Pelajaran dari Biografi Steve Jobs, Pendiri Apple yang Perfeksionis

Aretta Aniendra
codexstories | CODEX Telkom
6 min readJul 10, 2019

“I think the things you regret most in life are the things you didn’t do.”

Kutipan di atas adalah kalimat yang mengubah saya dalam membuat pilihan besar dalam hidup. Dan kutipan tersebut merupakan salah satu dari banyak kutipan terkenal dari Steve Jobs dalam buku biografinya. Buku tersebut berjudul Steve Jobs: The Exclusive Biography (terbitan 24 Oktober 2011) yang berisi inspirasi dan drama yang menceritakan perjalanan Steve Jobs, dengan fokus pada proyek-proyek besar yang ia ikuti.

Penulis (Walter Isaacson) menghabiskan banyak waktu mewawancarai Jobs selama lebih dari dua tahun agar mendapat kutipan langsung, dan dia juga setuju untuk tidak menyensor satu pun kejadian nyata. Isaacson juga mewawancarai banyak orang yang memiliki hubungan pribadi dan profesional dengan Jobs, jadi biografi ini lebih akurat sesuai kenyataan dibanding dengan otobiografi.

Karya yang mengubah dunia dari seorang mahasiswa drop out

Buku ini berisikan kombinasi dari fakta, cerita, dan plot twist dari pihak-pihak yang terlibat dalam peluncuran produk terkenal yang melibatkan Steve Jobs dan perusahaan tempat dia bekerja. Selain dari sudut pandang Jobs, juga dituliskan sudut pandang lain dari kenalan Jobs yang ada di Silicon Valley.

Bagian pertama buku ini menceritakan tentang bagaimana Jobs beralih dari seorang mahasiswa yang putus sekolah dan drop out hingga ia akhirnya mendirikan sebuah perusahaan muda idealis bernama Apple yang dalam waktu kurang dari satu dekade menjadikannya seorang multi-millionaire. Dia akhirnya dipecat dari perusahaan yang dia dirikan, dan mendirikan NeXT Inc. Setelah itu, ia terlibat dengan Pixar dan akhirnya kembali ke Apple.

Bagian kedua dari buku menceritakan kembalinya Jobs ke Apple di mana ia membuat produk yang sangat terkenal di dunia, seperti iMac, iPod, iPhone, dan iPad. Penutup buku ini kemudian mendokumentasikan perjuangannya melawan kanker stadium akhir.

Setiap peluncuran produk Apple selalu disertai kata-kata dari Jobs dan para stakeholders-nya, yang bertujuan untuk melukiskan deskripsi tentang bagaimana proyek ini bisa tercipta. Ada banyak penjabaran yang disajikan oleh Jobs dan orang-orang lain yang terlibat.

Photo by Medhat Dawoud on Unsplash

Nama-nama produk utama yang diciptakan oleh Jobs adalah:

Apple II (Juni, 1977)

Macintosh (Januari, 1984)

Toy Story & Pixar (April, 1986)

IMac (Agustus, 1998)

ITunes (Januari, 2001)

IPod (Oktober, 2001)

IPhone (Juni, 2007)

Apple Store (Juli, 2008)

IPad (April, 2010)

ICloud (Oktober, 2011)

Ada banyak data yang terkondensasi dalam buku ini yang jadi kekurangan dalam membacanya. Saya kehilangan sedikit momentum ketika membaca setengah jalan buku ini, seperti beberapa nama daerah, tanggal, dan fakta yang sangat banyak jika dibandingkan dengan menonton versi filmnya.

Setelah membaca biografi Steve Jobs ini, saya jadi lebih mengerti tentang komponen utama yang membentuk Apple, filosofi, kepribadian, dan tekad Steve Jobs yang mendorong perusahaan agar bisa lebih maju. Itulah nilai-nilai positif yang saya dapatkan dari buku ini.

Visioner egois dengan pengikut loyal

Photo by Tyler Lastovich on Unsplash

Sebelum membaca buku ini, saya melihat Jobs adalah orang yang baik dan tenang; seseorang yang berdiri persis di tengah antara teknologi dan manusia; seseorang yang mempresentasikan gadget teknologi terbaru dan terhebat yang bahkan tidak semua orang sadar bahwa produk Apple adalah sesuatu yang mereka butuhkan. Namun buku ini memperlihatkan bagaimana seorang visioner seperti Jobs ternyata adalah seseorang yang mudah marah, egois, dengan lidah beracun dalam memperlakukan rekan kerjanya.

Jadi apakah dia orang kejam yang memiliki ide produk bagus? Tidak juga, dia berpolarisasi, jika dia menganggap orang lain seperti dirinya, dia memperlakukan mereka dengan lebih hormat. Namun jika tidak, dia tidak peduli kepada orang itu.

