Copywriter vs UX Writer, Apa Bedanya?

Muly Mulyani
codexstories | CODEX Telkom
3 min readAug 13, 2020
IG Live #BICARA bersama Amanda Saputri dan Sri Izzati

Beberapa waktu lalu, CODEX mengadakan diskusi tentang topik “How to Start Career as a UX Writer” lewat Instagram (IG) Live #BICARA. Acara tersebut menghadirkan dua orang pembicara, yaitu perwakilan CODEX Rangers bernama Amanda Saputri dan Sri Izzati, UX Writer dari Gojek.

Ada sebuah pertanyaan menarik yang muncul dalam diskusi tersebut, yaitu “Apa sih bedanya copywriting dan UX writing?”

Sayangnya, pertanyaan tersebut belum sempat terjawab karena ada banyak pertanyaan lain yang juga diajukan peserta, dan lebih dekat dengan topik utama. Karena itu, saya akan coba menjawabnya lewat artikel ini.

Sebelum masuk ke dunia kerja saya memang sempat bertanya-tanya, copywriting itu apa sih? Tugasnya seperti apa? Cara menulis seorang copywriter itu bagaimana?

Karena latar belakang pendidikan saya adalah Broadcasting dan Jurnalistik, maka saya biasanya hanya mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan script writing dan news writing. Setelah lulus kuliah setahun yang lalu, baru saya mulai mencari tahu tentang copywriting dan mulai tertarik menjadi seorang copywriter.

Kemudian saya mendengar lagi istilah UX Writing. Loh apa lagi itu?

Setelah beberapa kali membaca artikel dan mengikuti webinar selama pandemi, saya menyimpulkan bahwa tugas seorang copywriter adalah membuat tulisan yang didesain semenarik mungkin untuk mendapatkan perhatian dalam penjualan atau branding sebuah produk. Itulah mengapa seorang copywriter biasanya masuk ke dalam divisi Marketing dan Content Creating.

Sedangkan UX writer, meski sama-sama bertugas membuat tulisan, tetapi pekerjaan mereka lebih pada membuat teks di dalam sebuah produk atau aplikasi. Teks-teks tersebut diharapkan bisa membuat pengguna merasa lebih mudah dan nyaman saat menggunakan produk atau aplikasi tersebut.

Itulah mengapa UX writer harus membuat kata-kata yang jelas, ringkas, dan menarik.

Perbedaan lain UX writer adalah posisi kerjanya yang lebih berhubungan dengan para UI/UX designer dan developer. Karena itu, penting bagi mereka untuk bisa saling memahami pekerjaan satu sama lain.

Photo by UX Collective

Di balik beberapa perbedaan di atas, ada juga beberapa kemampuan yang sama-sama harus dimiliki oleh seorang copywriter dan UX writer. Sri Izzati sempat menyebutkan beberapa hal ini sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh UX Writer. Namun menurut saya, kemampuan-kemampuan tersebut juga harus dimiliki oleh seorang copywriter, tentu dengan penerapan yang berbeda.

  1. Kemahiran berbahasa
  2. Tepat dalam menyampaikan pesan
  3. Kreativitas dalam menyampaikan pesan
  4. Cara mengemas portofolio yang menarik sesuai dengan job role

Izzati juga mengatakan bahwa tulisan dalam sebuah aplikasi itu biasanya berukuran sangat kecil, karena itu sering disebut dengan istilah microcopy.

Untuk menjadi seorang UX Writer, Izzati menyarankan untuk sering-sering memperhatikan dan mempelajari microcopy yang terdapat dalam aplikasi yang sudah ada.

Nah, ketika memperhatikan dan mempelajari microcopy tersebut, coba ajukan beberapa pertanyaan ini ke dirimu sendiri:

  1. Apakah tulisan tersebut bisa mempermudah kamu dalam menggunakan aplikasi?
  2. Apakah kata-katanya mudah dimengerti tanpa harus berpikir panjang?
  3. Bisakah kamu mengganti kata tersebut dengan kata yang lain?
  4. Apakah kata-kata itu membuat kamu nyaman saat menggunakan aplikasi?
  5. Bagaimana kata-kata tersebut bekerja dengan visualnya?

Untuk mempelajari lebih jauh tentang microcopy dan UX writing, Sri Izzati menyarankan untuk membaca buku dari Kinneret Yifrah yang berjudul “Microcopy: The Complete Guide”.

Untuk kamu yang ingin memulai karir sebagai UX Writer, dapat langsung cek lowongan yang tersedia ke join.codex.works. Dan ikuti sosial media kami untuk tahu info yang lebih up to date!

--

--