Pandemi, Inovasi, dan Solidaritas Masyarakat

Seminar SDG's Series
Citrakara Mandala
Published in
5 min readDec 7, 2021

Rubrik Bincang SDGs Seri #71 |Oleh: Destriana Pasaribu

Sumber: CNBC Indonesia

Penyebaran virus Covid-19 ke seluruh belahan dunia menyebabkan banyaknya terjadi kematian dan krisis yang hingga saat ini belum berkesudahan. Penyakit yang disebabkan oleh virus Covid-19 merupakan penyakit yang harus diwaspadai karena penularannya yang relatif cepat dan belum adanya terapi definitif atau penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang telah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya (Susilo, Adityo, dkk, 2020). Dilansir dari website Covid19.co.id, hingga Desember 2021, Covid-19 kembali lagi bermutasi menjadi varian baru setelah beberapa waktu lalu bermutasi menjadi varian alpha, beta, gamma, delta, serta varian omicron yang dideteksi pada 24 November 2021 di Afrika Selatan. Berdasarkan data tersebut, pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan terutama terkait pembatasan, seperti PSBB dan PPKM yang kemudian berdampak pada aktivitas masyarakat.

Namun siapa sangka, bahwa seyogianya pandemi Covid-19 ini juga menyimpan berbagai hal baik yang sering luput dari kacamata setiap orang, terutama dalam aspek sosial. Secara tidak langsung, dengan adanya pandemi mampu merangsang perbaikan hubungan sosial antar manusia, salah satunya Social Awareness atau kepekaan sosial. Rasa iba, rasa prihatin, rasa ikut serta merasakan duka dan suka timbul di kalangan masyarakat akibat dari terancamnya kehidupan akibat pandemi. Pembatasan dalam berhubungan sosial juga memaksa setiap pihak untuk berpikir kreatif serta berinovasi tentang bagaimana menyalurkan rasa sosial kepada sekitar dengan keterbatasan yang ada.

Inovasi-inovasi yang disemarakkan merupakan respon atas terjadinya pandemi. Selain berupaya untuk memperbaiki tatanan sosial, hal ini juga kemudian berpengaruh terhadap tatanan perekonomian. Banyak strategi-strategi survivalitas yang dilakukan masyarakat dalam merespon pandemi. Secara tidak sadar, masyarakat telah melakukan optimalisasi sumber daya yang dimiliki, seperti pengetahuan, jaringan, infrastruktur, dan fiskal, serta muncul berbagai gerakan lintas komunitas. Hal ini dibuktikan dengan maraknya informasi mengenai masyarakat yang mulai menyemarakkan minuman dan makanan herbal. Lahirnya komunitas-komunitas menunjukkan tumbuhnya rasa empati terhadap keadaan krisis yang terjadi, baik dalam rangka menyuarakan vaksinasi atau membantu menyalurkan bantuan sosial dengan memanfaatkan jaringan yang ada.

Masyarakat yang berusaha bertahan hidup dibalik UMKM sebenarnya memunculkan nilai-nilai positif, seperti value creation, value delivery, dan value capture yang kemudian memunculkan strategi-strategi baru untuk tumbuh kembali. Praktik-praktik yang dilakukan di kalangan masyarakat menjadi wujud implementasi kepedulian sosial untuk bergotong royong dalam menyelesaikan masalah bersama. Panggungharjo, Sewon, Bantul merupakan salah satu daerah dengan contoh praktik yang dilakukan sebagai respon sosial. Panggungharjo tersebut menjadi percontohan daerah yang tanggap terhadap informasi tentang Covid-19 serta penerapan mitigasi bencana yang adaptif untuk masyarakat di sekitarnya.

Eksistensi Panggungharjo telah menghadirkan inovasi baru yang sangat membantu masyarakat, seperti pasardesa.id. Platform pasardesa.id mengatasi kebutuhan konsumsi warga dan menjadi intermediary actor antara penjual dan pembeli yang kemudian memunculkan nilai saling menopang berupa mitigasi, solidaritas, kolaborasi, dan ekonomi berbagi antar masyarakat. Contoh lain adalah Krandegan di Bayan Purworejo yang melahirkan digitalisasi desa dan mengembangkan program Kampung Tangguh Nusantara. Ada pula Desa Karangrejo di Borobudur yang juga mengembangkan visi sebagai Kampung Rempah dengan melibatkan kelompok rentan dan marjinal yang ada di desa terdampak pandemi Covid-19. Contoh-contoh tersebut merupakan bukti nyata akan responsibilitas pemerintah lokal dalam merespon inisiasi lokal dari masyarakat terkait pengembangan potensi yang ada.

