FED (FLOOD ENVIRONMENT DETECTOR)
Ibrahim Imam Rasydan | SMAN 3 Semarang
Juara 2 Regional Development Scientific Competition BATARA#6 HMGP 2022
FED: Penanggulangan Banjir di Lingkungan Rawan Banjir Sebagai Modal Dasar dalam Upaya Pembangkitan Pembangunan Nasional
Hasil pertemuan kelompok kerja infrastruktur G20 (Infrastructure
Working Group/IWG) adalah mendorong implementasi dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur daerah. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur tidak hanya difokuskan dari sisi kuantitas, tetapi juga berkelanjutan, inklusif, dan mampu mengurangi kesenjangan daerah (Salinatri, 2022). Selain itu, G20 berperan dalam isu lainnya, yaitu transformasi digital dan resiko perubahan iklim.
Perubahan iklim dan cuaca secara global, menyebabkan ketidakteraturan
musim yang ditandai oleh fenomena musim kering berkepanjangan, panas dan hujan yang tidak menentu. Hujan terkadang turun dalam jumlah yang tidak normal (ekstrim). Jika jumlahnya terlalu sedikit akan menyebabkan kekeringan, sebaliknya terlalu banyak dapat menyebabkan banjir.
Banjir menempati peringkat pertama bencana alam yang terjadi di
Indonesia. Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB, 2020), pada periode tahun 2000 s/d 2019, jumlah bencana banjir di Indonesia mencapai 9.437 peristiwa. Banjir yang paling sering terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Tengah (1.371), Jawa Timur (1.289), Jawa Barat (1.088), Aceh (529) dan Sumatera Utara (448).
Penggunaan sensor sudah lama digunakan untuk memonitor bencana
banjir, contohnya penggunaan detektor banjir menggunakan radar, tetapi masih memerlukan rancangan perangkat keras yang rumit dan memerlukan biaya yang cukup besar (Raj dkk., 2012). Selain itu ada juga sistem deteksi banjir menggunakan sensor ultrasonik berbasis mikrokontroler yang responnya masih kurang cepat yaitu 5,4 detik dan juga masih menggunakan media SMS gateway (Sulistyowati dkk., 2015).
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dibutuhkan sistem penanggulangan banjir sebagai bentuk pembangunan infrastruktural sebagai modal dasar dalam upaya pembangkitan pembangunan nasional di lingkungan rawan banjir. Dengan sistem penanggulangan banjir ini, masyarakat dapat melakukan persiapan sebelum bencana banjir terjadi. Salah satu cara adalah membuat detektor banjir berbasis website sebagai alat monitoring banjir yang dapat memberikan data dengan cepat, akurat dan mudah diakses oleh masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya dengan bencana alam.
Detektor Banjir Berbasis Website Yang Terdiri Dari Sensor Air Dan Mikrokontroler
Detektor banjir ini terdiri dari sensor air, mikrokontroler dan sistem
jaringan internet berbasis website. Sensor adalah perangkat elektronika yang dapat mengubah besaran fisis, seperti tekanan, gaya, kecepatan, suhu, sinar dan fenomena lingkungan lainnya menjadi sinyal listrik (Suryono, 2018).
Mikrokontroler adalah sebuah chip yang berfungsi sebagai pengontrol
rangkaian elektronik dan dapat menyimpan program di dalamnya. Mikrokontroler merupakan suatu sistem komputer yang sederhana dengan cara kerja membaca dan menulis data. Komponen mikrokontroler dapat berupa processor, memory, clock dan lain-lain (Umari, C. dkk., 2017).
Website adalah suatu aplikasi software yang memungkinkan setiap pengguna atau user untuk menerbitkan atau mencari dokumen hypertext di internet. Bisa dikatakan website adalah sebuah situs (Greenlaw, dkk 1999).
