5 Cara Menghindari Perasaan “Baper” terhadap Bos
Hey, apakah kalian setuju dengan pernyataan:
Bos menjadi hal yang sangat “matter” di kehidupan kita :)
Sebagai karyawan, mau tidak mau, senang tidak senang, hidup kita akan terus dibayang-bayangi oleh sosok bos di kantor. Secara tidak disadari, topik pembicaraan tentang bos hampir mendominasi isi pikiran hingga obrolan kita sehari-hari. Bahkan, hal ini tidak hanya terjadi pada seorang staf di tingkat junior, tetapi juga dirasakan oleh orang-orang di tingkat supervisor, senior manager, dan seorang presiden direktur sekali pun.
Kalau diizinkan memilih, penginnya sih jadi bos saja (emang jadi bos gampang sis?). Atau kalau tetap harus jadi karyawan, penginnya gak muluk-muluk juga sih, yang penting dapat bos yang bisa memahami kondisi kita, baik urusan profesional maupun personal. Eh? ;)
Namun satu hal yang perlu kamu sadari dan yakini, kondisi bos gak selamanya menyebalkan, tetapi juga gak selalu menyenangkan. Bos juga seorang manusia, kan?
Sebagai manusia, selalu ada kelebihan dan kekurangan dari mereka. Hanya saja, kita terkadang sudah menutup diri untuk melihat kebaikan atau kelebihan yang mereka miliki. Atau sebaliknya, karena melihat bos yang sangat baik secara personal, kita juga kadang sampai lupa apakah bos tersebut perlu diberi feedback secara profesional atau tidak.
Saya gak akan menyangkal kalau saya termasuk orang yang sedikit baperan (bawa perasaan) sama bos. Namun, selama kita memilih untuk menjadi karyawan, maka kita wajib mengurangi atau bahkan menghilangkan perasaan tersebut.
Berikut tip dan trik yang bisa kalian lakukan untuk mengurangi sikap baper terhadap bos:
1. Ingatkan bila ia salah
Bos itu pemimpin di kantor, dan pemimpin harus ditaati selama perintahnya berupa kebaikan, bukan perintah yang akan menimbulkan dosa. Apabila menurut pandangan kamu perintahnya tidak baik, bicarakan dengan nada bicara yang tidak menggurui (karena bos tetaplah bos yang ingin dijaga kehormatannya oleh sang “fruit child” alias anak buah).
Jika bos tidak menerima alasan kamu, bisa jadi alasannya adalah karena kamu kurang mengerti kondisi sebenarnya atau belum mempunyai pandangan menyeluruh (helicopter view). Terkadang, ada hal-hal yang hanya bisa dilihat oleh bos dan berada di luar jangkauan kamu.
Sementara kalau bos kamu tidak bisa diajak kompromi sama sekali, coba ingatkan lewat rekan sejawatnya, dan terus berusaha kalau kamu yakin pendapat kamu itu baik dan tepat. Kalau kamu sudah berusaha tetapi tidak diterima juga, koentjinya sabar!
2. Sabar menghadapi kritik
Namanya hubungan kan ada ups & downs alias naik turun, ya layaknya hubungan kamu sama keluarga, sahabat, dan kolega. Begitu juga hubungan kamu dengan bos pasti ada ups, di mana semua pekerjaan kamu diterima dengan baik, semua cuti kamu diterima, semua ide kamu di-iya-in.
Dan ada saatnya downs, ketika pekerjaan kamu selalu dikritik bahkan ditolak, tidak henti-hentinya pekerjaan datang ke kamu sampai tidak bisa cuti bahkan izin, atau ketika ide kamu tidak diterima.
Artinya, kamu tidak akan selamanya dalam posisi ups dan juga tidak selamanya dalam posisi downs, koentjinya sabar!
3. Bedakan pekerjaan berbasis data dan selera
Bedakan pekerjaan yang bisa dinilai secara objektif dan subjektif. Untuk pekerjaan yang bisa dinilai secara objektif, kamu bisa mengoptimalkan hasilnya dengan cara menghadirkan data-data terbaru yang relevan beserta analisis yang ciamik. Namun untuk pekerjaan berupa konten, seperti membuat presentasi atau bahasa pada draft surat, maka itu sudah pasti sifatnya subjektif (tergantung selera).
Poinnya apa? Kalau pekerjaan kamu yang sifatnya subjektif tidak diterima oleh bos maka ikhlaskan saja gak perlu baper, karena yang sifatnya selera sungguh tidak mudah untuk diraih. :)
Sementara untuk pekerjaan yang sifatnya objektif, selama data dan informasi tersebut bisa dipertanggungjawabkan, jarang ada bos yang akan menolak. Apabila ia tetap menolak, setidaknya kamu kamu sudah melakukan tugasmu. Sisanya biar saja bos yang memutuskan karena dia yang akan bertanggung jawab dunia dan akhirat atas keputusannya, dan lagi, koentjinya sabar!
4. Jangan iri hati
Kalau kamu baper karena bos terasa pilih kasih dengan peer kamu, itu sudah pasti kamu yang harus introspeksi, apakah selama ini kamu sudah memberikan potensi terbaik kamu atau belum? Kalau belum, berarti kamu harus lebih giat lagi dalam bekerja. Namun ingat, tetap dengan cara yang sportif ya!
Nah, kalau sudah giat bekerja, pahamilah bahwa itu baru menurut kamu. Hehehe… Namun jangan dipikirkan, karena kondisi tersebut pasti sudah yang terbaik buat kamu. Koentjinya apa? Sabar!
5. Biasakan positive thinking
Terdengar (atau terbaca) klise ya! Hehehe… Tapi kalau kita selalu mengingatkan diri kita untuk berpikir positif, maka itu akan berpengaruh ketika kita sedang baper dengan bos. Hal ini pun bisa menjadi pendorong utama sebelum melakukan tip dan trik di atas.
Oh iya, ada tambahan yang cukup penting nih bagi kaum perempuan, karena ada waktu-waktu dengan kondisi hati yang menimbulkan gejolak mood dikarenakan hormon stress kortisol yang meningkat. Kita harus waspada nih. Biasanya kalau hormon ini sudah meningkat, maka cenderung untuk cepat baper, termasuk sama si bos. Meskipun sulit dihindari, tapi kamu harus sadar bahwa ke-baper-an kamu mungkin lebih banyak disebabkan oleh hormon tersebut bukan sang bos sendiri :)
Yuk, kita mulai untuk berdamai dengan bos yang tidak menyenangkan! Karena bagaimana pun akan ada waktu di mana kamu menjadi bos, dan di situlah kamu akan merasakan bagaimana sulitnya menjadi a true leader!