Pentingnya Mindset “Product Management” bagi Product Owner

Ria Lyzara
codexstories | CODEX Telkom
3 min readJan 14, 2021
Design Sprint dengan melibatkan user/customer

Apakah kamu saat ini berperan sebagai Product Owner (PO) di sebuah Scrum Team, dan sedang mengalami dilema karena pekerjaan kamu ternyata tidak berbeda dengan menjadi Product Manager (PM) di tempat lain? Tenang saja, kamu tidak sendirian.

Tribe kami di Enterprise and Wholesale Digitization telah menginjak tahun ketiga mengadopsi framework pengembangan produk menggunakan Scrum. Sebagai PO, saya bertanggung jawab atas keberhasilan produk yang sedang dikembangkan. Karena itu, saya harus memahami tiga bidang keilmuan, yaitu bisnis, pengalaman pengguna, dan teknologi.

Dengan dinamika yang ada, Tribe kami semakin besar dan akhirnya mencoba menggunakan framework SAFe (the Scaled Agile Framework for Enterprise). SAFe sendiri merupakan kumpulan prinsip dan praktik yang disusun dengan tujuan menawarkan cara scale up ala Agile untuk perusahaan besar.

Selama setahun terakhir menerapkan SAFe, tentu ada riak-riak air dan bahkan ombak yang kami rasakan. Perbedaan paling mencolok dari cara kerja Scrum yang sebelumnya kami terapkan adalah munculnya beberapa peran baru dalam Tribe, salah satunya adalah PM.

Hal ini menarik karena setelah penerapan SAFe, peran PO yang saya sudah biasa jalani sebelumnya seakan-akan justru “terbatasi”.

Dalam konsep Scrum, PO sebenarnya berperan sebagai Mini CEO. Hal ini pun memberi PO tanggung jawab penuh atas semua keputusan manajemen produk yang dikelola secara strategis.

Peran Product Owner dalam framework Scrum. Sumber Gambar: Who is the Product Owner Anyway — Dave west, CEO/ Product Owner Scrum.org and Rob van Lanen, PST Prowareness

Sedangkan dalam SAFe, PO hanya fokus pada internal matters, seperti menentukan Story dan memprioritaskan Backlog tim, serta terlibat dengan tim Product Management. Sedangkan masalah yang berkaitan dengan pelanggan seperti pengembangan produk yang diinginkan menjadi peran PM.

Pembagian peran PO dan PM dalam framework SAFe. Sumber Gambar: https://www.scaledagileframework.com/product-owner/

Untungnya, Tribe kami cukup baik dalam menangkap dilema ini sehingga kami langsung menyesuaikan penggunaan SAFe, agar peran saya sebagai PO tidak “terperangkap” di framework tersebut.

Sebagai seorang Product Owner (yang menangani produk after sales), saya tetap memastikan produk yang saya bangun bersama tim bisa membantu perusahaan dalam melayani customer dengan lebih baik, menciptakan customer experience yang lebih memuaskan, meringankan beban karyawan, serta meningkatkan efisiensi operasional. Jadi, tidak mungkin saya tidak langsung berhadapan dengan customer/user.

Karena itu, meski menerapkan SAFe, sebagai PO saya tetap melakukan validasi atas solusi yang kami bangun berdasarkan kebutuhan dan kenyamanan user.

Posisi saya tidak sepenuhnya sama dengan diagram di bawah ini, di mana PO hanya berperan di Team and Technical Agility. Namun, saya juga ikut berperan dalam Agile Product Delivery, yang dalam framework SAFe biasanya hanya dilakukan oleh tim Product Management.

Penyesuaian peran PO dalam framework SAFe. Sumber Gambar: https://www.scaledagileframework.com/

Kesimpulannya, terlepas dari perdebatan teoritis mengenai posisi dan tanggung jawab keduanya, menurut saya seorang Product Owner dalam tim Scrum harus tetap mempertahankan pola pikir sebagai Product Manager dalam berkarya.

Bagaimana menurut kalian?

--

--