Hidup dengan Digital Mindset di Era Disrupsi, Sudah Siap?

Fibiyan Aflah
codexstories | CODEX Telkom
6 min readNov 2, 2021

Menuju Indonesia 100 Tahun Merdeka (Manusia, Teknologi, dan Bangsa)

Photo by Tom Fisk from Pexels
Photo by Tom Fisk from Pexels

Indonesia diproyeksikan menjadi kekuatan 5 besar di dunia pada 100 tahun kemerdekaannya di 2045, mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Melalui kekuatan ekonomi dengan Gross Domestic Product (GDP) yang terus bertumbuh, strata sosial kelas menengah yang terus bertambah, dan usia produktif yang terus berkembang dari segi kuantitas dan kualitasnya.

Dikutip dari Laporan Ringkasan Visi Indonesia 2045 oleh Bappenas, untuk mempercepat perwujudan Visi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo menggagas “Impian Indonesia 2015–2085”, yaitu sebagai berikut.

1. Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia

2. Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika

3. Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia

4. Masyarakat dan aparatur Pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi

5. Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia

6. Indonesia menjadi negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik

7. Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia

Selain itu, disusun pula 4 pilar sebagai perwujudan Indonesia Maju di tahun 2045 nanti, sebagai berikut.

  1. Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
  2. Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
  3. Pemerataan Pembangunan
  4. Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.

Keempat pilar tersebut dibangun di atas Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar berbangsa dan bernegara, dengan tujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Kemajuan Indonesia melalui 4 pilar tersebut tidak terlepas dari peran pemimpin dan kepemimpinan yang dilaksanakan dengan cara-cara efektif, efisien dan mulia, serta berbasis teknologi yang memakmurkan untuk menjadi sarana dan tulang punggung dalam seluruh lini kehidupan berbangsa pada saat ini.

Ada satu fokus yang menjadi pembahasan dan lekat kaitannya dengan apa yang dapat disaksikan di berbagai lapisan masyarakat melihat megatrend menuju 2045 yaitu teknologi.

Tren perubahan teknologi ke depan akan didominasi oleh teknologi informasi dan komunikasi, bioteknologi dan rekayasa genetik, kesehatan dan pengobatan, energi terbarukan, wearable devices, otomatisasi dan robotik, serta artificial intelligence, hingga machine learning maupun deep learning yang lebih mutakhir untuk mengarah pada gagasan merancang sebuah semesta digital atau yang disebut dengan digital universe.

Oleh karena itu, kesiapan sumber daya manusia perlu dibangun dan diedukasi dengan kekhususan dan cara yang berbeda dari sebelumnya, terutama posisi Generasi Z sebagai digital native untuk membangun modal manusia bangsa pada konteks dunia post-pandemic. Kemudian nantinya akan terjadi perubahan pada tatanan dan sistematika yang selama ini telah ada saat pre-pandemic. Perlu mengkonstruksi ulang pola pergerakan-pergerakan sosial kemasyarakatan.

Gimana nih para generasi Z, sudah siap menghadapi dunia post-pandemic?

Pandemi ini memang berdampak pada kehidupan sosial kita, seperti terbatasnya ruang gerak manusia sehingga perlu dilakukan transformasi di masyarakat untuk selalu mencari solusi mengenai bagaimana menyejahterakan masyarakat dan menyelesaikan isu yang ada, karena mau tidak mau pemerintahan, masyarakat, dan komponen sosial lainnya harus tetap saling menjalankan fungsi Consensus frame atau fungsi yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan sosial dengan cara tindakan kolektif yang tadinya terbiasa dilakukan melalui pertemuan fisik. Penyelesaian permasalahan ini sangat dibutuhkan untuk belajar, sedangkan situasinya perlu mempertimbangkan kembali respon emosi dengan pemahaman dari individu untuk bertindak secara kolektif tersebut.

Dalam hal ini, penerapan rencana belajar dan berkarir yang strategis perlu dilakukan dengan cara yang kreatif, inovatif, solutif, dan berdaya saing global. Selain itu juga harus dibarengi oleh etos yang keras dan juga cara yang cerdas. Ingat, belajar bukan hanya sekedar belajar untuk mengetahui, memahami dan melakukan, namun perlu melampaui itu semua.

Ketika belajar, prosesnya harus mampu memperoleh pengetahuan, perilaku, keterampilan, hingga melakukan rekognisi, maupun menciptakan nilai-nilai yang baru atau berbeda dengan membawa pada keselarasan kebermanfaatan yang dapat ditimbulkan dalam membawa kesejahteraan masyarakat pada tiap proses individu belajar dan memasyarakatkannya. Memahami apa itu era 4.0 hingga 5.0 saja tidak cukup, perlu menjadi pembelajar sekaligus aktor yang berperan membentuk era tersebut sehingga nilai-nilainya sesuai dengan jati diri bangsa.

