Bagaimana Cara Saya Menulis Artikel Ini?

Dengan penjelasan step-by-step

Ta’zirah Marwan
codexstories | CODEX Telkom
4 min readMar 18, 2020

--

Coba isi lembar kosong tersebut dengan kata, mungkin bisa jadi tulisan.

Menulis memiliki banyak manfaat baik dalam hal personal maupun profesional, antara lain:

  • Menambah ilmu pribadi,
  • Berbagi wawasan,
  • Dokumentasi pengetahuan,
  • Personal Branding.

Walau manfaat menulis tersebut bisa dikatakan banyak, tetapi masih sedikit orang yang rutin melakukannya. Ada yang jarang menulis karena tidak tahu mau menulis apa. Ada yang sudah tahu mau menulis apa, tetapi merasa stuck saat akan memulai. Ada juga yang sudah memulai proses menulis, tetapi di tengah jalan sering ragu dengan kualitas tulisannya, sehingga semangatnya menjadi ciut dan akhirnya tidak diteruskan.

Hal-hal seperti itulah yang akhirnya menjadi motivasi saya untuk menulis artikel mengenai langkah-langkah yang saya lakukan saat menulis artikel ini.

Pengembangan Ide

Mungkin ada yang bertanya, “mengapa langkah pertamanya bukan mencari ide?” Saya pribadi sejujurnya hampir tidak pernah mencari ide untuk menulis artikel. Serius.

Misalnya artikel ini, tiba-tiba saja saya terpikir untuk menulis artikel tentang cara saya menulis artikel. Kebetulan, belum ada juga artikel seperti itu. Jadilah saya menulis artikel ini. Artikel-artikel lain yang saya buat pun berawal dari proses yang serupa.

Artikel yang saya mudah menulisnya adalah artikel yang memang topiknya menarik bagi saya atau saya memang ingin berbagi mengenai hal tersebut.

Malah, kalau saya menulis artikel dengan ide yang dipaksa-paksakan, saya terkadang menjadi malas untuk menulisnya. Saat sudah selesai ditulis pun artikelnya tidak akan terlalu matang.

Namun, ide tersebut tetap harus saya kembangkan agar saya bisa mendapat bayangan jelas mengenai bentuk artikel tersebut. Selain itu, hasil dari pengembangan ini dapat menjadi catatan pribadi untuk saya agar tidak lupa mengenai artikel seperti apa yang ingin saya tulis. Terutama saat saya tidak langsung menyelesaikan artikel tersebut dalam satu waktu, karena satu dan lain hal.

Umumnya saya mengembangkan ide dalam bentuk outline, tetapi terkadang saya juga membuatnya dalam bentuk step-by-step (langkah berurutan). Pengembangan ide tersebut (outline atau step-by-step) kemudian saya jadikan patokan dalam menulis artikel.

Outline artikel ini

Apabila ide yang ingin saya kembangkan masih belum terfokus atau ambigu, biasanya akan saya pecah idenya dengan metode mind mapping. Kalau sudah jelas idenya, langsung saja saya kembangkan.

Terkadang jika lancar atau sedang mood, saya lewatkan langkah ini dan langsung masuk ke langkah selanjutnya.

Draft Kasar

Pada tahap ini, saya menuangkan ide yang sudah dikembangkan menjadi sebuah tulisan utuh.

Menurut buku INFJ Writer karya Lauren Sapala, ditambah pengalaman pribadi saya, tulisan bisa tidak selesai karena saat tahap awal menulis pola pikir yang ada di kepala penulis adalah “tulisan yang sudah dibuat ini harus sudah jadi sesempurna mungkin.”

Jujur saja, tidak mungkin tulisan pertama akan sempurna.

Pola pikir tersebut membuat penulis awam sering tertekan, sehingga sudah ada mindset untuk langsung mengedit tulisannya seiring dirinya mengetik. Dan hal ini juga yang umumnya membuat penulis awam ciut untuk menulis.

Padahal ya, penulisan draft awal tidak harus sempurna. Yang terpenting, apa yang ingin disampaikan sudah tertuang dalam bentuk tulisan. Karena hal itu, saya pun membedakan proses penulisan draft kasar dan editing.

Tahap draft kasar bertujuan untuk merealisasikan ide yang sudah dikembangkan menjadi sebuah tulisan utuh. Di tahap ini, saya menulis apa yang ada di pikiran saya tanpa memikirkan apakah penulisannya sudah sesuai EYD (Ejaan yang Disempurnakan), kalimatnya sudah jelas atau belum, dan kekhawatiran editing lainnya.

Intinya satu: Keluarkan isi kepala, walaupun terkadang tulisan draft kasar saya menjadi seperti obrolan. Yang terpenting adalah, ide saya dapat ditulis. Mengenai editing, urusan belakangan. Toh draft kasar itu cuma saya yang baca saja, jadi tidak masalah kalau tidak sempurna.

Saya biasanya menulis draft kasar di buku catatan dan ditulis tangan, tetapi kadang-kadang langsung di komputer. Saya pribadi lebih suka tulis tangan, karena rasanya lebih bebas dan ide yang keluar juga lebih lancar, walaupun sejujurnya tulisan tangan saya tidak patut dibanggakan sih.

Foto Draft kasar yang saya buat di buku catatan

Terkadang kalau bosan, saya juga bisa langsung membuat doodle.

Doodle is life :D

Editing (Refinement)

Setelah draft kasar selesai, barulah saya merapikan dan mengedit tulisan saya agar layak terbit.

Umumnya yang saya rapikan adalah:

  • Kosakata, dibuat konsisten,
  • Struktur kalimat, Menambah atau menghapus kalimat yang maknanya kurang jelas atau ambigu.
  • Review konten, apakah artikel yang saya buat sudah layak diterbitkan?
  • Menambah foto.
  • Memperbaiki judul.

Hal yang saya sukai dari menulis draft kasar di buku catatan adalah ketika saya mengetik ulang tulisan tersebut ke komputer, otomatis proses editing tersebut terjadi secara alami tanpa perlu saya mencari waktu luang untuk membaca artikel yang saya tulis untuk kemudian diedit ulang.

Tulisan yang sudah dipindahkan ke Google Docs.

Sebagai penutup, sebenarnya masih ada langkah terakhir, yaitu “Ulangi”. Ya, ulangi tahap-tahap di atas tersebut dengan menulis lebih banyak. Makin sering latihan menulis, makin lancar pula proses penyampaian ide melalui artikel ini, makin bagus jugalah tulisan yang dibuat. Tidak ada jalan pintas untuk ini, intinya latihan.

Latihan menulis rutin selama 2–3 minggu, hasilnya akan lebih terlihat jika dibandingkan dengan hanya membaca artikel ini 20–30 kali tanpa diterapkan.

Saya pribadi sadar langkah-langkah tersebut mungkin bisa dibuat lebih singkat. Namun untuk saya, empat langkah tersebut adalah cara yang paling efektif. Pertanyaannya, bagaimana proses menulis yang efektif versi kalian?

Sekian artikel dari saya, sampai bertemu di artikel berikutnya.

--

--