Memahami Kunci Produktivitas Diri

Ta’zirah Marwan
codexstories | CODEX Telkom
5 min readNov 26, 2020
Sumber: Pinterest

Kunci produktivitas adalah Key of Productivity.

Oke oke, mari lanjut ke artikel aslinya :)

Saat harus bekerja dari rumah alias Work From Home (WFH) karena pandemi Covid-19, mungkin ada banyak orang yang merasa tidak produktif karena hanya bisa menyelesaikan sedikit pekerjaan. Mereka pun berinisiatif untuk mencari cara meningkatkan produktivitas diri.

Beberapa hal yang biasanya mereka lakukan adalah:

  • Mencari tips di internet, seperti blog atau Medium.
  • Bertanya-tanya ke rekan yang dirasa lebih produktif.
  • Membaca buku tentang produktivitas.

Menariknya, berbagai hal di atas biasanya akan memberikan tips yang berbeda-beda. Beberapa ada yang saling melengkapi satu sama lain, tetapi ada juga yang justru bertolak belakang dengan semua tips lainnya, a.k.a anti-mainstream.

Lalu dari berbagai macam tips tersebut, mana yang harus kita ambil? Jawaban saya: terapkan yang paling cocok dengan diri sendiri.

Pada akhirnya, semua tips tersebut hanyalah opini dari sang penulis. Mereka mendapatkan kesimpulan itu biasanya dengan berkaca pada pengalaman pribadi.

Memang ada beberapa orang yang melakukan trial and error dengan mencoba berbagai macam tips produktivitas, sebelum kemudian mengambil kesimpulan mana tips yang terbaik. Dari situ pun muncul beberapa tips untuk bekerja secara singletasking, pengelolaan diri, hingga anjuran menghindari overwork.

Namun pada akhirnya, semua kembali lagi pada penerapan tips tersebut oleh diri kita sendiri. Oh, artikel ini juga opini by the way.

Foto oleh Gilly (Unsplash)

Maka dari itu, langkah pertama yang harus dilakukan sebelum mencari tips produktivitas adalah dengan mengenal diri kita sendiri. Identifikasi kebiasaan-kebiasaan yang bisa menunjang produktivitas kita, contohnya:

  • Kapan waktu kerja yang terbaik, pagi atau malam hari?
  • Seperti apa lingkungan dan pola kerja yang ideal, rapi atau berantakan?
  • Bagaimana cara mendapatkan fokus?

Dengan memahami diri sendiri, kita bisa lebih mudah mencari dan menyaring tips-tips produktivitas yang paling cocok. Ini membuat kita tidak mudah terkecoh dengan tren produktivitas yang sering berubah-ubah.

Bisa jadi yang sedang tren malah tidak cocok dengan pola dan kebiasaan kita. Saat dijalankan, justru membuat kita menjadi semakin tidak produktif.

Kalau kita tidak mengenal diri sendiri, bagaimana bisa tahu jika model produktivitas yang sedang kita baca atau disebut bagus oleh banyak orang, cocok untuk diri kita?

Di sisi lain, bila kebiasaan yang kita miliki jelas-jelas membuat tidak produktif, ubahlah secara perlahan. Jangan malah googling dan mencari artikel untuk membenarkan kebiasaan yang tidak baik tersebut.

Saya sendiri berusaha produktif dengan cara sebagai berikut:

  • Membuat To-Do List sederhana. Apabila ada pekerjaan yang terlalu kompleks, saya pecah menjadi aktivitas yang lebih kecil sehingga lebih sederhana untuk diterapkan.
  • Rencanakan daftar pekerjaan sehari sebelumnya. Dengan begitu, saya bisa fokus mengerjakan tugas untuk hari tersebut, sekaligus mengetahui berapa banyak pekerjaan yang bisa saya kerjakan keesokan harinya.

