Ketangguhan Kota Pintar Menghadapi Pandemi

HMGP Citrakara Mandala UGM
Citrakara Mandala
Published in
6 min readJun 30, 2020

Penulis: M. Galang Ramadhan A.T, Yusron Ikhlassul Amal
Divisi Riset dan Keilmuan HMGP UGM 2020
Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Cities have always been the fireplaces of civilization, whence light and heat radiated out into the dark.

Kota-kota selalu menjadi perapian peradaban, di mana cahaya dan panas memancar keluar ke kegelapan (Theodore Parker)

Ungkapan dari Parker seorang transendentalis dari Amerika pada awalan tulisan ini menggambarkan betul peran kota sebagai melting pot dari peradaban yang diwakili. Orang dari berbagai penjuru negeri berkumpul dan membentuk kota yang hiruk pikuk, setidaknya hingga sebelum pandemi ini. Kepadatan/Density merupakan penanda ataupun poin penciri utama kota dibandingkan karakter wilayah lain. Hal ini juga yang membuat kota sangat rentan terhadap risiko wabah seperti COVID-19. Pun, pada pandemi sebelumnya dalam lintasan sejarah dunia kota selalu menjadi episentrum penyebaran. Melihat hal seperti itu beberapa ahli berpendapat bahwa perlu memikirkan ulang secara serius tentang perencanaan kota jika kita ingin mencapai kelangsungan kehidupan dan penghidupan secara jangka panjang di dunia yang rentan wabah ini.
”We’re on an urban planet. The global economy is living and dying by what happens in cities,” (Jason Corburn dalam Ellis, 2020)

Kota sebagai hub dari berbagai wilayah yang diwakilinya memiliki pengaruh besar bagi kehidupan manusia yang tinggal di dalamnya. Kota saat ini sedang diuji secara ekstrim dengan pandemi COVID-19. Bersamaan dengan krisis kesehatan, krisis sosial, dan krisis ekonomi, COVID-19 menunjukkan seberapa baik kota direncanakan dan dikelola. Sekurangnya, jumlah total kota kabupaten terdampak menyebar di 34 provinsi di Indonesia dengan rincian 389 Kabupaten Kota yang terdampak (Al Ansori, 18 Mei 2020)

COVID-19 adalah tantangan besar bagi kota-kota di seluruh negara dunia, kaya maupun miskin. Langkah-langkah yang diambil untuk mengendalikan penyebaran virus ini memiliki implikasi besar. Hal ini dikarenakan terkait dengan kesiapan mereka untuk krisis semacam itu, terutama memperhatikan keadaan kesehatan masyarakat dan sistem pemberian layanan mereka untuk mencapai kelompok rentan. Dampaknya menunjukkan sejauh mana masing-masing kota dapat berfungsi sebagai pelayan bagi penghuninya.

Source: https://smarcitiesworld.net

Berbagai Langkah diupayakan pemerintah kota di seluruh dunia, salah satu upaya yang cukup banyak diterapkan adalah integrasi teknologi dalam kerangka kota pintar (Smart City).

Perihal Teknologi dan Smart City

Salah satu contoh paling menonjol tentang bagaimana teknologi dan data digunakan untuk memberdayakan warga dapat kita pelajari di Seoul. Filosofi yang diterapkan adalah ‘warga kota adalah walikota’. Filosofi ini bermaksud untuk membekali warga dengan akses real-time yang sama dan terbuka tidak kurang tidak lebih selayaknya informasi yang didapatkan walikota. Seoul telah melangkah lebih jauh dari kebanyakan kota dalam membuat informasi tentang wabah COVID-19. Dasbor data diperbarui beberapa kali setiap hari dan memungkinkan warga untuk mengakses informasi anonim terbaru tentang usia, jenis kelamin, dan tanggal pasien yang positif. Termasuk informasi dimana dan kapan mereka mengunjungi suatu tempat. Bahkan hingga mengakses informasi serinci restoran apa yang dikunjungi dan nomor kursi bioskop berapa yang digunakan.
Tujuan dari berbagai program ini adalah untuk memberikan warga kota dengan informasi yang diperlukan untuk mengambil tindakan pencegahan, memonitor diri sendiri dan melaporkan jika mereka mulai menunjukkan gejala setelah mengunjungi salah satu “titik infeksi”. Pun, berbagai informasi itu selalu update, termasuk lokasi mana saja yang telah didisinfeksi pemerintah sehingga masyarakat tahu secara pasti mana mana saja lokasi yang aman dikunjungi.

Pun, salah satu kota di India juga telah mengedepankan konsep smart city dalam memerangi pandemi COVID-19. Konsep kota pintar dikembangkan bersama dengan perusahaan teknologi seperti Tech Mahindra, HCL Technologies and Infosys. Tech Mahindra memanfaatkan kamera yang terpasang di jalan-jalan untuk membantu dalam hal monitoring masyarakat. Hal ini juga membantu dalam hal memantau pergerakan masyarakat saat lockdown. Teknologi seperti drone juga dimanfaatkan untuk mempermudah pengawasan melalui udara. HCL Technologies dan Infosys BPM telah membangun pusat kontrol informasi COVID-19 yang ada di kota tersebut. Melalui teknologi ini, masyarakat dapat melaporkan orang-orang yang datang dari luar daerah agar selalu terpantau selama melakukan isolasi diri. Di Hyderabad, pemerintah dengan ‘Covid-19 Monitoring System App’ membantu masyarakat dalam mengidentifikasi dan memonitor masyarakat yang melakukan isolasi dengan data yang selalu di-update secara real time (Sangani, 2020).

