Memulai Peran sebagai Product Owner dalam Pengembangan Produk Digital

Ria Lyzara
codexstories | CODEX Telkom
5 min readJun 19, 2019

Hari ini tepat tiga bulan saya menapaki karier baru pasca lulus pendidikan Magister (S2), yaitu sebagai Product Owner di Telkom Indonesia. Bisa dibilang saya adalah Product Owner pertama di Tribe ini yang bukan lulusan Great People Trainee Program milik Telkom. Jika flashback ke tiga bulan lalu, saya sempat mengalami pergulatan batin untuk memilih jalur karier yang sangat berbeda, antara menjadi tenaga pendidik atau menjadi Product Owner.

Singkat cerita, setelah berkonsultasi ke sana ke mari, saya akhirnya memutuskan untuk menjadi Product Owner.

Perjalanan saya menjadi Product Owner ini diawali dengan masuk ke salah satu Tribe yang akan melakukan transformasi digital di Telkom Indonesia melalui Codex. Very Interesting!

Apa yang dilakukan Product Owner?

Memulai karier baru sebagai Product Owner di sebuah corporate besar di Indonesia tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi saya masuk ke sebuah Tribe yang akan menjadi garda depan proses digitalisasi dan penyederhanaan proses bisnis yang ada. Bisa dibilang Tribe ini menjadi ujung tombak untuk strategi dan inovasi di Telkom Indonesia. Dengan karier baru dan posisi saya di Tribe yang super keren ini, saya harus benar-benar mengetahui seluk beluk tugas/pekerjaan saya.

Terminologi Product Owner sendiri terkadang memang sedikit membingungkan. Ada yang menyamakannya dengan Product Manager dan ada yang menyamakannya sebagai Klien.

Menurut Kenneth S.Rubin dalam bukunya “Essential Scrum, A Practical Guide to The Most Popular Agile Process”, Product Owner didefinisikan sebagai:

Seseorang dengan otoritas tunggal yang bertanggung jawab untuk memutuskan fitur dan fungsionalitas mana yang akan dibangun, serta urutan pembuatannya. Selain itu Product Owner juga harus menjaga komunikasi dengan semua orang tentang visi yang akan dicapai oleh scrum team.

Kalau dari Indonesia, kita juga mengenal tokoh Scrum yang bernama Joshua Partogi. Menurut Joshua dalam websitenya:

Product Owner itu adalah seseorang yang telah diberikan wewenang dan bertanggung-gugat untuk memaksimalkan nilai dari produk di pasar.

Jadi bisa disimpulkan bahwa Product Owner adalah orang yang bertanggung jawab atas keberhasilan solusi yang sedang dikembangkan atau dipelihara.

How most people describe PM (© 2011 Martin Eriksson)

Cukup simpel bukan? Tapi nyatanya tidak se-simpel itu. Setidaknya sebagai Product Owner kamu harus mengetahui 3 hal, yaitu Business, User Experience dan Technology. Kamu akan menjumpai diagram persilangan di antara 3 kemampuan itu pada seorang Product Manager. Jadi, sebagai Product Owner, akan lebih baik jika kamu tidak hanya sekedar tahu, tapi juga memiliki ketiga kemampuan tersebut.

Karier pertama sebagai Product Owner memang sulit, tapi…

Saya memang memutuskan untuk memilih menjadi Product Owner dan saya akui bahwa dalam posisi ini saya harus memiliki sikap persistence dan dedication. Saya memang memiliki sedikit pengalaman dalam manajemen proyek, mengontrol dokumen, dan terlibat dalam pengembangan suatu aplikasi, namun saya rasa pengalaman tersebut masih belum cukup.

Saya merasa kesulitan, namun saya menikmati proses ini.

Di Tribe ini, saya didapuk menjadi Product Owner untuk salah satu journey proses bisnis yang ada di Telkom. Seperti yang saya sebutkan di awal, Tribe ini adalah garda depan proses digitalisasi produk dan layanan dalam skala Bisnis Enterprise.