Pada akhirnya, aplikasi hanyalah aplikasi

Sumber: Pinterest

Hal lain yang penting untuk dicermati adalah popularitas aplikasi-aplikasi produktivitas, yang disebut-sebut bisa membantu kita menyelesaikan pekerjaan dalam waktu lebih singkat.

Aplikasi-aplikasi ini mempunyai bentuk yang bervariasi, mulai dari To-Do List hingga buku catatan. Mereka biasanya dilengkapi dengan berbagai fitur pelengkap, seperti reminder (pengingat tugas) dan gamification (membuat pekerjaan layaknya permainan).

Beberapa contoh aplikasi produktivitas yang banyak digunakan, misalnya:

  • Todoist
  • Notion
  • Google Keep
  • Google Task
  • TickTick
  • Microsoft To-Do
  • Aplikasi lain pada kategori Productivity di Apple AppStore atau Google PlayStore

Mungkin ada beberapa orang yang suka mencoba berbagai aplikasi tersebut, agar bisa menemukan aplikasi terbaik untuk meningkatkan produktivitas mereka. Setelah mencoba satu aplikasi, install lagi aplikasi lain, dan terus melakukan itu sampai menemukan yang cocok.

Mereka lebih memilih untuk melakukan itu, meski waktu yang digunakan sebenarnya bisa dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan.

Sebagai contoh, sekarang sedang booming aplikasi Notion yang katanya bisa menunjang produktivitas karena tingkat fleksibilitasnya yang tinggi. Penasaran, saya pun mencoba aplikasi tersebut, dan mencari tahu apakah memang bisa menunjang produktivitas saya.

Sayangnya jawabannya tidak. Aplikasi tersebut terlalu kompleks untuk saya yang tidak suka ribet.

Notion memang bukan aplikasi yang buruk, hanya saya pribadi yang kurang cocok memakainya. Bagi saya, effort yang diperlukan untuk mengatur aplikasi tersebut hingga bisa seperti yang saya inginkan, cenderung terlalu besar. Apalagi bila dibandingkan jika saya memakai aplikasi yang sudah jadi, atau menggunakan pulpen dan kertas.

Foto oleh Sigmund (Unsplash)

Pada akhirnya, aplikasi hanyalah aplikasi, hanyalah alat. Semuanya tergantung oleh kita sebagai pengguna mau memakai aplikasi itu seperti apa.

Sama seperti tips sebelumnya, kita perlu bertanya pada diri sendiri apa yang sebenarnya kita butuhkan dari aplikasi-aplikasi tersebut? Fitur seperti apa yang kita perlukan untuk menunjang produktivitas?

Sebenarnya, untuk menjadi produktif tidak perlu aplikasi yang serba canggih dan kompleks kok. Bahkan pulpen dan kertas saja cukup. Aplikasi yang terlalu kompleks terkadang malah merugikan, karena menjadi tidak fleksibel saat digunakan.

Hindari terlalu sering berpindah aplikasi karena hal tersebut justru bisa memakan banyak waktu. Kita pun harus kehilangan “investasi” seperti waktu, biaya, dan catatan, yang sudah kita buat di aplikasi sebelumnya. Karena itu, saya hanya mau berganti aplikasi jika ada lebih banyak hal positif yang bisa saya dapatkan.

Saat ini, saya sendiri memakai aplikasi TickTick untuk membantu produktivitas saya. Mengapa? Karena aplikasi ini memiliki semua kebutuhan yang sesuai dengan cara kerja saya, seperti Pomodoro, serta dapat membantu membuat perencanaan dan memecah To-Do List menjadi bagian-bagian kecil. Namun seperti yang saya jelaskan di atas, aplikasi yang cocok untuk saya bukan berarti pasti cocok untuk kalian, karena bisa jadi kebutuhan dan kebiasaan kita berbeda.

Foto oleh Mounzer Awad (Unsplash)

Jadi kesimpulannya, kunci produktivitas adalah diri kita sendiri. Tidak tahu diri sendiri itu bagaimana? Coba ajak kenalan.

Semoga bermanfaat.

--

--