Bagaimana Eksistensi Pembangunan Masjid Sheikh Zayed Solo sebagai Destinasi Wisata Religi terhadap Perekonomian Masyarakat di Sekitarnya?

HMGP Citrakara Mandala UGM
Citrakara Mandala
Published in
5 min readJun 30, 2024

Penulis: Bangkit Wahyu Purnomo
Editor: Aflah Aulya Rachmi [Tim Redaksi Citrakara Mandala]
| Divisi Riset dan Keilmuan
Kabinet Prakarsa Nirmana HMGP UGM 2024

Gambar 1 Ketampakan Masjid Sheikh Zayed (Dipotret oleh Mariakray dalam Pixabay)

Pariwisata merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang berperan penting atas kemajuan dan perkembangan suatu negara. Sektor pariwisata memiliki kekuatan dan keuntungan dalam memperkuat ekonomi di Indonesia secara signifikan, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan infrastruktur. Surakarta atau biasa dikenal sebagai Kota Solo merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki peluang dalam meningkatkan potensi pariwisata. Kota Solo memiliki banyak pilihan destinasi wisata, seperti Keraton Surakarta, Taman Safari, Puro Mangkunegaran, dan Masjid Sheikh Zayed Grand Mosque Solo. Saat ini, Masjid Sheikh Zayed Solo menjadi destinasi baru yang ramai dikunjungi masyarakat dengan kemampuan menampung hingga 15.000 pengunjung. Masjid ini merupakan replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yang berada di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Masjid yang memiliki kubah bergaya Maroko dengan batu pualam warna putih tersebut merupakan hadiah dari putra mahkota Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed Al Nahyan, kepada Presiden Jokowi. Pembangunan masjid ini mengeluarkan total biaya sekitar Rp300 miliar yang dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 6 Maret 2021.

Pada era digital seperti saat ini, industri pariwisata harus menghadapi tantangan baru dalam mempromosikan destinasi wisata. Hal tersebut disebabkan adanya persaingan yang kompetitif untuk meningkatkan minat berkunjung wisatawan. Minat wisatawan untuk berkunjung sebanding dengan minat untuk membeli karena menggunakan indikator yang sama. Menurut Maoyan et al. (2014 as cited in Angellia & Mardalis, 2024), tahap keterkaitan pelanggan mengenai produk dikenal sebagai minat beli yang dihasilkan dari kesadaran pelanggan dan persepsi mereka terhadap produk yang diinginkan. Salah satu strategi untuk meningkatkan minat pengunjung, yaitu dengan pemasaran media sosial. Perluasan target khalayak dapat dicapai melalui media sosial promosi destinasi wisata. Destinasi wisata memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pengguna media sosial dan menyebarkan informasi mengenai tempat wisata mereka melalui platform populer seperti Facebook, Instagram, dan X. Pratama et al. (2019 as cited in Angellia & Mardalis, 2024) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa pemasaran media sosial berpotensi memengaruhi kecenderungan konsumen untuk mengunjungi destinasi tertentu. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi pilihan tujuan destinasi wisata oleh pengunjung atau wisatawan salah satunya adalah persepsi terhadap suatu destinasi wisata. Menurut Kanwel et al. (2019 as cited in Angellia & Mardalis, 2024), konsep citra destinasi mencangkup kognitif individu terhadap destinasi tertentu, termasuk keyakinan, emosi, dan persepsi mereka secara keseluruhan. Kota Surakarta memiliki penduduk yang didominasi beragama islam sehingga banyak masyarakat Kota Surakarta maupun sekitarnya yang berkunjung di Masjid Sheikh Zayed Solo ini untuk beribadah sekaligus berwisata.

Selain kemegahan elemen dan ornamen yang terdapat di Masjid Sheikh Zayed, terdapat juga warta menarik mengenai lokus atau keberadaan masjid tersebut, yakni Kecamatan Banjarsari. Berdasarkan data Census Night BPS Kota Solo, Kecamatan Banjarsari merupakan daerah dengan angka tunawisma tertinggi di Kota Solo dan di sisi lain kemiskinan Kota Solo pada rentang beberapa waktu terakhir mengalami peningkatan (BPS Surakarta, 2021 as cited in Haq & Syamsiyah, 2023). Hal ini tidak terlepas dari pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak tahun 2020 lalu serta faktor-faktor lain. Data tersebut menimbulkan pertanyaan dari berbagai kalangan apabila ditinjau melalui kondisi Kota Surakarta; angka kemiskinan yang meningkat juga tingginya populasi tunawisma di Kecamatan Banjarsari.

Mengapa malah dirancang dan dibangun suatu bangunan megah yang seakan-akan menutupi titik hitam pemerintah kota dari jerat kemiskinan terutama eksistensi tunawisma warga pada daerah Kecamatan Banjarsari tersebut?

