Prokrastinasi, sahabat licik rasa malas

Ravi Mahfunda
Chevalier Lab
Published in
7 min readApr 16, 2019

Menjadi seorang prokrastinator membuat masalah dalam berbagai kehidupan ku tiap hari nya. Mudah terdistraksi dan lupa pada tujuan sering kali terjadi. Tak jarang juga tekad diri yang kalah akan godaan kenikmatan sesaat. Ditambah lagi kapasitas otak yang minim sehingga ingatan ku cukup pendek, membuat sifat prokrastinator ku dimanjakan — “Udah main dota aja”. Mulai dari tugas kuliah sehari hari, tugas besar yang satu semester sekali hingga proyek tingkat yang satu tahun sekali. Semua tetap dikerjakan dalam detik detik terakhir batas waktu.

Procrastinating is when you brain exaggerating the task that you have to do.

Oh no! This gonna be take a long time, better do it later.

Menurut Tim Urban, prokrastinator terbagi menjadi dua. Ada short-term procrastination yang memiliki deadline, dan long-term procrastination yang tidak memiliki deadline. Dan aku sebagai prokrastinator adalah keduanya. Selain mengganggu kehidupan sehari-hari, juga mengganggu mungkin cita-cita. Membuat diri tidak bisa berkembang. Hal ini membuat aku khawatir akan diriku sendiri dan masa depan.

Short-term procrastination

Sebuah penundaan pekerjaan yang memiliki deadline atau tenggat waktu. Contoh umum nya seperti tugas kuliah, tugas rumah, dll. Dampak terparah dari prokrastinasi dampak ini adalah penundaan pekerjaan hingga bertemu dengan sang tenggat waktu. Seketika kepanikan terjadi, dan kita mengeluarkan seluruh potensi kita dalam menyelesaikan pekerjaan yang harusnya dikerjakan tiga bulan yang lalu dalam satu malam yang kacau.

Terbangun hingga larut malam, tugas selesai dengan nyaris, hati dipenuhi rasa puas. Atau kasus terparahnya tugas tidak selesai, kita mendapatkan konsekuensi-nya dan terjadi kemurungan sesaat. Begitu lah pahit manisnya sebuah prokrastinasi.

Long-term procrastination

Banyak yang mengalaminya tanpa tahu apa yang terjadi. Long-term procrastination merupakan penundaan jangka panjang pada tujuan jangka panjang. Dalam long-term procrastination tidak terdapat deadline atau batas pengerjaan karena tidak ada yang mengontrol hal ini. Kamu tidak akan mendapatkan hukuman karena penundaan ini. Maka dari itu kebanyakan orang tidak sadar saat melakukan prokrastinasi jangka panjang.

Tidak akan ada yang memarahi mu saat kamu tidak menabung untuk rumah di masa depan. Tidak akan ada yang memarahi mu karena kamu tidak belajar untuk karir mu nanti. Namun rasa bersalah yang diberikan, hal ini yang membuat kita merasa tertekan. Hal ini yang membuat kita cemas.

Terus kenapa?

Saat kamu memiliki segudang mimpi lalu kamu terlena akan kesibukan, secara tiba-tiba kita tidak bergerak dan berpura-pura tidak peduli. Namun dalam hati menjerit dan menangis

“Kok aku cupu banget ya”

Merasa bersalah dan depresi, dilemma dan ragu, tidak percaya diri. Lalu tenggelam dalam penyesalan tak berujung. Mungkin tak sadar mungkin sadar, namun jika kamu sadar — mari kita lawan. Bagaimana caranya? Berikut beberapa cara yang aku lakukan dalam pengalaman ku sebagai prokrastinator.

Aku seorang Prokrastinator, maka dari itu aku…

Pelupa

Sering lupa dengan apa yang harus ku kerjakan, target apa yang harus ku raih baik jangka dekat atau jangka lama. Maka dari itu aku menggunakan sebuah teknik yang disebut Kanban Board. Implementasi nya sederhana, cukup buat daftar semua kewajiban dan target mu lalu pisahkan menjadi 3 bagian To Do, Doing, Done.

To Do untuk hal-hal yang harus atau akan kamu lakukan, hal ini bermanfaat untuk mengingatkan dirimu untuk apa saja yang harus kamu lakukan.

Doing untuk hal-hal yang sedang kamu lakukan, hal ini bermanfaat untuk men-track progress dari tugas-tugas mu.

Done untuk hal-hal yang sudah kamu selesaikan, yah kalo semua sudah selesai beristirahatlah yang cukup. You’ve done a great job.

Salah satu tool yang sangat bermanfaat untuk ku ialah Trello

Hal ini membantu aku buat mengingatkan apa aja sih yang harus aku lakuin, dan sudah sejauh mana progress ku. Tapi seperti yang aku bilang sebelum nya, ingatan ku itu super-duper pendek + aku terlalu banyak multitask (jangan ditiru, tidak sehat). Jadi gmna ?

Akhirnya aku bikin begitu banyak board di Trello untuk tiap subtask yang harus aku lakuin, mulai dari bidang A, B, C, D. Sampe aku harus belajar apa, dan apa yang harus ku kebut malam ini. Semua dalam board sendiri sendiri. Dan semua berantakan dan tidak berjalan secara konsisten. Bwahahaha. Sampai pernah aku berada di titik paling produktif dimana hobi ku adalah ngegeserin task ke Done. Silahkan dicoba, atau lebih bagus kalo kalian belajar apa itu Kanban sendiri

Tidak Konsisten

Sering kali aku sudah membuat sekian banyak rencana hidup dan belajar untuk masa depan namun tidak ada dijalankan, hanya semangat di awal lalu lupa untuk dikerjakan. Yah sederhananya — Tidak konsisten.

Nah untuk kaizen ini salah satu budaya jepang dimana kita bisa melatih konsistensi, Kai berarti perubahan, Zen berarti bijak. Kaizen berarti berubah dengan bijak.

Basic concept dari Kaizen adalah untuk membuat good habit, sisihkan waktu untuk habit itu. Sependek mungkin sehingga kamu tidak keberatan melakukannya. Meskipun hanya 2 menit tiap harinya.

Sebagai contoh, kamu ingin membuat kebiasaan/target untuk mampu melakukan push-up 100 kali. Sisihkan waktu 2 menit sehari untuk push-up secara konsisten. Atau kamu ingin bisa main gitar, sisihkan waktu 2 menit sehari untuk main gitar. Yang penting dalam perubahan itu konsisten.

Berdasarkan riset untuk membangun habit diperlukan 21 hari secara berturut-turut, dan untuk merusaknya hanya diperlukan 1 hari.

Mudah terdistraksi

Aku pribadi adalah orang yang sangat mudah terdistraksi. Mengakibatkan banyak waktu yang terbuang dalam jam-jam produktif ku. Maka dari itu aku coba Pomodoro, sebuah teknik yang identik dengan Tomat, kurang paham juga asal mulanya. Tujuan dari teknik ini adalah memisahkan antara waktu kerja dan waktu main, sehingga tidak ada distraksi seperti notif chat, kepengen nonton youtube, baca komik dalam waktu kerja.

Konsepnya, kamu bagi 1 sesi pomodoro jadi waktu kerja 20 menit, lalu short-break 5 menit, untuk tiap 3 sesi pomodoro kamu ambil long-break 10 menit. Di waktu kerja, benar benar jauhkan distraksi, seperti silent hp, tutup tab youtube dll. Benar-benar tidak boleh diganggu. Dan begitu masuk waktu istirahat, istirahat lah, peregangan, cek notif, nonton youtube, dan lain sebagainya. Semua angka yang di atas bisa kamu sesuaikan dengan kebutuhan mu.

Hal ini secara tidak sengaja aku terapkan waktu menjelang UN di SMA dulu. Konsepnya sama, benar-benar memisahkan waktu belajar dan bermain, hanya saja rasio durasinya beda. Pada saat itu. 1 jam belajar lalu 2 jam main, 2 jam main itu kurang lebih 2 game Dota 2. Tapi makin kesini, hasil yang didapatkan bagus, di saat waktu kerja itu aku bisa fokus dengan kerjaan dan performa kerja pun jauh lebih bagus.

Ragu dan dilemma

Sebagai seorang prokrastinator aku sering merasa dilemma dan ragu dengan pilihan hidup ku. Merasa bingung saat harus memilih antara passion dan kemampuan. Lalu bagaimana caranya aku menghadapi itu?

Cara nya ialah cari mentor, orang yang lebih tau dunia dari dirimu. Dan cari yang keren agar dirimu termotivasi. Mentor punya peranan yang penting saat kamu kehilangan arah atau mulai bermalas malasan. Cari orang yang bisa memecut semangat mu. Cari orang yang kamu kagumi. Cari orang yang bisa memberi solusi dari segala macam kegalauan mu.

Tidak memiliki cukup waktu

Sebagai seorang yang introvert aku tidak bisa menemukan kenyamanan untuk mengerjakan sesuatu dalam keramaian akhirnya jam produktif ku hanya di malam hari. Dan ini mengganggu jam biologis yang di mana di pagi hari aku harus bangun pagi untuk kuliah. Ditambah lagi deadline yang numpuk dan waktu malam yang pendek, serasa aku tidak punya cukup waktu dalam sehari.

Akhirnya aku coba untuk mengubah pola tidur ku, menyesuaikan dengan jam produktif ku, dengan sesuatu yang disebut Polyphasic Sleep Pattern.

Kalau biasanya aku tidur dalam sehari 6–8 jam. Dengan polyphasic aku tidur 4–5 jam dalam sehari. Bedanya adalah aku membagi jam tidur menjadi durasi yang pendek-pendek. Dalam penerapan ku, 4 jam di dini hari dan 30 menit di siang hari. Banyak pola lain seperti 1 jam 4 kali. Ada yang 2 jam kali. Bahkan ada yang 20 menit 6 kali.

Hanya saja berdampak besar pada tubuh, minggu-minggu awal akan terasa sangat berat. Akan terasa lebih mudah ngantuk, lemas, pucat, dll. Namun setelah terbiasa, alokasi waktu dalam sehari akan bertambah, dan jam produktif ku bisa maksimal.

Takut akan deadline

Ada istilah bisa karena terpaksa, dan ini lah salah satu yang aku lakukan. Untuk menangani motivasi yang sering naik turun, aku dengan sadar dan nekat mengikatkan diri ke sebuah deadline yang memiliki pertaruhan nama baik ahahahaha. Sehingga mau tidak mau aku harus produktif demi menjaga nama baik.

Contoh:

Ikut workshop yang ada deadline nya.

Daftar kerja yang kamu ingin walaupun belum bisa.

Ikut lomba walaupun belum ada produknya.

Kunci dari ini adalah…

Seberapa greget lo ?

Tidak mengerti resiko

Nah ini yang perlu kalian waspadai, seburuk-buruknya kemalasan ku, aku sadar diri akan akibat dari sifat buruk ku. Dan disaat semua sudah di luar kendali, aku merelakan salah satu untuk gagal. Namun dengan pertimbangan sebesar apa dampak yang diberikan. Jangan sampai malah jadi bom bunuh diri.

Contoh paling simple yang aku lakukan adalah, dalam beberapa waktu aku memilih untuk skip kuliah demi mengejar deadline lain yang prioritas nya lebih tinggi, tapi tetap harus diperhatikan jatah skip yang tersisa jangan sampai malah mengulang karna presensi kurang.

Perlu kebahagiaan / Instant Gratification

Terakhir, di tiap proses yang kamu lalui, setiap kemajuan yang kamu buat. Cherish yourself, hargai dirimu sendiri, Take a break. Sesekali makan di McD lah, Piknik kah, Liburan ke Taman Kota kah. Refreshkan pikiran mu sebelum memulai sprint lagi.

Karna jika bukan kamu yang menghargai dirimu — siapa lagi?

Summary

Yah, kalian sudah mengetahui seberapa bahaya nya prokrastinasi dan bagaimana cara mengatasi nya. Jangan tertipu oleh nya dan waspadalah-waspadalah. Mari produktif untuk masa depan yang lebih baik.

Peace :D

--

--

Ravi Mahfunda
Chevalier Lab

M.24 • Product Designer • No-code Builder • Community Organizer