5 Tips Menjalani Hidup Ala Great Thinkers

Arini Dina Yasmin
codexstories | CODEX Telkom
7 min readAug 6, 2020
Photo by theschooloflife.com

Masa pandemi Covid-19 membuat saya lebih sering melakukan refleksi hidup, salah satunya lewat hobi saya sejak kecil, yaitu membaca. Aktivitas tersebut membawa kesenangan tersendiri, karena saya jadi bisa memahami jalan pikiran dan mengambil pelajaran hidup dari para tokoh-tokoh yang ada.

Dari beberapa buku yang saya baca semasa pandemi, ada sebuah buku yang begitu menarik perhatian saya, yaitu Great Thinkers: Simple Tools from Sixty Great Thinkers to Improve Your Life Today. Sebagai orang yang menyukai buku jenis self improvement, buku ini berhasil membuat saya memahami perspektif orang-orang hebat di dunia (biasa disebut Great Thinkers) dalam meningkatkan kualitas hidup.

Secara gamblang, padat, relevan, dan menggugah, buku ini menyajikan sejarah para Great Thinkers dan gagasan-gagasan terpenting mereka yang dapat membantu kehidupan kita saat ini.

Para Great Thinkers tersebut berasal dari latar belakang yang beragam, mulai dari filosofi, politik, sosiologi, psikoterapi, seni, arsitektur, hingga literatur, baik dari negara Barat maupun Timur.

Nah, berikut adalah beberapa pesan moral yang saya dapatkan dari buku tersebut:

1. Mencintai dengan lebih bijak (Plato, filsuf Barat)

Plato adalah filsuf pertama sekaligus terbesar yang pernah hidup di dunia. Ia lahir di Athena sekitar 2400 tahun lalu, dan mendedikasikan hidupnya untuk membantu masyarakat mencapai keadaan yang disebut dalam bahasa Yunani sebagai “eudaimonia”.

Eudaimonia memang cukup sulit diterjemahkan, karena hampir berarti kebahagiaan, namun lebih mendekati “fulfillment”.

Berbeda dengan kebahagiaan, “fulfillment” juga menggambarkan momen sakit dan penderitaan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan.

Photo by victor-mochere.com

Menurut Plato, kamu akan merasakan jatuh cinta saat melihat hal-hal baik dalam diri orang lain yang tidak kamu miliki. Orang tersebut mungkin nampak tenang, ketika kamu mudah gelisah; mungkin dia orang yang disiplin, sedangkan kamu orang yang berantakan; atau dia orang yang pandai bicara, sementara kamu orang yang pendiam.

Meski begitu, kamu tidak bisa benar-benar mencintai seseorang jika tidak mau berkomitmen membantu orang tersebut untuk menjadi lebih baik, begitu pula sebaliknya. Cinta lahir ketika dua orang berusaha tumbuh lebih baik bersama dan saling membantu satu sama lain.

Itulah mengapa untuk mencapai kepuasan dalam hidup, salah satu gagasan dari Plato adalah mencintailah dengan lebih bijak.

Photo by mindful.org

Nah, gagasan Plato ini menurut saya mirip dengan lirik lagu Tulus yang berjudul “Jangan Cintai Aku Apa Adanya”. Saya mendapat pesan bahwa ketika kita bisa mencintai orang lain dengan lebih bijak, maka kita pun bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.

2. Luangkan waktu untuk menenangkan pikiran dan hiduplah berdampingan dengan alam (Lao Tzu, filsuf Timur)

Lao Tzu merupakan filsuf asal Cina yang menulis buku “Tao Te Ching” atau “Jalan Klasik dan Kekuatannya”. Buku tersebut kemudian menjadi inti dari ajaran Tao, sehingga Lao Tzu disebut sebagai penggagas ajaran Taoisme.

Photo by finansialku.com

Tao” dapat diartikan sebagai “jalan” dunia, yaitu jalan menuju kebaikan, kebahagiaan, dan harmoni. Untuk dapat mencapai Tao, kita perlu mempelajari “Wu Wei” (tindakan secara mengalir atau tanpa usaha) yang merupakan sifat dasar kehidupan untuk selaras dengan alam semesta.