Masyarakat ekonomi menengah di sekitar lokasi memperoleh pengaruh positif dengan keberadaan Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta. Masyarakat ekonomi menengah atau pedagang kaki lima, seperti penjual makanan kuliner, tukang foto keliling, ojek dadakan, penjual tas kresek, dan sewa payung memperoleh keuntungan yang cukup tinggi karena banyaknya pengunjung. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Surip dalam wawancara bersama Fatimah (2024), warga Kampung Cinderejo Lor, Gilingan, yang tinggal tidak jauh dari lokasi masjid. Dirinya memilih menjadi tukang ojek dadakan dalam satu pekan terakhir. Peningkatan jumlah pengunjung masjid tersebut dikarenakan banyaknya orang yang mengetahui informasi dari platform online seperti Tiktok dan Instagram dari beberapa pengunjung lain yang sudah menikmati keindahan masjid tersebut. Selain itu, Masjid Sheikh Zayed Surakarta ini menjadi ikon baru bagi Kota Solo sebagai destinasi wisata religi. Menurut Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo, Taufiq Muhammad (Kurniawan, 2023), jumlah pengunjung Masjid Sheikh Zayed Surakarta pernah mencapai 40.000 orang dalam sehari. Momen tersebut didapati dari data takmir yang ada dan terjadi pada masa libur Hari Raya Idul Fitri 2023. Selain keindahan bangunannya yang menjadi daya tarik wisata religi, masjid tersebut juga mengadakan berbagai agenda yang cukup beragam dan bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Kota Solo dan sekitarnya. Pengunjung masjid ini tidak hanya dari masyarakat kota solo, tetapi terdapat juga pengunjung dari berbagai wilayah di sekitar Solo Raya. Salah satunya wisatawan asal Purwokerto, bernama Yunita, mengaku datang ke masjid tersebut setelah mudik di Boyolali (Fatimah, 2024). Dirinya menagumi kemegahan bangunan masjid yang viral di media sosial tersebut. Sementara itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Fatimah (2024) bersama juru parkir di halaman Masjid Sheikh Zayed Solo, Hery Supriyanto, diketahui bahwa terdapat lonjakan pengunjung yang terus meningkat sekitar puluhan ribu pengunjung yang berdatangan sejak pagi hingga sore hari di tiap tahunnya. Hal ini merupakan potensi yang cukup besar untuk mengoptimalkan perputaran uang serta salah satu upaya untuk meningkatkan ekonomi warga sekitar. Namun, pengaruh positif dari arus perputaran ekonomi di sekitar masjid tersebut hanya dinikmati oleh 18% dari kalangan yang sudah memiliki rumah dan ada sekitar 82% yang tidak dapat menikmati manfaat dari masjid tersebut. Pengaruh negatif lainnya, yaitu banyaknya gelandangan atau tunawisma di daerah tersebut yang tidak dapat mengambil manfaat dari adanya masjid tersebut karena tidak adanya modal untuk membuat suatu usaha. Dibangunnya Masjid Sheikh Zayed Surakarta di daerah yang memiliki data tunawisma tertinggi di Kota Surakarta memaksa tunawisma tersebut untuk berpindah lokasi.

Keberadaan Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta memberikan pengaruh positif maupun negatif dari berbagai kalangan. Namun, yang menjadi perhatian ialah sebanyak 46% warga sekitar tidak merasakan dampak apapun dan 36% lainnya menjadi korban juga terancam penggusuran tempat tinggal, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Masjid Raya Sheikh Zayed Solo. Masih sedikit ditemukan pengaruh yang baik dari keberadaan Masjid Sheikh Zayed Solo terhadap kaum marginal, dalam hal ini para tunawisma dan masyarakat ekonomi bawah. Rata-rata yang menikmati roda perputaran ekonomi hanya dari kalangan menengah saja terutama yang sudah memiliki rumah maupun para pedagang yang berjualan di sekitar masjid tersebut. Oleh karena itu, peran pemerintah Kota Surakarta dalam pengawasan atau survei sangat penting terutama untuk mengetahui perpindahan kelompok tunawisma. Hal tersebut diharapkan mampu digunakan sebagai bahan evaluasi untuk mengoptimalisasi dan meningkatkan pengaruh positif Masjid Sheikh Zayed Solo tanpa menimbulkan fenomena marginalisasi atas eksistensi tunawisma maupun masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

Referensi

Angellia, A., & Mardalis, A. (2024). Pengaruh SMM dan E-Wom Terhadap Visit Intention dengan Destination Image Sebagai Variabel Intervening pada Industri Pariwisata Religi: Studi Kasus Syeikh Zayed Grand Mosque Solo. Al-Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah, 6(5), 5181–5195.

Bram, D. (2023, March 11). Masjid Raya Sheikh Zayed: Gerakkan Ekonomi Warga Sekitar, Tampung Banyak Tenaga Kerja. Jawapos.com. https://radarsolo.jawapos.com/solo/masjid-raya-heikh-zayed-gerakkan-ekonomi-warga-sekitar-tampung-banyak-tenaga-kerja.

Fatimah, S. (2024, April). Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Jadi Primadona Pemudik. RRI.co.id. https://RRI.co.id-MasjidRayaSheikhZayedSoloJadiPrimadonaPemudik.

Haq, K. M., & Syamsiyah, N. R. (2023, July). Dampak Keberadaan Masjid Syekh Zayed Terhadap Masyarakat Marginal Ekonomi Bawah. In Prosiding (SIAR) Seminar Ilmiah Arsitektur (pp.97–302).

Kurniawan. (2023, July 14). Fatastis, Pengunjung Masjid Syeikh Zayed Solo Tembus 40.000 Orang Sehari. Solopos.com. https://soloraya.solopos.com/fantastis-pengunjung-masjid-syeikh-Zayed-solo-tembus-40–000-orang-sehari.

--

--