Pembatasan sosial menjadi cambuk untuk melakukan berbagai inovasi guna peningkatan standar hidup. Gunung Kidul dengan potensi keindahan alam sebagai pariwisata tentunya mengalami kerugian yang cukup besar. Namun dengan adanya teknologi kemudian menghadirkan inovasi baru berupa Virtual Tour yang berisi konten kreatif sebagai ajang untuk promosi. Kalurahan Condong Catur di Sleman juga menghadirkan hal baru berupa fasilitas belanja online di Pasar Kolombo Condong Catur. Hal ini dianggap penting karena mampu membangun mekanisme belanja di pasar rakyat guna mendukung pencegahan penularan Covid-19 dan meningkatkan daya tarik dan daya saing pasar rakyat sehingga para pedagang tetap dapat berjualan dan masyarakat juga dapat berbelanja tanpa meningkatkan risiko penyebaran virus. Selain itu, Kalurahan Sambirejo Prambanan juga telah berkembang aplikasi LARON (Laris Online) yang meningkatkan pasar produk UMKM yang bekerja sama dengan Donoharjo, Sendangtirto, dan Sumberrejo dan juga aplikasi SIMPELDESA yang dimanfaatkan oleh pelaku UMKM dalam proses jual beli menu Pasar Desa yang diakses oleh warga Sambirejo.

sumber: simpeldesa.com

Program Kampung Tangguh Nusantara sudah seharusnya menjadi percontohan karena sangat membantu pemerintah dari berbagai sisi, seperti kesehatan, ekonomi, dan ketahanan pangan. Program ini menjadi posko jaga 24 jam atas pandemi, membantu dalam pembagian masker, air, dan sabun cuci tangan serta dalam melakukan penyuluhan kesehatan. Pada aspek ekonomi, program ini bergerak menjadi pasar dengan membagi sembako subsidi ke seluruh warga dengan melakukan program three in one yang berarti tiga keluarga mampu membantu satu keluarga kurang mampu, dan juga mengadakan meja anti lapar serta menjadi ladang untuk warga yang kehilangan pekerjaan karena pandemi. Selain itu, Kampung Tangguh Nusantara juga ikut serta dalam menjaga ketahanan pangan dengan melakukan pembagian bibit.

Inovasi yang muncul dari kalangan masyarakat dan komunitas kemudian mengembangkan gerakan-gerakan sosial kemanusiaan. Contohnya adalah gerakan “Sonjo: Sambatan Jogja”. Gerakan ini menjadi bentuk solidaritas kemanusiaan dalam mendorong pengembangan di tengah pandemi. Gerakan yang diinisiasi oleh salah satu dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini digerakkan menggunakan whatsapp group untuk berkoordinasi. Bukan hanya fokus di bidang ekonomi, gerakan ini juga fokus di bidang kesehatan, pendidikan dan lain-lain (Agung, 2020).

Sumber: ugm.ac.id

Masyarakat Indonesia memiliki solidaritas sosial yang dapat menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial, kerjasama, hingga keswadayaan. Solidaritas sosial ini dapat menjadi bahan evaluasi dan juga inovasi sebagai sumber energi sosial dan modal pembangunan masyarakat. Penting adanya kolaborasi dan responsivitas pemerintah terhadap inovasi yang muncul di masyarakat guna mendukung penghidupan yang berkelanjutan serta mendorong program-program kemanusiaan yang berdampak bagi masyarakat. Dalam setiap tahap pembangunan, perlu paradigma pembangunan yang inklusif sehingga muncul pemberdayaan masyarakat dari aspek ekonomi, politik, dan sosial.

Rubrik Bincang SDGs

Rubrik ini merupakan artikel Seminar SDG’s Series Departemen Geografi Pembangunan UGM bekerjasama dengan HMGP Citrakara Mandala UGM. Terbit secara berkala setiap satu bulan sekali.

Referensi

Agung. (2020, Juli 4). Sonjo, Upaya Kemanusiaan di Tengah Pandemi Covid-19. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada .

Susilo, Adityo, dkk. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7, 45–67.

--

--

Seminar SDG's Series
Citrakara Mandala

Departemen Geografi Pembangunan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada