Microtransaction,Pay to Win dan Pemborosan Uang

Agung Narayana Adhi Putra
Chevalier Lab
Published in
3 min readJan 29, 2020
JUST TAKE MY MONEY BLYAT !

Pada kali ini Saya akan membahas sebuah topik yang menarik,apakah kalian pernah melakukan Microtransaction seperti membeli cash game di game tertentu dengan tujuan untuk membeli item yang hanya bisa dibeli dengan menggunakan mata uang nyata ? Atau mungkin membeli game di Steam atau Origin dengan tujuan agar bisa memainkan game favorite sekaligus membantu sang developer untuk mengembangkan gamenya ?

Microtransaction adalah sebuah sistem dimana pemain dapat membeli item, karakter dan sebagainya dalam video game dengan uang asli. Biasanya microtransactions ini terdapat pada game yang bersifat multiplayer (namun terkadang singleplayer juga menerapkan microtransaction karena developernya kapitalis).Dengan microtransaction, apapun menjadi mudah. Misalkan anda bermain Point Blank lalu anda membeli senjata cashnya yang memiliki stat yang diluar akal sehat dibanding senjata yang dijual menggunakan point game atau bermain Fate Grand Order atau Granblue Fantasy dengan melakukan paid gacha agar peluang mendapatkan karakter sasaran menjadi tinggi sekali sehingga anda tidak perlu capek lagi menabung crystal atau grinding agar menjadi kuat. Jujur saja, banyak freeplayer (sebutan bagi player gratisan yang tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk microtransaction) yang mengeluh gap antara kaum freeplayer dengan kaum premium player atau yang sering dipanggil player sultan (karena duit yang dikeluarkan sangat banyak) sangat jauh sekali. Saya seorang player Granblue Fantasy gratisan memerlukan waktu 2 tahun agar karakter saya cukup kompetitif untuk raid tingkat atas, sedangkan salah satu teman saya (sebut saja
“K”) hanya memerlukan waktu 6 bulan agar karakternya overpower karena dia mengeluarkan banyak uang untuk gacha dan lain lain.

Apakah kita membeli Game termasuk Microtransaction ?

Sebenarnya dengan membeli Game di retail resmi seperti Origin,Steam,Uplay,dll berarti kita sudah mengsupport developer aslinya.Namun bagaimana jika game yang kita beli ternyata diluar ekspetasi kita ? berarti itu salah anda sendiri. Salah satu dosen saya pernah bercerita bahwa beliau pernah menyesal melakukan pre order sebuah game yang dimana ketika trailernya dirilis sangat menjanjikan namun ketika dimainkan ternyata sangat mengecewakan. “Berarti saya harus ngebajak dulu sebelum beli dong ?” Memang ini adalah suatu dillema dimana kita sangat menindak tegas segala kegiatan pembajakkan, namun disaat yang sama kita tidak mau uang kita terbuang sia sia karena game yang dibeli ternyata diluar kenyataan.Di Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan pengguna aplikasi hasil bajakan yang cukup banyak di asia tenggara, alasannya sederhana.Ada yang beralasan tidak punya uang, ada yang beralasan karena takut rugi, dan masih banyak alasan yang bermacam-macam. Jujur saja Saya masih memainkan beberapa game hasil bajakkan karena masalah keuangan dan saya ingin mengetes dahulu gamenya sebelum dibeli versi originalnya.

Then, what should we do now ?

Ilustrasi seorang gamer ketika menghadapi steam sale

Kembali lagi ke anda, apakah anda akan mengeluarkan uang anda untuk game yang sangat anda cintai ? atau untuk sekedar pamer demi battlepass yang menawarkan konten yang menggiurkan walaupun uang bulanan kalian dan uang untuk melunasi danusan ? Anda yang mempunyai kendali atas uang anda.

GAMER RISE UP !

--

--