Pertama, kita perlu banyak meluangkan waktu untuk tenang, mengosongkan pikiran dan menikmati dunia.

“Alam tidak terburu-buru, karena semuanya telah diatur. Hidup sendiri terdiri atas serangkaian perubahan yang alami dan spontan. Jangan dilawan, karena justru hanya akan menimbulkan kesedihan.

Sebuah pot akan berguna ketika kosong. Karena itu, kosongkan diri kamu. Biarkan pikiran kamu menjadi lebih tenang.” — Lao Tzu dalam buku Great Thinkers.

Di masa modern seperti sekarang, kita seringkali terlalu terburu-buru, bergerak dengan mobilitas tinggi, serta terlalu sibuk mengejar berbagai ambisi, hingga tidak sempat beristirahat. Padahal menurut Lao Tzu, hal itu membuat kita melewatkan banyak momen alami yang terjadi. Kita luput mengamati bagaimana wajah orang lain ketika tersenyum, bagaimana wujud riak yang ada di kolam, dan berbagai hal alami yang lain.

Menurut saya, penting bagi kita untuk coba menutup mata, mengatur nafas, dan perlahan mengurai pikiran kusut di kepala setiap hari. Langkah ini bisa membuat kita lebih sadar dan tenang dalam menjalani kehidupan.

Kedua, menurut Lao Tzu, sebagian besar dari apa yang salah dalam hidup kita berakar dari kegagalan kita untuk hidup berdampingan dengan alam.

“Orang-orang terbaik itu ibarat air, yang bermanfaat bagi semuanya dan tidak berkompetisi dengan siapa pun.

Setiap bagian dari alam sebenarnya mengingatkan kita akan nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam diri, seperti belajar tentang kekuatan dari pegunungan, ketahanan dari pohon, dan kegembiraan dari bunga.” — Lao Tzu dalam Great Thinkers.

Photo by arborday.org

3. Kelola uang dengan serius (Jane Austen, penulis)

Jane Austen adalah penulis novel yang berjuang mereformasi umat manusia melalui karyanya. Lahir pada tahun 1775, Jane telah menghasilkan beberapa karya terkenal, seperti “Northanger Abbey”, “Pride and Prejudice”, “Sense and Sensibility”, “Mansfield Park”, hingga “Emma and Persuasian”

Photo by telegraph.co.uk

Menurut Jane, cara kita mengelola keuangan akan membawa pengaruh besar dalam hidup. Ada dua kesalahan besar manusia berkaitan soal uang:

Pertama, manusia mudah dibutakan dengan uang. Dalam novel “Mansfield Park” tokoh Julia Bertram yang menikah dengan orang kaya bernama Mr. Rushworth, tetapi akhirnya justru hidup sengsara dan pernikahannya berantakan.

Kedua, Jane juga meyakini bahwa menikah tanpa memiliki uang yang cukup adalah kesalahan yang serius. Di novel “Sense and Sensibility”, tokoh Elinor Dashwood dan Edward Ferrars justru tidak dapat menikah karena merasa penghasilan mereka belum cukup untuk memberikan kehidupan yang nyaman.

Nah, dari sosok Jane saya belajar bagaimana sikap kita dalam mengelola uang menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan tidak boleh disepelekan. Akhir-akhir ini ada banyak pelatihan dan edukasi tentang cara mengelola uang dengan baik yang patut disimak dan diterapkan.

Bagaimana dengan kamu, apa sudah mulai mengatur dan merencanakan keuangan?

4. Temukan hal paling penting dalam hidup (Coco Chanel, desainer fashion)

Coco lahir pada tahun 1883 di Saumur, Perancis. Ibu Coco meninggal ketika ia masih kecil, sehingga membuatnya tumbuh besar dalam keadaan miskin dan dikucilkan. Hingga usia 20 tahun ia masih dipanggil dengan nama aslinya, yaitu Gabriel. Namun ia mengganti namanya menjadi lebih unik yaitu “Coco”, ketika mencoba membuat kabaret.

Coco memulai karier sebagai desainer topi, yang kemudian membuatnya memiliki hubungan dengan orang-orang berpengaruh seperti bangsawan Inggris dan Rusia.

Photo by glam.my

Pakaian merupakan instrumen komunikasi.

Meski sebagian dari kita cenderung acuh pada pakaian yang dikenakan, tetapi sebenarnya kita seringkali tanpa sadar terpengaruh pada apa yang dipakai orang lain. Sebelum Coco, gaya pakaian ideal wanita era Victoria tergolong rumit dan sangat mahal.

Photo by smithsonianmag.com

Pada tahun 1926, Coco Chanel memperkenalkan pakaian baru yang sangat sederhana dan elegan yaitu “little black dress”. Pakaian ini melahirkan definisi ideal yang berbeda, karena menggambarkan pemiliknya sebagai sosok yang energik, cerdas, dan aktif.

Tidak hanya dari segi ketahanan fisik, pakaian ini juga membuat siapa pun yang memakainya menjadi merasa tidak ketinggalan zaman.

Di sisi lain, ide Coco ini mengurangi pilihan pakaian dan membuat perempuan tidak perlu menghabiskan waktu lama untuk memutuskan mana yang harus mereka kenakan. Selain pakaian, Coco juga mendesain perhiasan dan tas, serta membuat parfum yang diberi nama Chanel №5.

Dari sosok Coco ini saya belajar pentingnya menggali hal paling penting dalam hidup lalu mewujudkannya lewat karya. Hal ini bisa dimulai dari melihat ke dalam potensi diri, lalu memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada di sekeliling kita.

5. Pekerjaan bisa menjadi salah satu sumber kebahagiaan terbesar (Karl Marx, politikus)

Karl Marx lahir pada tahun 1818 di Trier, Jerman. Ketika melanjutkan pendidikannya di University of Berlin, Marx bergabung dengan sekelompok filsuf bernama Young Hegelians yang sangat skeptis pada ekonomi dan politik modern.

Marx kemudian terlibat dalam Partai Komunis, sekelompok intelek yang mengadvokasi dan ingin merobohkan sistem kelas dan menghapuskan hak kepemilikan pribadi. Selain itu, Marx juga bekerja sebagai wartawan dan menulis berbagai buku dan artikel. Kebanyakan tulisan Marx berisi tentang kapitalisme, sistem ekonomi yang mendominasi dunia Barat.

Photo by kompas.com

Salah satu pemikiran Marx dalam bukunya yang berjudul “Manuscripts of 1844”, adalah pekerjaan yang ideal dapat menjadi salah satu sumber kebahagiaan terbesar.

Kita bisa meraih kebahagiaan dalam bekerja dengan cara melihat diri kita pada objek yang kita buat.

Misalnya, seseorang perajin kursi. Kursi yang dibuatnya sedikit banyak menggambarkan sosok yang terus terang, kuat, jujur dan elegan. Padahal sebenarnya pembuatnya belum tentu demikian. Ia bisa saja memiliki emosi yang tidak stabil, tetapi kursi buatannya justru memberikan memori positif pada karakter perajinnya.

Marx juga membagikan cara untuk membuat pekerjaan terasa lebih bermakna.

Pertama, dengan melihat apakah pekerjaan kita sudah membantu mengurangi beban penderitaan orang lain.

Kedua, apakah pekerjaan kita secara nyata bisa meningkatkan kesenangan orang lain.

Seiring berjalannya waktu, seringkali kita merasa bosan atau mandek saat bekerja. Hal ini menurut Marx bisa terjadi karena tidak adanya tujuan jangka panjang yang ingin diraih dari pekerjaan yang kita lakukan.

Nah, dari sosok Marx ini saya mendapat beberapa insight baru soal pentingnya menemukan value dan tujuan dalam pekerjaan kita agar tidak hanya menjadi rutinitas yang harus dikerjakan untuk memenuhi tujuan cuan saja, melainkan bisa menjadi salah satu sumber kebahagiaan dalam hidup.

Photo by projectboldlife.com

Itu tadi lima tips menjalani hidup buah pemikiran beberapa Great Thinkers dari buku yang saya baca. Nah, bagaimana dengan kamu, apa sih quotes atau prinsip yang kamu pegang dalam menjalani hidup?

--

--