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Menurut Hadiwiono (2020), penerapan smart city di Indonesia masih sering mengalami kendala. Gerakan Menuju 100 Smart City yang dicanangkan pemerintah seringkali terhambat dari segi infrastruktur penunjang yang belum memadai, kesiapan pemerintah setempat, hingga masyarakat yang belum siap menerima dan memanfaatkan teknologi secara baik. Terlepas dari kendala itu semua, terdapat juga kabar baik dari pemerintah pusat dan berbagai daerah di Indonesia yang telah mampu memanfaatkan teknologi di tengah situasi pandemi ini.

Keberadaan teknologi basis data terpadu sangatlah vital jika kita berbicara perihal COVID-19. Pemerintah telah menyiapkan aplikasi Bersatu Lawan Covid-19 dan laman covid19.go.id untuk membantu melacak sebaran penularan Covid-19. Sistem ini mengintegrasikan data-data yang diinput dari berbagai pihak seperti laboratorium, puskesmas, rumah sakit, dan dinas kesehatan dengan bantuan TNI-Polri, BPBD, BIN, dan Jajaran Komunikasi dan informasi daerah. Informasi yang ada tidak hanya sebatas sebaran virus COVID-19, melainkan data pasien terkonfimasi sembuh, meninggal, jumlah yang dirawat tiap-tiap provisi bahkan jenis kelamin, serta daftar penyakit penyerta dari penderita COVID-19.

Jawa Timur dengan bantuan Universitas Brawijaya Malang membangun sistem informasi berbasis web bernama Simerona. Sistem informasi ini dapat membantu masyarakat dalam melakukan mobilitas karena sistem ini memberi informasi daerah mana saja yang termasuk zona bahaya terpapar COVID-19 di Jawa Timur.

Halaman Muka Web Simerona

DKI Jakarta juga tidak ketinggalan dalam hal ini. Lewat aplikasi Jakarta Kini (JAKI), masyarakat dapat memanfaatkan fungsi lapor dan pantau. Masyakat dapat membuat laporan kepada pemerintah daerah terkait kondisi lingkungan sekitar, apakah sudah menerapkan protokol kesehatan atau belum. Laporan akan terintegrasi dengan sistem Cepat Respon Masyarakat (CRM), sehingga dapat langsung ditindaklanjuti oleh petugas. JakWarta dalam aplikasi JAKI secara berkala merilis update ringkas data kasus COVID-19 setiap harinya, mulai dari jumlah kumulatif kasus positif, dalam perawatan, isolasi mandiri, pasien dinyatakan sembuh, dan pasien yang meninggal dunia. Untuk meminimalisir mobilitas masyarakat, Pemprov DKI menyediakan fitur JakPangan untuk membantu masyarakat memantau harga pangan dari rumah serta menerima layanan pemesanan kebutuhan sehari-hari (Hanggara, 2020).

Catatan Penting

Penggunaan teknologi ini tidak dinyana mampu mendorong kerja sama antarkota-antarsektor dalam tata pemerintahan. Tentu saja, selalu ada dampak yang tidak mengenakan dari suatu penggunaan teknologi. Seperti dilihat dari berbagai negara seperti Cina, Thailand, Hong Kong, dan Inggris, di mana penggunaan teknologi dalam rangka penanganan COVID-19 sering mengabaikan batas privasi sipil. Beberapa ahli telah mencatat bahwa meskipun teknologi dapat membantu dalam mendukung tujuan tertentu seperti pelacakan kontak, namun tidak ada yang dapat menjamin keamanan data privasi dari seseorang. Diperlukan serangkaian tindakan, kerangka kerja, dan protokol lain yang mapan untuk menjaga keseimbangan yang baik antara perlindungan hak privasi dan mewujudkan kesehatan masyarakat.

Terlepas dari kekurangan tersebut, penerapan teknologi dalam kerangka kota pintar terbukti menjadi alat penting dalam bagaimana kota mengelola COVID-19. Hal tersebut juga memberikan serangkaian pelajaran berharga tentang bagaimana kota dapat bekerja lebih baik dengan warga menggunakan teknologi untuk mengatasi tantangan sosial. Akan tetapi, dalam konteks Indonesia selalu kembali ke pertanyaan klasik:

“Siapkah Infrastruktur Data di Indonesia?”

Sumber Referensi:

Al Ansori, A.N. (2020, 18 Mei). Update 18 Mei 2020: 38 Kabupaten Kota di Indonesia Terdampak COVID-19. Tulisan pada https://liputan6.com

Ellis, E.G. (2020, 15 Mei). How Smart City Planning Could Slow Future Pandemics. Tulisan pada https://wired.com

Hadiwiono, Suranto. (2020, 11 Mei). SWARA KAMU: Konsep Smart City Menghadapi Pandemi COVID-19. Tulisan pada https://swara.tunaiku.com

Hanggara, A.G. (2020). Selalu Siaga Pandemi COVID-19 bersama JAKI. Tulisan pada https://smartcity.jakarta.go.id

Sangani, Priyanka. (2020, 13 April). Cities Ping Tech Firm to Build Coronavirus-Fighting Tools. Tulisan pada https://economictimes.indiatimes.com

Wahba, S dan Vapaavuori, J. (2020, April 27). A Functional City’s Response to The COVID-19 Pandemic. Tulisan pada https://blogs.worldbank.org.

--

--