Kita juga perlu membentuk pola pikir yang terbuka, namun bukan berarti harus selalu mengadopsi tren yang terjadi. Solusinya bisa mengadaptasi dan menyesuaikan konteks yang perlu lebih dikedepankan, karena yang perlu diyakini adalah peran kebudayaan dalam pembangunan berkelanjutan ditingkatkan melalui kapitalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa dan pengembangan etos kerja untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat kebudayaan dan peradaban dunia. Jati diri bangsa Indonesia dan budaya bangsa diperkuat untuk memperkokoh akar kebudayaan Indonesia di tengah arus globalisasi. Dengan begitu kualitas masyarakat Indonesia meningkat dengan pendidikan yang semakin tinggi dan merata, kebudayaan yang kuat, derajat kesehatan, usia harapan hidup, dan kualitas hidup yang semakin baik, produktivitas yang tinggi, serta kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luas.

Menjadi insan yang berkualitas perlu dibarengi dengan cara belajar yang adaptif atau adaptive learning, sebuah konsep untuk menggabungkan berbagai komponen, metode dan sumber belajar di dunia ini, dengan kurikulum dinamis dan tidak terpatok pada ketentuan yang hierarki. Setiap ilmu yang didapatkan perlu divalidasi melalui afirmasi, kontekstualisasi, dan aplikasi pada kemampuan literasi digital kita, meliputi delapan elemen esensial yang dirumuskan oleh Belshaw yaitu:

  1. Cultural (memahami konteks)
  2. Cognitive (meluaskan pikiran)
  3. Constructive (menciptakan hal positif)
  4. Communicative (cakap berkomunikasi dan berjejaring)
  5. Confident (percaya diri dan bertanggung jawab)
  6. Creative (melakukan hal baru)
  7. Critical (kritis menyikapi konten)
  8. Civic (mendukung terwujudnya civil society)

Maka akan terbentuk sebuah framework Glocalization yaitu Globalization yang diadaptasi nilai-nilai positifnya (Localization) dan nilai positif budaya Indonesia yang disebarkan pada dunia (Globalization), ini akan berelevansi pada pemahaman dan kompetensi untuk mewujudkan potensi kolaborasi di tingkat lokal, nasional dan internasional yang lebih baik.

Kemudian, ada 3 hal yang menjadi kunci dari transformasi digital, yaitu:

  1. Perubahan perilaku masyarakat, dimana perilaku di masa sekarang seharusnya adalah hasil dari internalisasi proses belajar yang menjadi sebuah mindset berkemajuan dengan basis teknologi digital atau digital mindset yaitu bukan hanya kemampuan untuk menggunakan teknologi tetapi mengembangkan teknologi lebih baik untuk hajat hidup manusia. Ini adalah ide yang direpresentasikan melalui sikap dan tindakan terkait dengan kesadaran manusia untuk memanfaatkan perangkat atau teknologi digital yang tersedia secara maksimal, meningkatkan produktivitas, membuat pekerjaan sehari-hari lebih mudah, lebih efektif dan efisien
  2. Strategi bisnis yang disesuaikan dan direncanakan melalui proses-proses yang terotomasi dengan efisiensi dan efektivitas untuk men-deliver value kepada customer, pada posisi win-win situation for business and customer
  3. Kebijakan publik dan politik, ini adalah faktor esensial yang akan membentuk reformasi struktural di berbagai lapisan masyarakat, cermin dinamika politik, dan pejabatnya akan menggambarkan seberapa besar ukuran transformasi digital berhasil bagi negara.

Jika setiap keberhasilan ini kita peroleh dengan baik melalui tolak ukur masyarakat dunia, maka akan dapat berperan mengakselerasi perkembangan bangsa dengan senantiasa berperilaku inovatif yaitu mampu menciptakan hal baru yang memiliki manfaat positif bagi masyarakat dan transformatif yaitu membawa buah-buah inovasi membumi kepada masyarakat. Bagaimana kita memanfaatkan secara positif untuk menyelesaikan berbagai masalah dari individu hingga sosial, dari regional hingga internasional yang mana banyak disolusikan dengan basis teknologi, seperti hambatan kebutuhan dasar manusia yaitu mengakses kesehatan individu yang dapat dibantu dengan telemedicine, hingga hambatan aktualisasi diri dalam konteks berbangsa seperti kebiasaan pertemuan formal multilateral antar negara-negara di dunia, dapat diakses melalui virtual meeting/summit. Hal-hal seperti ini dapat terjadi ketika kita senantiasa memiliki kesadaran individual dan kolektif untuk menumbuhkan pola pikir digital tadi.

Dengan begitu, Masyarakat Indonesia akan dikenal menjadi SDM Unggul yang dihormati dunia karena kompetensi dan way of life yang dimiliki.

“Krisis memberikan momentum bagi kita untuk mengejar ketertinggalan, melakukan transformasi besar dengan strategi besar”
Joko Widodo (Presiden Republik Indonesia)

--

--