Ecopreneurship Untuk Pembangunan Berkelanjutan

Seminar SDG's Series
Citrakara Mandala
Published in
4 min readMar 21, 2023

--

Rubrik Bincang SDGs Seri #81 | Oleh: Sulthan Aflahuddin

Tea Set Edisi Ikon Kota Yogyakarta. Sumber: Wastraloka.

Di dunia yang tengah menyaksikan tingginya geliat perekonomian di berbagai penjurunya, enterpreneurship semakin menjadi gagasan usaha yang utama bagi para pelaku usaha dan bisnis dalam memperdagangkan barang hasil produksi. Maraknya ide inovasi dan strategi komersialisasi yang muncul dari enterpreneurship dimanfaatkan secara efisien oleh pelaku usaha dan bisnis dengan orientasi kepada keuntungan yang semaksimal mungkin, sehingga berkontribusi kepada roda perekonomian bangsa. Akan tetapi, dalam kenyataannya, potensi enterpreneurship tidak diimbangi oleh kecukupan pengetahuan dan wawasan pelaku usaha dan bisnis terhadap isu lingkungan, sehingga masih lebih banyak pelaku usaha dan bisnis yang berorientasi hanya kepada keuntungan semata.

Padahal, parahnya ancaman krisis lingkungan di dunia sudah mengingatkan bahwa sepatutnya kita memikirkan ekologi di samping kita memikirkan ekonomi dan komersialisasi. Oleh sebab itu, timbullah suatu gagasan baru yang mengintegrasikan aspek lingkungan ke dalam pemikiran enterpreneurship yang lebih kaya dengan inovasi, ia adalah ecopreneurship. Ecopreneurship adalah gagasan yang muncul dari pertanyaan bagaimana untuk tidak menghasilkan keuntungan komersial semata, tetapi bagaimana keuntungan itu juga pantas secara ekologis, hingga sampai kepada aspek sosial. Gagasan ini berangkat dari kesadaran bahwa ekonomi tidaklah bergerak hanya untuk mengejar profit semata, namun juga memikul tanggung jawab moral dan sosial untuk mewujudkan prosperity of the people, dan juga pelestarian dari planet bumi kita. Oleh karena itu, ecopreneurship merupakan suatu bentuk upaya nyata mengembangkan ekonomi, sekaligus memperbaiki ekologi yang memerlukan langkah-langkah konkrit saat bumi kita semakin rusak karena eksploitasi, dan juga memperbaiki pola-pola pembangunan yang belum mencapai suatu keselarasan dan keserasian.

Sumber: Wastraloka.

Manusia tidak sendiri. Generasi saat ini tidak boleh tamak menggunakan semua hal mengatasnamakan kemakmuran saat ini, namun tidak berlanjut seterusnya. Maka dari itu, keadilan sosial, keadilan spasial, keadilan ekologis, perlu diperjuangkan agar mencapai keberlanjutan holistik yang lintas generasi dan strata sosial, sesuai dengan karakter wilayah masing-masing, dan memperlihatkan kemajuan dengan memperhatikan unsur-unsur ekosistem yang ada. Karena bumi ini memerlukan perawatan, juga penghormatan, dari kita. Untuk itulah hadir ecopreneurship. Gagasan ecopreneurship juga bisa disinkronkan dengan esensi dari bermacam kearifan lokal yang bersemayam di sanubari Nusantara, seperti

hamemayu hayuning bawana,

tri hita karana,

dima bumi dipijak, di sinan langik dijunjuang,

si tou timou tumou tou,

berturut-turut memiliki arti yang berpatutan, yakni bahwa manusia harus memperindah keindahan dunia (falsafah Jawa), mengupayakan hubungan harmonis secara spiritual dan ke sekitarnya (falsafah Bali), selaras dengan alam (falsafah Minangkabau), dan hidup bermasyarakat saling peduli dan berlaku baik kepada sesama (falsafah Minahasa). Begitu banyak hal yang perlu kita terjemahkan terkait kearifan lokal dalam pembangunan. Melalui ecopreneur-lah, kita bisa menghadirkannya menjadi kenyataan.

Produk Ecopreneur dengan muatan kearifan lokal. Sumber: Wastraloka.

Ecopreneurship berbasis kearifan lokal: Wastraloka

Wastraloka merupakan salah satu contoh dari ecopreneurship yang berjaya dalam menyelaraskan kearifan lokal ke dalam produksi yang berkelanjutan. Dengan berlandaskan gagasan ‘cara menikmati budaya Indonesia terutama wastra dengan gaya baru’, Wastraloka melakukan pemanfaatan daur ulang logam bekas menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Pelestarian budaya wastra atau kain Nusantara melalui corak-corak batik yang umumnya digambar di atas kain, dikreasikan ke dalam produk-produk yang menggunakan sebanyak 60% material upcycle menjadi produk gift dan dekorasi serta perabotan rumah tangga mulai dari teko hingga diffuser. Melalui kreasi tersebut, Wastraloka juga memberi dorongan energi bagi perempuan, pengrajin, dan local artisan untuk membuat karya lebih sebagai bentuk ekspresi diri, dan turut meningkatkan kesejahteraan mereka.

Perkembangan ecopreneurship seperti Wastraloka juga pada dasarnya didukung oleh potensi pasar ramah lingkungan dengan semakin tingginya tren kecenderungan konsumen untuk back to nature, ditunjukkan dari peningkatan minat wisata alam dan permintaan terhadap produk-produk herbal dan semulajadi. Selain itu, potensi e-commerce juga menunjang produk-produk ramah lingkungan ecopreneur untuk pemasaran (digital marketing) di samping melakukan branding melalui media sosial yang bisa diamati oleh siapa saja. Yang diperlukan bagi para ecopreneur ialah menghadapi tantangan-tantangan produk ramah lingkungan dalam mengidentifikasi pasar dan peningkatan citra produk yang membutuhkan perlakuan khusus sehingga bisa membidik target pasar yang tepat dan keterjangkauan pasar yang lebih besar. Di sisi lain, para ecopreneur juga perlu memberlakukan manajemen harga agar sepadan dengan citra barang, sehingga mampu menarik target pasar menjadi pelanggan.

Diffuser Batik 3Negeri, contoh perpaduan antara kearifan lokal dan kemajuan zaman. Sumber: Wastraloka.

Ecopreneurship berperan penting dalam menciptakan peluang bisnis berkelanjutan. Melalui ecopreneurship, kita dapat memikirkan tiga karakter model bisnis sekaligus: ekologi, ekonomi, dan sosial/etika, yang sarat akan inovasi dalam dunia komersialisasi. Bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak hanya mendatangkan keuntungan, tetapi juga dapat mendatangkan kebaikan bagi orang lain.

Rubrik Bincang SDGs

Rubrik ini merupakan artikel Seminar SDG’s Series Departemen Geografi Pembangunan UGM bekerjasama dengan HMGP Citrakara Mandala UGM. Terbit secara berkala setiap satu bulan sekali.

Referensi

Sari, A. N. (2021, Mei 7). Sitou Timou Tumou Tou, Filosofi Sam Ratulangi yang Diterapkan Kanwil DJKN Suluttenggomalut. Diakses dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia: tautan.

--

--

Seminar SDG's Series
Citrakara Mandala

Departemen Geografi Pembangunan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada