New Normal: Bukan 100% Kembali Menjadi Bar-Bar

Novirene Tania
Citrakara Mandala
Published in
2 min readJun 8, 2020
Photo by United Nations COVID-19 Response on Unsplash

Tulisan ini adalah tulisan yang ditulis dengan cepat sebagai respons “kegemasan” penulis terhadap masyarakat yang mulai gatal dengan kesiapan menyambut kenormalan baru. Dengan demikian, isinya bukan sesuatu yang menginformasikan analisis mendalam. Dibuat singkat dan to the point — tujuannya satu: agar jadi renungan cepat untuk kita bersama menghadapi Corona.

New normal — fase baru yang kini sedang dipersiapkan oleh Indonesia dengan mencontoh pada beberapa negara yang turut mengambil kebijakan serupa. Tujuannya tidak lain tidak bukan adalah untuk menyeimbangkan dampak akibat pandemi termasuk kestabilan kondisi ekonomi sembari menunggu ketersediaan vaksin yang mampu menanggulangi penyebaran COVID-19 semakin lebih meluas.

Ramai sudah di berita dan berbagai media sosial terkait aturan-aturan menghadapi new normal. Respons ‘heboh’ turut menggaungi kondisi work from home yang masih berlaku hingga kini. Beberapa mall di kota besar yang diprediksi sudah siap dibuka dalam masa new normal jadi topik yang digadang-gadang sebagai topik paling hangat dalam pemberitaan. Bagaimana tidak, mungkin dominan pikiran yang muncul dari orang-orang yang sudah 2 bulan lebih #dirumahaja adalah ‘asik, sebentar lagi aku bisa bebas keluar rumah lagi!’

Bebas jadi kata yang perlu penafsiran mendalam di masa krisis kesehatan ini. Mengapa demikian? Jika sebelumnya ‘kebebasan’ tiap orang mungkin hanya sebatas menjadi risiko buat dirinya sendiri, kali ini beda ceritanya. Anjuran #dirumahaja secara sederhana sebenarnya merupakan koridor untuk membatasi pergerakan kita yang terlampau bebas sebelum pandemi.

Lalu, bagaimana dengan konteks ‘bebas’ pada pemberlakuan new normal?

Sesuai namanya, new normal dimaksudkan sebagai tatanan cara hidup baru sebagai masa transisi dalam menghadapi pandemi. Masyarakat kembali diperbolehkan beraktivitas untuk tetap menjaga produktivitas — khususnya bagi sektor-sektor yang selama ini sudah terlampau lumpuh karena metode daring tidak mampu mengakomodasi.

Namun, yang perlu ditekankan adalah pentingnya untuk tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. COVID-19 sebagai pandemi yang penyebarannya berkarakteristik dari manusia ke manusia lain harus ditekan dengan tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat dimanapun. Cuci tangan, pakai masker, dan kurangi menyentuh area wajah saat bekerja. Pun yang terpenting adalah hindari kerumunan dan jaga jarak.

Sudah jelas sekali bahwa new normal bukan dimaksudkan untuk kita kembali ‘hahahihi’ secara bergerombol dan dempet-dempetan. Pun tidak juga dimaksudkan bebas keluar sebebas-bebasnya tanpa ada kepentingan dan urusan yang mendesak. Butuh refreshing? Setiap dari kita perlu menahan diri untuk kemenangan bersama.

Sumber Gambar : https://akurat.co/

Bersama-sama kita patuh, cepat kita berkumpul kembali dengan utuh!

--

--

Novirene Tania
Citrakara Mandala

Sharing insights on sustainability & all about spatial thinking. Looking for opportunities linkedin.com/in/novirene-tania/