teknologi yang digunakan, komponen yang tepat, dan lain lain untuk meningkatkan efektivitas kerja
  • Balanced, dengan mempertimbangan kedua sisi seorang Full-Stack Designer dapat menciptakan produk yang baik dalam sisi Code, Design, dan Bisnis
  • Diverse Perspective, memiliki sudut pandang yang beragam dalam melihat sebuah permasalah karena pengetahuannya dalam kedua bidang

Namun dengan kelebihan itu juga menjadi kekurangan dari seorang Full-Stack Designer, yaitu:

  • Bound to Constraints atau terlalu terikat kepada batasan, hal ini dapat menciptakan bias pada seorang Full-Stack Designer saat mendesain sebuah solusi. Batasan-batasan akan selalu terbayang bayang dalam proses ideation sehingga ia hanya akan mendesain menggunakan yang ia tau memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pengembangannya. Hal ini merupakan hal yang baik, namun juga menjadi hal buruk saat batasan itu terlalu besar.
  • Less Creative, dikarenakan pemikiran yang dibatasi mengakibatkan seorang Full-Stack Designer cenderung lebih kurang kreatif dan jarang bereksplorasi. Dalam artian enggan untuk mencoba atau membuat pola baru dalam pengembangan aplikasi.
  • Unfocused, dikarenakan sudut pandang yang beragam pula tidak jarang seorang Full-Stack Designer merasa dilemma saat mengambil keputusan yang mengharusnya “trade-off” atau pengorbanan salah satu bidang.

Multi-discipline

Seorang Full-Stack Designer berarti memiliki dua bidang keahilan sehingga diperlukan minat dan kemampuan belajar yang besar, selalu ingin mencoba sesuatu yang baru dan mencari tantangan. Dalam kasus ini seorang Full-Stack Designer dapat terus belajar karena ada begitu banyak hal yang dapat dipelajari. Mungkin TERLALU BANYAK yang harus dipelajari.

Untuk sisi front-end developer saja sudah cukup kompleks dikarenakan spesialisasi yang banyak dan tools yang beragam, terutama dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat.

Front-End Developer Learning Path by Codeburst

Begitu pula untuk sisi design yang mencakup bisnis, psikologi, seni, filosofi, dan lain sebagainya. Namun hal ini lah yang menjadi tantangan untuk seorang Full-Stack Designer.

Bekerja secara Terstruktur

Seorang Full-Stack Designer akan bekerja secara terstruktur untuk mempermudah kolaborasi antar designer dan developer. Hal-hal seperti dokumentasi, design system, component-library, pixel-perfect design, hand-off, dan lain sebagainya merupakan teman baik seorang Full-Stack Designer. Dengan bekal kemampuan kedua sisi akan memudahkan Full-Stack Designer untuk bekerja sama dan berkomunikasi ke kedua sisi.

Lalu — bagaimana cara agar menjadi seorang Full-Stack Designer yang baik?

Jawabannya…

Jangan

Saya secara pribadi tidak menyarankan anda untuk menjadi seorang Full-Stack Designer dikarenakan menurut pandangan pribadi saya, seseorang dengan spesialisasi khusus dan terfokus itu lebih baik. Dan kebutuhan industri besar seperti unicorn-unicorn Indonesia memerlukan spesialisasi khusus.

Namun, jika anda begitu mencintai desain dan tidak mau meninggalkan coding atau sebaliknya — berikut ialah beberapa tips yang dapat anda lakukan agar terlaltih menjadi Full-Stack Designer yang baik.

How to be a great Full-Stack Designer

Find your superman

Pertama, temukan role model mu. Seperti apakah kamu ingin menjadi Designer atau Developer. Secara pribadi di Indonesia saya cukup mengidolakan beberapa orang berikut:

  • Sonny Lazuardi, UX Engineer at Grab Singapore
  • Galih Pambudi, UX Writer at Gojek Indonesia
  • Dwinawan Hariwijaya, UI Designer at Paperpillar

dan masih banyak lagi.

Intinya temukan superman mu, merasa lah bodoh dan termotivasilah.

Practice

Ya tentu kita harus berlatih dan menghasilkan hal-hal keren. Anda harus terus mengasah keterampilan dengan beberapa cara berikut

  1. Ketahui kemampuan mu
  2. Pelajari hal baru
  3. Berlatih dan mencoba
  4. Buat sesuatu yang keren untuk portfolio
  5. Tunjukan kepada dunia

Dengan menambahkan jam kerja dalam kedua sisi, kamu akan terus berlatih dan semakin matang dengan pengetahuan mu.

Tapi.. saya harus bikin apa?

Saat saya sudah mempelajari hal baru seperti ReactJS dan Material Design namun tidak memiliki apa yang harus dibuat, saya melakukan hal berikut.

  1. Temukan beberapa Open Data API. Anda bisa menemukan nya dengan googling dengan kata kunci “open data api” atau “free open api” dan semacamnya. Lalu coba lihat data apa saja yang dapat anda dapatkan.
  2. Think the possibilities. Coba pikirkan kemungkinan apa saja yang dapat anda buat dengan data-data itu. Target nya ialah bukan membuat sesuatu yang sempurna, tapi membuat anda terbiasa dan nyaman dalam menggunakan tools-tools dan menerapan ilmu yang baru saja anda dapatkan.
  3. Sketch it. Coba sketsakan yang ingin anda buat lebih baik jika berawal dari pulpen dan kertas. Hal ini agar mengurangi detail-detail distraktif dan membuat kita terfokus pada garis besarnya terlebih dahulu.
  4. Do the design. Saat sudah mengetahui apa yang harus dibuat, buatlah design nya terlebih dahulu. Terapkan ilmu-ilmu design yang ada pelajari untuk lebih memahami konsep dasar dibaliknya.
  5. Execute. Design sudah selesai — kini waktunya coding.
  6. Validate. Coba pamerkan hasil kerja mu keteman-teman mu g bagaimana pendapat mereka. Mendapat kritik dan saran sangat bagus baik untuk designer maupun developer

Beberapa cara lain yang dapat anda lakukan ialah seperti

  • Ikuti Design/App Challenge (Kompetisi)
  • Redesign aplikasi yang sudah ada
  • Baca-baca mengenai studi kasus
  • Dengarkan podcast
  • Ikut komunitas

Inti nya jangan lewatkan segala kesempatan yang ada

“Carpe Diem”

--

--

Ravi Mahfunda
Chevalier Lab

M.24 • Product Designer • No-code Builder • Community Organizer