Hal yang membuat saya terkesan pada Jobs setelah membaca buku ini adalah kemampuannya untuk fokus, mengabaikan semua gangguan dan mempertahankan perhatian yang intens pada detail. Jobs mengejar idenya tentang kesempurnaan dan akan menghilangkan semua hambatan yang menghalangi jalannya. Apakah itu hardware, software, ad campaigns dan Apple Store, perhatiannya pada detail akan selalu fokus. Seperti contoh kontrol dan kekuasaan atas semua aspek produk termasuk software, hardware dan orang-orang yang mengembangkan produk Apple.

Jobs pernah berkata :

“My job is to say when something sucks rather than sugarcoat it.”

Ini membuatnya mendapatkan reputasi sebagai seseorang yang brutal karena terlalu jujur, abrasif, dan sulit diajak bekerja sama. Pernah pada suatu kejadian, ketika ada ulasan buruk dalam jumlah yang banyak untuk layanan MobileMe, ia memecat pemimpin tim di depan seluruh karyawan lain setelah memarahi mereka selama setengah jam.

Lalu bagaimana ia dapat mempertahankan orang-orang terbaik meskipun lidahnya tajam dan berbicara brutal yang sebagian besar dari kita anggap sangat tidak profesional? Mengingat produk yang diproduksi Apple, pasti di sana ada orang-orang hebat yang mampu mendapatkan pekerjaan di mana saja, jadi mengapa mereka tetap bekerja di sana?.

Jobs mengatakan pada karyawannya “the journey is the reward”, yang ternyata benar bagi banyak orang. Jobs mempercayai makna mission and culture, yaitu dalam membuat produk yang hebat dan inovatif dibutuhkan dorongan yang kuat hingga mampu bersabar menghadapi hinaan dari orang lain. Hal ini memungkinkan Jobs untuk mendorong banyak orang untuk melampaui batas kemampuan mereka. Dan benar, dalam banyak kesempatan kata-kata pedasnya ternyata mempengaruhi bagaimana produk itu bisa sukses.

Fokus yang intens ini menghasilkan produk yang mengubah dunia tetapi dengan mengorbankan hubungan pribadi yang rusak. Hingga akhirnya, Jobs mendapat pukulan dengan kanker yang ia derita.

“Some leaders push innovations by being good at the big picture. Others do so by mastering details. Jobs did both, relentlessly.” (Walter Isaacson)

source ©2017 Merdeka.com

Apa yang saya pelajari?

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kisah Steve Jobs? Ada banyak ide dan filosofi inspirasional dalam buku ini yang menjadi dasar produk-produk Apple yang hebat. Sebagai seorang desainer, saya telah memilih beberapa percakapan yang menjadi pegangan untuk merancang product design.

Ketika Larry Page kembali ke Google sebagai CEO, ia berkonsultasi pada Jobs untuk meminta nasihat. Sarannya untuk Page:

Figure out what Google wants to be when it grows up.

Dan,

What are the five products you want to focus on?

Tema tentang membatasi dan memprioritaskan pengembangan produk seperti ini muncul berkali-kali di sepanjang buku, dan inilah yang dilakukan Jobs ketika ia kembali ke Apple yang gagal. Dia tidak takut dalam membuat keputusan berisiko dan menghilangkan sebuah produk atau fitur yang sedang dikembangkan.

Kata - kata lain yang saya tandai dari buku ini adalah:

“In the annals of innovation, new ideas are only part of the equation. Execution is just as important”.

Eksekusi adalah poin dari seluruh kesuksesan Apple. Perusahaan lain bisa memiliki ide dan visi yang sama dengan Apple tetapi mereka tidak mendorong ke arah visi atau membuat kompromi berdasarkan “realitas” komersial ketika menghasilkan produk yang tidak berhasil di pasaran.

Jobs selalu memperbaiki strategi dan eksekusi yang ia lakukan ketika karirnya berkembang setelah belajar dari beberapa kegagalan, tetapi ketabahan dan keteguhannya selalu ada. Tidak semua produk Apple awalnya sukses. Dan definisi produk yang sebenarnya baru datang di masa jabatan keduanya di Apple.

Setelah jatuh dari kegagalan, dia bisa saja memutuskan untuk pensiun dan tidak pernah mendirikan NeXT, tidak terlibat dengan Pixar, dan tidak pernah kembali ke Apple. Tapi dia tetap melakukannya. Perjalanannya yang tanpa henti didukung oleh pernyataan misi pribadinya. Dia memberi tahu kita di iklan Think Different yang diluncurkan ketika dia kembali ke Apple.

Slogan tersebut adalah:

“The people who are crazy enough to think they can change to world are the ones who do.”

Kesimpulannya, saya pikir bahwa ketabahan dan keteguhan hati Jobs adalah faktor pembeda dalam pencapaiannya. Aspek lain dari karakternya membuat cerita yang menarik dan memungkinkan kita untuk berspekulasi, apakah dia akan menjadi inovator dengan tingkat kesuksesan yang sama apabila memperlakukan karyawan dan orang-orang di sekitarnya dengan lebih baik? Menurut saya, kemungkinan hasilnya akan sama.

--

--

Aretta Aniendra
codexstories | CODEX Telkom

UI/UX Designer on CODEX. Focused on logic design, user happiness, Telkom company culture. I’m always learning and love to help, say hi! :)