Proses digitalisasi produk dan layanan bisnis itu merupakan strategi dan inovasi yang mantap, namun juga membutuhkan perubahan sistemik yang sulit. Ketika bisnis akan kita bawa ke ranah digital, kita juga harus memastikan informasi yang penting bagi pelanggan, karyawan, dan pihak-pihak terkait lainnya tidak hilang. Selain itu, kita harus memastikan informasi dan data yang kita alirkan benar-benar akurat, dapat dipercaya dan tentunya mudah diakses.

Sebagai Product Owner, saya harus memastikan semua hal tersebut. Saya juga harus memastikan produk yang saya bangun (Aplikasi My TDS) bersama tim akan membantu perusahaan dalam melayani pelanggan dengan lebih baik, menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih memuaskan, meringankan beban karyawan, dan tentunya meningkatkan efisiensi operasional.

Cara memastikan hal-hal tersebut adalah dengan terlibat dari awal hingga akhir. Saya yakin kamu bisa menemukan versi deskripsi pekerjaan sebagai Product Owner yang lengkap di internet, seperti tanggung jawab membuat Product Backlog.

Di artikel ini, saya akan sedikit berbagi tentang keterlibatan saya sebagai Product Owner di Tribe tersebut. Suatu proses diawali dengan Design Thinking, jadi harus dipastikan bahwa Product Owner terlibat di proses awal ini. Berikut ini langkah-langkah yang saya lakukan setelahnya:

  1. Memahami proses bisnis. Hal ini penting banget. Kita harus tahu proses bisnis dari proyek yang kita kerjakan.
  2. Bersama UX Researcher melakukan riset untuk menemukan masalah (pain problem) yang dihadapi pelanggan dan pihak internal. Dalam langkah ini, Product Owner bisa tidak terlibat langsung dalam proses riset, namun ikut terlibat dalam perencanaan. Proses perencanaan bisa melibatkan Tribe Management juga, sehingga pada fase development, Product Backlog yang akan di-deliver kepada Scrum Team memiliki justifikasi yang jelas dari temuan riset.
  3. Mencari solusinya, mengkomunikasikannya dengan Tribe Management terkait untuk menentukan bersama-sama prioritasnya.
  4. UX Researcher dan UI Designer membuat mockup.
  5. UX Researcher melakukan tes (Usability Testing).

Nah, proses Design Thinking tidak selesai di situ. Hal tersebut terus diiterasi dan Product Owner harus terus terlibat untuk menemukan hal-hal baru yang dibutuhkan pelanggan.

Tak sampai di situ, Product Owner juga terlibat dalam proses pengembangan produk. Kemampuan teknis memang tidak sepenuhnya digunakan di sini, namun akan jauh lebih baik jika sedikit mengerti. Di dalam proses pengembangan ini akan terjadi banyak hal tak terduga. Di skala perusahaan besar seperti Telkom, menjadi tantangan tersendiri untuk mendapatkan data. Product Owner juga harus memastikan bahwa Tim developer bisa mendapatkan aliran data yang dibutuhkan dalam proses pengembangan aplikasi.

Selain itu Product Owner juga harus melakukan pengecekan terhadap aplikasi, mengkoordinasikan temuan bug ke QA (apabila Product Owner yang mengerti sisi teknis bisa menjelaskan juga bagaimana cara pemecahan masalahnya), menambahkan detail apabila ada dokumen teknis yang kurang, memeriksa UI/UX, User Testing dan mengumpulkan feedback, hingga harus memikirkan strategi promosi dan launching, misalkan melakukan Pilot Project dan cara pendekatan lainnya ke pelanggan.

Saya sendiri saat ini menjadi Product Owner untuk satu journey proses bisnis, menangani dua skuat dan membangun tiga aplikasi yang akan berkembang menjadi total enam aplikasi mobile dan web.

Jadi, pengalaman tiga bulan menjadi Product Owner itu memang sulit tapi menyenangkan. Apalagi yang kita kerjakan bisa membantu memudahkan pelanggan karena sesuai dengan Customer Experience bagi mereka, karyawan, serta pihak-pihak lain yang bersangkutan.

It will make you happy and satisfied.

--

--