Bagaimana Codex mengubah Telkom Konvensional menjadi Telkom Digital ?

Diastika Inkasari
codexstories | CODEX Telkom
3 min readSep 25, 2018

Terhitung sejak kick-off Codex pada 23 Juli 2018 hingga 13 Agustus 2018 yang lalu, tim Codex sudah melalui dua sprint yang cukup menarik. Berbagai momentum sedih, marah, dan bahagia telah dirasakan oleh tim yang notabene merupakan tim baru dengan berbagai karakter dan keahlian, yaitu Designer, Researcher, Data Scientist dan Programmer. Selain mempunyai berbagai keahlian, tim juga diisi oleh individu yang berasal dari berbagai latar belakang profesi, yaitu karyawan internal Telkom, tenaga profesional, dan mahasiswa magang.

Skuat #1 yang fokus mengerjakan manajemen produk sudah menghasilkan beberapa pencapaian yaitu :

  • Wireframe untuk dashboard performa
  • Variabel isian Product Brief bagi Product Owner (PO)
  • Variabel penentuan prioritas proyek

Proyek yang dikerjakan Skuat #1 ini berawal dari permasalahan dalam membangun produk dengan ekspektasi hasil yang berkualitas namun tidak ditunjang dengan ketersediaan sumber daya manusia dengan jumlah dan kemampuan yang sesuai. Akhirnya, Telkom Indonesia pun membuat tim (yang sekarang diberi nama Codex) untuk menata ulang cara kerja dalam pembuatan produk, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pengguna dan manajemen.

Masalah pengembangan produk yang berulang kali terjadi

Diawali dengan mengenali permasalahan yang ada di karyawan dalam melakukan pengembangan produk. Selama ini, tim Product Development melakukan pembuatan produk sesuai permintaan, baik permintaan produk yang harus selesai dengan waktu yang wajar hingga permintaan yang 1 minggu harus selesai.

Akan tetapi, karena banyak proyek yang dikerjakan dengan proses pengembangan dan dokumentasi yang tidak cukup baik, sehingga produk-produk yang sudah jadi cenderung tidak jelas rencana pengembangannya. Sehingga kerap terjadi pengulangan pembuatan produk yang hampir sama dengan perbedaan hanya pada beberapa fitur.

Pembuatan dokumentasi seperti ini bisa jadi budaya dalam menata produk yang sudah ada menjadi lebih rapi. Sehingga jika ada permintaan produk yang mirip dengan yang sudah ada, tinggal menggunakan yang sudah ada saja.

Hal ini dapat dianggap sebagai celah untuk melakukan perbaikan, misalnya mulai dari membangun standardisasi Product Brief. Langkah ini cukup efektif dalam membangun dokumentasi produk.

Bagaimana Product Brief membantu ?

Product Brief adalah input yang harus diisi oleh PO ketika akan melakukan permintaan pengembangan produk, sehingga mesin dapat mengolah data tersebut menjadi hasil pemetaan kebutuhan keahlian dan tingkat kompetensi yang harus dimiliki oleh masing-masing anggota tim. Variabel penentuan prioritas sangat penting untuk dibuat, karena permintaan pengembangan produk sangat banyak, sehingga harus ada sistem untuk mengatur produk mana yang harus dibuat terlebih dahulu. Tentunya setiap proyek yang masuk perlu dimonitor, baik dari sisi produk maupun personal tim, sehingga dibutuhkan dashboard untuk memonitor hal tersebut.

Skuat #1 diharapkan dapat memperbarui sistem manajemen produk di Telkom Group, sehingga seluruh proses pengembangan produk dapat terpantau dan terdokumentasi dengan baik. Selain itu, dengan sistem baru ini kualitas produk yang dihasilkan akan lebih baik karena produk dikerjakan oleh tim yang kompeten di bidangnya. Menurut saya, proyek ini merupakan bukti keseriusan Telkom untuk benar-benar masuk ke bisnis digital.

Mengubah suatu sistem yang sudah berjalan sangat lama di dalam tim yang beranggotakan orang-orang lama merupakan hal yang sangat sulit. Tapi Telkom mau dengan serius mencoba melakukan hal tersebut.

Apabila proyek ini berhasil, tantangan waktu pembuatan dan kualitas produk yang dihasilkan dapat terjamin, karena dengan memetakan kapabilitas talenta dalam mengerjakan suatu proyek, akan mempermudah memprediksi hasil dan waktu pengerjaan proyek sesuai dengan permintaan.

Penasaran bagaimana proses ini berjalan di Telkom Indonesia ? Ikuti terus perjalanan kami di artikel selanjutnya!

--

--