Adapun cara kerja detektor banjir ini adalah sebagai berikut :
- Kepekaan Sensor Air Terhadap Ketinggian Air
Kepekaan sensor air terhadap ketinggian air diukur dengan memberikan status Aman, Siaga, Waspada dan Bahaya. Jika ketinggian air 30 cm, maka di website akan menunjukkan status Aman. Jika ketinggian air 60 cm, maka di website akan menunjukkan status Siaga. Jika ketinggian air 90 cm, maka di website akan menunjukkan status Waspada, dan jika ketinggian air 120 cm, maka di website akan menunjukkan status Bahaya. - Cara Kerja Mikrokontroler Terhadap Penerimaan Data Dari Sensor Air
Sensor air akan mendeteksi ketinggian air dan mengirimkan sinyal ke
mikrokontroler. Kemudian sinyal diproses oleh mikrokontroler NodeMCU V3 8266 menjadi data ketinggian air. Data ketinggian air tersebut dikirim ke server. Di server data ketinggian air akan muncul di website. - Data di Jaringan Internet Berbasis Website
Di dalam website, data yang muncul dalam bentuk tampilan lembaran
monitoring. Lembaran tersebut berjudul Monitoring Ketinggian Air Di Sungai. Lembaran monitoring inilah yang dapat dibaca oleh masyarakat di daerah rawan banjir dan pihak-pihak yang terkait dengan bencana alam melalui komputer dan smartphone. Rata-rata kecepatan waktu yang diperlukan untuk dapat membaca ketinggian air adalah 1 (satu) detik.
Kesimpulan
Detektor banjir berbasis website yang menggunakan sensor air dan
mikrokontroler sangat baik digunakan di daerah rawan banjir karena dapat memberikan data ketinggian air dengan cepat, akurat dan mudah diakses. Detektor juga mudah digunakan dan tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pembuatan dan penggunaannya. Dengan penggunaan detektor banjir ini, masyarakat di daerah rawan banjir lebih waspada terhadap datangnya banjir. Dan, dapat melakukan pencegahan terhadap dampak bencana banjir yang lebih besar.
Detektor banjir berbasis website ini, dapat direkomendasikan kepada
pihak-pihak yang terkait yang berhubungan dengan bencana alam seperti BNPB, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, Pemerintah Daerah atau pihak-pihak lainnya. Dimana, alat ini dapat ditempatkan di sungai, waduk, bendungan, dan danau di daerah rawan banjir.
Akhir kata, dengan penanganan perubahan iklim melalui detektor yang
berbasis transformasi digital ini, maka tujuan Indonesia dalam ”Recover
Together, Recover Stronger” atau “Pulih Bersama, Lebih Kuat” boleh juga
disebut “Dari Indonesia, Dunia Pulih Bersama”, akan tercapai.
Tulisan ini adalah hasil publikasi karya artikel pemenang lomba Regional Development Scientific Competition. Diselenggarakan oleh HMGP dalam Birthday Tahunan Raya ke-6 Tahun 2022 (BATARA #6).
Referensi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2020. Data Informasi Bencana Indonesia. Jakarta.
Greenlaw, R. & Ellen, H. 1999. Introduction to the Internet for Engineers (B.E.S.T. Series) Paperback. Amazon.com.Book.
Raj, B., Kalgaonkar, K., Harrison, C. & Dietz, P. 2012. Ultrasonic Doppler Sensing in HCI. IEEE Computer Society Digital Library, Pervasife Computing.
Sulistyowati, R., Sujono, H. & Hakim, J. 2015. Sistem Pendeteksi Banjir Berbasis Sensor Ultrasonik dan Mikrokontroler Dengan Media Komunikasi SMS Gate Way. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III 2015, Surabaya: Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Suryono. 2018. Teknologi Sensor : Konsep Fisis dan Teknik Akuisisi Data Berbasis Mikrokontroler 32 Bit Atsam3x8E (Arduino Due), Elektronika. Semarang: Undip Press.
Umari, U., Eci A. & Rofif, Z. M. 2017. Rancang Bangun Sistem Peringatan Dini Berbasis Sensor Ultrasonik dan Mikrokontroler Sebagai Upaya Penanggulangan Banjir. Banten: Sekolah Tinggi Meterologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG).