Siap-siap buat magang dalam dunia per-UX-an di Unicorn!

Ravi Mahfunda
Chevalier Lab
Published in
8 min readJan 27, 2020

Banyak yang nanya “apa sih yang perlu dipersiapin kalo mau intern di unicorn?”, kalo gue sih gini…

Kantor Gojek

Beberapa waktu yang lalu gue dapet kesempatan buat intern di salah satu unicorn Indonesia sebagai awal karir ku di dunia per-UX-an. Baru banget hijrah dari dunia percodingan membuat gue harus kerja ekstra buat mengejar ketertinggalan dari temen-temen ku yang lain, yang sudah lama menekuni dan berfokus di dunia per-UX-an.

Kenapa gue akhirnya memutuskan untuk hijrah? Itu kapan-kapan gue bahas di artikel terpisah.

Oke sedikit cerita, jujur saat gue mau coba beralih ke dunia per-UX-an agak berat. Banyak yang harus gue persiapin sementara harus tetep kerja di dunia percodingan biar tetep bisa makan. Tapi semua itu gak bikin gue ragu buat pindah, setelah 6 bulan mempersiapkan segalanya akhirnya gue dapat kesempatan itu. Sini gue ceritain ngapain aja gue selama 6 bulan itu…

Spesialisasi itu penting!

Kebanyakan praktisi lebih memilih buat jadi generalis, dan sadly kebanyakan agency juga one-manned-ux. Tapi kalo di perusahaan selevel Unicorn, mereka bakal lebih prefer orang yang memiliki spesialisasi. Bukan berarti cuma bisa satu hal, tapi memiliki keahlian pada satu bidang spesifik.

T-Shaped Skill Model

Di dalam dunia per-UX-an ada 4 role dasar yaitu UX Designer (kadang disebut Product Designer), UI Designer (kadang disebut Interaction Designer), UX Writer, dan UX Researcher.

Tiap role memiliki tugas dan peranan yang berbeda, serta memerlukan skill dan kemampuan yang berbeda pula. Coba gue jelasin dalam alur kerja di product team.

  1. Ada kebutuhan dari pihak manajemen atau bisnis, biasanya bentuknya problem. Dari sini akan diberikan ke Product Team untuk dicarikan solusi dan rancangan solusinya.
  2. Biasanya akan diadakan proses Ideation dengan semua anggota tim, agar tiap anggota memahami betul konteksnya permasalahannya dan bisa mencari solusi nya bersama, salah satu exercise yang bisa kalian pelajari adalah Design Sprint dari GV.
    Expected output? Ide solusi yang disepakati dan akan dieksekusi.
  3. Dari sini lah peranan UX Designer, merancang kerangka solusi yang akan dibuat. Menata informasi dan alur yang mudah dipahami user. Bila UXD memerlukan data untuk memvalidasi asumsi mereka maka ia akan bekerja sama dengan UX Researcher untuk menarik informasi dari user yang metodenya bisa beragam, seperti surveys, interview, Usability Testing, Focus Group Discussion, etc.
    Expected output? Wireframe, Information Architecture, App Flow
  4. Selanjutnya rancangan yang masih kerangka akan dilemparkan ke UI Designer dan UX Writer untuk dipoles. Diberi warna dan kata yang sesuai. Pola yang tepat dan membantu user.
    Expected output? High Fidelity Mockups, Prototype
  5. Terakhir, hasil final dari design tadi dibuatkan dalam bentuk design specs yang akan diberikan ke tim developer untuk penerapannya (tahap ini biasa disebut Hand-off)
    Expected output? Design Specs

Sederhananya seperti itu, dan tiap peranan memerlukan skill dasar yang berbeda.

Buat detail spesifikasi required skill untuk tiap role bisa kalian cek di halaman karir unicorn incaran lo.

Kalo suka mainan sama data? Suka nanya-nanya orang? Pilih UX Researcher

Kalo suka mikir sampe pusing, bikin alur aplikasi? Berempati sama user? Pilih UX Designer

Kalo suka mainan warna, konsistensi, dan visual hirarchy? Suka geser-geser pixel? Pilih UI Designer

Kalo suka bermain kata-kata? Memandu user? Hapal dengan kata-kata baku dan tanda baca? Pilih UX Writer

Tapi tiap role tadi memeliki nilai jauh lebih dari semua itu saat lo benar-benar serius mendalaminya.

Pelajari semuanya boleh, buat mempermudah kolaborasi
Tapi tetep pegang satu spesialisasi

Pahami ilmu nya secara mendasar

Yap, betul. Back to the basic.

Gue pelajari lagi dari awal, apasih dasar-dasar dalam UX Design secara spesifik. Mulai dari design process, user research, sampe design theories.

Bukan cuma sekedar metodologinya, tapi juga alasan dan konsep dasar nya.

Gue selalu percaya desain itu ada teorinya, bisa dipelajari dan sangat tertata. Proses berpikir gue juga gue biasain dengan pola yang terstuktur dan runut. Pelan-pelan dan jangan gegabah.

Beberapa poin yang menurut gue penting untuk dipelajari itu:

Design Thinking

Mindset gimana cara kita nyelesain masalah secara bertahap. Baca artikel gue di bawah ini deh.

Dari awal kita harus tau gimana caranya cari masalah dan bikin buat masalah itu. Bukan langsung bikin solusi, tapi bener-bener mencoba memahami akar permasalah tersebut.

Dan itu lah gunanya design thinking.

Design Pattern — Material Design

Menurut gue, penting buat kita tau pola apa aja yang familiar buat user — dan cara yang paling tepat untuk menggunakannya. Dan material design adalah salah satunya.

Di dokumentasinya, mereka sudah ngecantumin semua list komponen dan pattern dalam material design lengkap beserta cara penggunaan, spesifikasi(biar desain lo pixel-perfect), dan bahkan contoh studi kasus penggunaannya.

Jadi saran gue… khatamin nih Material Design.

Kenapa harus material design?

Ya karna sekarang majority device itu pake android, dan dengan paham penggunaan material design yang tepat. Atleast desain kalian gak akan jelek dan berantakan. Mungkin bakal sedikit membosankan, tapi itu jauh lebih bagus dibanding gak bisa digunakan.

Nah, kalo sudah mulai familiar — bisa lah coba coba Human Interface Guideline nya punya Apple.

Design Tool — Figma

Penting juga buat kita untuk capable dan menguasai design tool kita dengan bener. Dari sekian tools yang pernah gue coba, gue bakal ngerekomendasiin pake Figma. Santai gak bakal iklan kok. Bakal beda artikel mungkin itu.

Intinya, coba pelajari dan memfamiliarkan diri dengan design tools favorit lo. But mostly, setiap tools gak bakal jauh beda kok. Pasti bakal ada shape, text, image, shadow, line, color, boolean operation (substract, union, intersect), dan image clipping.

Coba-coba explore sendiri tools lo, dan gue saranin jangan pake youtube. Explore-explore aja kayak pas SD dulu. Nanti lo pasti nemu hal yang lo gak pernah sadari sebelumnya.

Pahami konsep dasarnya terus explorasi! Jangan ngikut tutorial doang!

Join dan aktif di komunitas

Pastilah kita perlu join komunitas, biar ada temen belajar biar ada yang ngajarin. Di Indonesia sudah banyak kok komunitas yang bergerak dalam dunia per-UX-an misalnya UXID yang sudah ada di banyak kota.

Sering-seringin ikut seminar, workshop, atau forum diskusi. Selalu ide bagus untuk punya lingkaran sosial yang memiliki tujuan sama.

Kadang ada juga beberapa tokoh per-UX-an di Indonesia yang bikin komunitas desain mereka. Kak Rizki Mardita misalnya dengan Penggiat Desain.

Aktif belajar tiap hari lewat sosial media dan artikel

Biasain diri kalian untuk membaca atleast 1 artikel tiap hari nya untuk menambah ilmu kalian. Bisa juga kalian follow beberapa akun content creator desain di Instagram (kan udah pada banyak tuh).

Beberapa rekomendasi gue nih

Medium

Design Team Instagram

Content Creator Instagram

Youtube Channel

“Ingat, konsistensi adalah koentji”

Baca buku, atau kalo mager — dengerin podcast lah

Mempertajam pemahaman tentang per-UX-an bisa menjadi sangat penting. Dan salah satu madia yang paling tepat menurut ku ya… kalo gak buku… podcast. Terus apa bedanya sama artikel atau post instagram?

Bedanya adalah kalo buku atau podcast bakal bahas lebih dalem tentang topik pembahasan itu. Dan itu langsung dari para praktisi per-UX-an.

Nih beberapa rekomendasi gue.

Book Recommendation

Nih kalo mau yang podcast

Masih banyak sih buku dan podcast yang bisa kalian ulik. Tapi mulai dari ini aja dulu. Alon-alon asal kelakon~

Next, banyakin baca-baca dan bikin studi kasus!

Pelajari bagaimana orang lain menerapkan ilmu UX mereka kedalam sebuah produk nyata. Dan lo coba juga. Gak harus real-product, lobisa bikin dari permasalahan di sekitar mu.

Kenapa ini penting?

  • Karena dengan membuat studi kasus, lo dapat mengukur sudah sejauh mana kemampuanmu dan mememukan kekurangan mu.
  • Karena dengan membuat studi kasus, lo sekaligus membiasakan diri dengan workload saat memasuki dunia kerja nanti.
  • Karena studi kasus memberi recruters konteks bagaimana pola pikir mu.
  • Karena salah satu tahap rekrutasi dalam dunia UX Career adalah membuat studi kasus.

Sudah cukup jelas kan kenapa kalian harus sering-sering membaca dan membuat studi kasus? Tapi tentunya sesuaikan dengan spesialisasi kalian.

Join project, intern, atau kerja sampingan

Ada variabel yang berbeda saat lo mengerjakan sesuatu untuk dirimu sendiri dengan lo mengerjakan sesuatu karna lo bertanggung jawab akan itu.

Bisa karna terbiasa, Bisa karna terpaksa

Memiliki pengalaman nyata akan menjadi poin plus besar untuk dirimu, gak ada salahnya membuat kaki mu basah terlebih dahulu.

Personal Branding dong!

Langkah selanjutnya adalah memasarkan dirimu! Memiliki citra yang lo bentuk dan menggambarkan dirimu akan mempermudah orang lain untuk memahami dirimu. Selain itu, dengan melakukan branding secara rapih akan memberikan kesan profesional.

Beberapa hal yang bisa kalian lakukan mungkin

  • Aktif upload hasil design di Uplabs dan Dribbble (bisa instagram, tapi tidak gue rekomendasikan)
  • Nulis di medium. Bisa studi kasus tadi, tutorial, opini, atau lainnya. Berbagi untuk orang lain juga. Supaya lo lebih paham juga.
  • Bikin personal website yang bisa jadi one-stop portal untuk semua informasi yang recruter perlukan untuk mengenal dirimu. Isinya bisa showcase project, blog, kontak media sosial, dan riwayat kerja mungkin.
  • Rapihin LinkedIn, masukin informasi yang penting disana. Gak bisa dipungkiri, LinkedIn jadi salah satu gerbang penting untuk karir mu.
  • Terakhir, jangan lupa selalu jaga semua informasi tadi up-to-date

Speak-up!

Sudah cukup keren nih? Selanjutnya beranikan dirimu untuk berbicara di depan orang, jadi mentor untuk orang lain yang baru memulai. Atau turut aktif dalam diskusi forum baik online atau offline.

Kemampuan berkomunikasi sangat penting untuk ini. Terutama saat berdiskusi dan menyampaikan gagasan.

Akan menjadi pembeda yang sangat besar saat kamu sudah terbiasa menyampaikan pendapat mu di muka umum.

What do they call it? Ada kharismanya

Selain itu juga, karna salah satu tahap rekrutasi di dunia per-UX-an adalah presentasi hasil kerja studi kasus yang telah kalian buat.

Jangan Lupa Apply!

Pastinya sih, kalo kalian gak apply ya gak bakal dapet kesempatannya. Tapi yang ku maksud ialah jangan ragu untuk apply ke unicorn langsung. Kenapa? karna agar kalian tau bagaimana proses rekrutasi mereka dan menyadari dimana kemampuan kalian dibanding dengan standar mereka.

“Kegagalan adalah guru paling bijak bisa kamu dapatkan”

Jangan overthinking, Just Do It!
#MulaiAjaDulu #PastiAdaJalan

--

--

Ravi Mahfunda
Chevalier Lab

M.24 • Product Designer • No-code Builder • Community Organizer