Jawab Lagu Ebiet G.Ade, Mengapa di Tanahku Terjadi Bencana?

Novirene Tania
Citrakara Mandala
Published in
5 min readJun 30, 2020
Photo by Yosh Ginsu on Unsplash

Munculnya ide untuk mengunggah tulisan ini bermula dari aktivitas rutin di rumah saya — dimana saya bisa mendengar hobi baru Mama (baca: nyanyi lagu Ebiet G. Ade) bahkan saat saya sedang ada di kamar mandi. Dari sekian banyak lagu Ebiet, Mama terdengar sangat merdu saat menyanyikan salah satu bagian di lagu yang berjudul “Berita Kepada Kawan”. Dan, bagian itulah yang saya maksudkan sebagai judul postingan kali ini.

Mohon izin kepada rekan-rekan di Fakultas Geografi UGM yang mungkin dapat menjelaskan hal ini secara lebih detail dan ilmiah. Postingan ini tidak lain tidak bukan tujuannya adalah untuk sekadar membagi wawasan kepada teman-teman lain yang mungkin jarang membaca hal ini dalam bahasa yang paling sederhana.

Pertanyaan pertama sebelum memulai: mengapa saya harus mengetahui hal ini?

Pengetahuan mendasar tentang ‘kebencanaan’ bukan lagi menjadi topik yang harus dihindari. Alergi bukan solusi untuk kita menjadi tak acuh terhadap wawasan yang mau tidak mau kita harus tau. Sederhana alasannya:

Risiko kita yang sama-sama tinggal di wilayah yang sama (sebut saja NKRI) sama besarnya — tidak lagi tersekat kamu dan saya beda jurusan.

Kurang lebih dua tahun saya jarang bolos mata kuliah Geografi Dasar seperti Geologi, Geomorfologi, Ilmu Tanah, Ilmu Wilayah, ataupun Pengantar Geografi, setidaknya ada satu kalimat yang selalu diulang-ulang dosen dan terekam jelas dalam benak saya: setiap wilayah selalu memiliki potensi dan ‘permasalahan’ yang berbeda-beda.

Permasalahan menjadi kata yang saya hendak bahas lebih mendalam. Mari kita buat perjanjian awal sebelum membaca lebih lanjut postingan ini: bencana juga merupakan salah satu bentuk permasalahan.

Kenapa sih Indonesia rawan bencana?

Saya anggap kita semua tentu telah terbekali dengan mata pelajaran IPS sewaktu SMP tentang posisi strategis Indonesia yang diapit oleh beberapa lempeng. Meskipun kita lupa apa nama lempengnya, yang penting pengetahuan mendasar itu perlu tetap diingat.

Secara lebih mendetail, lempeng-lempeng yang membentuk Indonesia diantaranya adalah Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Saya coba bantu untuk mengilustrasikan bahwa lempeng tidak ubahnya seperti kamu dan pasangan yang sedang berusaha PDKT: bergerak dinamis, saling mendekat dan kemudian menjauh bila sesuatu hal memaksa menjadi jarak diantara kalian. Begitupun halnya lempeng. Adanya tenaga yang menggerakan antarbagian lempeng menyebabkan dampaknya bisa beragam. Gak selalu langsung dahsyat memang, tapi yang dahsyat pun juga sangat mungkin dan pernah terjadi (termasuk serangkaian fenomena yang berhasil membentuk Kepulauan Indonesia sampai saat ini). Dan satu lagi catatan bahwa lempeng akan terus bergerak. Jadi, memang tidak salah saat kalian mendengar fakta-fakta seperti Madagaskar semakin menjauhi Benua Afrika setiap tahunnya dalam ukuran jarak tertentu.

Sumber Gambar : Geology.com

Perhatikan ilustrasi di atas. Visualisasikan gambar-gambar lempeng di atas secara berulang dalam benak kita masing-masing. Gerakan yang terjadi di antaranya akan menimbulkan “gesekan” yang dampaknya berbeda-beda tergantung dari kekuatannya. Bagai dua batu yang kita percayai sejak SD bahwa ketika saling digosokkan terus-menerus maka dapat menimbulkan percikan api. Persis seperti itulah juga aktivitas lempeng yang membentuk uniknya karakteristik negara kita ini. Singkat cerita, pergerakan lempeng inilah yang menjadi cikal bakal mengapa Indonesia memiliki sekitar 127 gunung api yang aktif (CNN Indonesia edisi 07/10/2019).

Sumber Gambar: Indonesia-Investment.com

Kok aku belum baca tentang Ring of Fire?

Semoga kita masih sama-sama ingat bahwa lagi-lagi di pelajaran IPS telah dijelaskan kalau Indonesia berada di antara Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik. Beginilah kurang lebih bentukannya sehingga kita biasa mengenalnya dengan sabuk gunung api (Ring of Fire). Nah, bencana seperti gunung api maupun gempa bumi biasa terjadi di sekitar sabuk ini. Perhatikan coba jalur merah muda pada gambar di bawah, Indonesia sempurna ter-stabilo. Jadi, masih mau nunda untuk tau kenyataan ini?

Sumber Gambar: Indonesia-Investment.com

Sedikit melebar dari pembahasan: dapatkah bencana dihilangkan?

Buat kita yang mungkin menganggap pemerintah dan sejumlah pihak melakukan ini dan itu dengan tujuan menghilangkan ancaman bencana, semoga setelah membaca ini kita bisa lebih peka kenapa kita harus peduli tentang hal ini.

Seperti halnya membaca formula lainnya sesuai dengan prinsip matematika, maka dapat disimpulkan bahwa rumus di atas mengandung makna: risiko bencana (risk) dapat berkurang atau meningkat tergantung pada besarnya variabel penyebut dan pembilangnya.

Tentu kita inginnya risiko bencana dapat dikurangi, maka yang harus dilakukan berdasarkan formula di atas adalah: memperbesar kapasitas (capacity).

Lalu, apa itu kapasitas?

UNISDR Terminology on Disaster Risk Reduction menjelaskan bahwa kapasitas mengacu pada semua kekuatan, atribut dan sumber daya yang tersedia dalam suatu komunitas, organisasi atau masyarakat untuk mengelola dan mengurangi risiko bencana dan memperkuat ketahanan. Kapasitas menghadapi bencana tak ubahnya seperti kita yang akan melakukan sejumlah cara untuk sukses dalam ujian akhir atau rencana lain yang sudah kita targetkan dalam beberapa waktu ke depan. Persis, sama seperti itu.

Bencana yang belum terjadi dan mungkin terjadi perlu dipersiapkan dengan membangun kekuatan kapasitas kita sebagai subjek yang sangat mungkin dirugikan karena dampak bencana nantinya baik nyawa maupun kepemilikan harta benda.

Kesadaran individu jadi langkah sederhana meningkatkan kapasitas

Leading by doing. Tiga kata ini sederhana tetapi dalam maknanya. Begitupun dalam hal menjawab niat baik kita untuk meningkatkan kapasitas dalam rangka mengurangi risiko bencana. Jangan berpikir terlalu menjauh tentang kita yang harus seperti tim SAR atau anggota relawan yang telah totalitas membaktikan dirinya untuk penanganan bencana dan lalu kita menjadi berpikir tidak bisa melakukan apa-apa.

Dewasa ini, kita semua semakin mudah mengakses informasi. Ponsel pintar yang menjadi teman sehari-hari dapat menjadi harapan untuk kita bisa meningkatkan kapasitas. Gali informasi, tingkatkan pengetahuan kebencanaan, sebarkan informasi yang mampu mengedukasi banyak pihak (khususnya mereka yang awam) tentang dasar-dasar kebencanaan.

Saya percaya dan mengajak kalian semua untuk percaya bahwa kecepatan penyebaran informasi di media sosial yang semakin menggila akhir-akhir ini mampu memberikan energi positif selagi dikelola dengan baik. Besar harapan kita bersama bahwa satu informasi yang dibagi akan terus bergerak bagai efek domino. Dengan demikian, secara perlahan, kita telah berbuat aksi sederhana: dari membangun kesadaran individu menjadi meningkatkan kesadaran bersama (kolektif).

Persis seperti yang dipesankan oleh Alm. Sutopo Purwo Nugroho (Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana) bahwa:

Hidup itu bukan soal panjang pendeknya usia, tapi seberapa besar kita dapat membantu orang lain.

Terima kasih telah meluangkan beberapa menitmu untuk membaca postingan ini. Sesederhana dengan membaca (membangun kesadaran dan meningkatkan wawasan), kita telah sama-sama meningkatkan upaya membangun kapasitas. Semakin meningkat pula upaya kita saat kita berusaha membagikan wawasan ini dan terus menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Akhir kata, dengan senang hati, saya menyampaikan keterbukaan untuk teman-teman yang ingin berkomunikasi lebih lanjut melalui akun media sosial saya (baik Linkedln, blogspot, ataupun media lainnya) yang dapat diakses pada link ini :)

--

--

Novirene Tania
Citrakara Mandala

Diskusi soal kota, transportasi, dan pembangunan. Terbuka untuk kolaborasi melalui https://linktr.ee/novirenetania