COMPFEST Talks: Membangun Inovasi Melalui Teknologi

COMPFEST
COMPFEST
Published in
7 min readJan 19, 2021

Hai, Digifellas!

Setelah melalui beberapa purnama, akhirnya kini COMPFEST telah mencapai lap terakhir dari perjalanannya, yaitu dengan dilaksanakannya acara COMPFEST Talks. COMPFEST Talks dilaksanakan dua hari berturut-turut, dengan dua channel yang berbeda, salah satunya adalah channel Innovation. Mari simak keseruan dari Channel Innovation dari COMPFEST Talks pada hari pertama ini!

Keynote Speaker

COMPFEST Talks hari pertama dimulai dengan pembukaan dari Keynote Speakers yaitu Bapak Sandiaga Uno selaku Founder Rumah Siap Kerja dan Ultimate U. Beliau mengatakan dengan maraknya kasus COVID 19, pembelajaran menjadi online dan menggunakan teknologi. Tantangan yang dihadapi pembelajaran jarak jauh dianggap kurang interaktif, akses internet yang terbatas, tidak mendapat pemahaman secara mendalam, dan kesulitan untuk fokus pembelajaran. Sementara kelebihan pembelajaran jarak jauh yaitu easy access, wider reach, simplified tasks and certification, dan fit for today’s world.

Beliau mengatakan bahwa Rumah Siap Kerja juga beradaptasi melalui online untuk memberikan pembelajaran jarak jauh yang dapat meningkatkan pembelajaran mandiri dan self regulated learning. Saran untuk pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dari Bapak Sandiaga adalah untuk pihak-pihak terkait seperti dosen dan mahasiswa harus mengerti dengan keadaan yang ada, membimbing peserta didik harus untuk pembelajaran yang aktif, serta adanya motivasi intrinsik (motivasi yang berasal dari dari dalam diri sendiri) dan ekstrinsik (motivasi yang berasal dari luar diri sendiri seperti dari orang tua dan lingkungan). Motivasi ini menjadi salah satu faktor penting untuk pembelajaran jarak jauh. “Sekarang saatnya investasi besar-besaran untuk melengkapi infrastruktur digital sehingga tidak ada ketidakadilan untuk anak didik. Kebijakan pemerintah mengenai subsidi kuota harus bisa langsung tereksekusi dan harus tepat sasaran.” ujar beliau yang sekaligus mengakhiri sesi ini.

Learning from Mistakes: Building a Sustainable Startup

Sesi webinar kali ini dimoderatori oleh Thalla Hirasazari selaku CEO of Flick. Ada dua narasumber yang mengisi sesi ini, yakni Benni Adham selaku CEO of Paques dan Hiro Wardhana selaku Principal Consultant at Artemis Kreasi Gemilang. Alih-alih berbentuk webinar, sesi ini langsung mengambil format QnA dimana moderator melontarkan pertanyaan yang langsung dijawab oleh kedua narasumber.

Kedua narasumber mengemukakan bahwa kesalahan pertama yang sering muncul dalam membangun startup adalah unawareness atau takut akan kegagalan. Sebab, dalam melakukan hal besar seperti membangun startup, apalagi untuk pertama kali, memang akan banyak menemui hal-hal yang unexpected. Dalam menyikapi kegagalan membuat product, Pak Hiro punya kalimat tersendiri yaitu “Love your product, but don’t fall in love with it.” Kesalahan berikutnya, menurut mereka, adalah perekrutan sumber daya manusia yang tidak tepat. Menurut mereka, kunci dalam merekrut adalah dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang dicanangkan perusahaan. Usahakan cukup rekrut orang-orang yang kompeten untuk mengisi fungsi-fungsi yang kurang bisa di-handle sendiri. Kemudian, jangan takut dengan stigma “orang muda lebih sedikit resiko namun lebih sedikit pengalaman, sementara orang yang lebih tua punya lebih banyak resiko namun lebih banyak pengalaman.”

Obrolan dengan kedua narasumber ditutup dengan pendapat dari kedua narasumber mengenai tren entrepreneur muda yang semakin meningkat, terutama ketika kondisi pandemi seperti saat ini. Mereka juga berpesan kepada kalangan muda yang ingin membangun startup agar jangan sekadar membangun startup karena ingin dibilang keren. Pak Benni berpesan agar kita selalu keep innovating karena pasti selalu ada orang yang ingin dan bisa mengalahkan bisnis kita. Sementara, Pak Hiro berpesan, “Any business you make, create the entry barrier. Supaya lu tetep bisa selangkah lebih maju.”

Content Marketing : What Is It and How To Use It?

Sesi yang mengulik mengenai content marketing ini dibawakan oleh Nasich Taufik selaku Social Media Lead at Tokopedia dan Dobita Amanda selaku Wardah Digital Media Executive serta dimoderatori oleh Adityo Nugroho selaku Marketing & Public Relations Practitioner di WeArePR! Agency. Nasich Taufik membawakan sesi yang membahas mengenai pentingnya content marketing sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dari sebuah brand. Sebelum membuat content marketing yang baik, kita terlebih dahulu harus mengerti audiens yang akan kita tuju dan memantau tren yang sedang berjalan, topik yang sedang hangat maupun fitur terbaru. Content kemudian dibuat dengan memperhatikan format mana yang tepat sesuai audiens dan fokus terhadap pesan yang ingin disampaikan supaya membuat supaya content tersebut terkesan ‘big’ dan mampu menarik perhatian. Terakhir, terdapat analisa dan optimisasi terhadap content tersebut apabila sudah memenuhi tujuan atau belum.

Dobita Amanda membawakan sesi mengenai pembahasan lebih lanjut mengenai bagaimana cara yang tepat untuk reach out kepada customer yaitu dengan content marketing. Ia juga menjelaskan bagaimana Smart Content Lifecycle mendorong customer untuk membeli produk. Smart Content ini disampaikan melalui storytelling supaya customer mampu menghubungkan dengan pengalaman mereka sendiri dan menambah engagement dengan brand. Selain itu, untuk meningkatkan brand awareness secara konsisten, diperlukan adanya Editorial Plan supaya content marketing tetap rapi dan terjadwal. Komponen penting dalam editorial plan adalah timeline, content, dan caption. Ia juga menekankan bahwa strong insight membawakan strong content, selalu mengetahui audiens content dan selalu berpegang pada data. Sosial media yang digunakan pun tidak harus berdiri sendiri, tetapi juga dapat saling berkolaborasi dan berkoneksi dengan platform lain.

Peer to Peer Lending: The Best Place for Investment with Minimum Risk

Kali ini, sesi webinar dimoderatori oleh Valian Fil Ahli selaku Associate Product Manager at Amartha. Ada dua narasumber yang mengisi sesi ini, yakni Irfan Siddik selaku VP Corporate Finance and Investor Relations at UangTeman dan Salman Baharuddin selaku CSO at Investree.

Dalam sesi ini, kedua narasumber menegaskan bahwa dalam mengadakan layanan Peer to Peer Lending, kita harus memperhatikan bagaimana peminjam dapat mengembalikan pinjamannya sehingga perusahaan juga tidak mengalami kerugian. Mas Irfan memberikan contoh perusahaannya bekerja yakni UangTeman, dimana rules yang ditetapkan dalam pengajuan peminjaman tidak memberatkan calon peminjam sehingga peminjam tertarik melakukan peminjaman di UangTeman. Selain itu, perusahaan juga harus bisa memberikan fitur dan kemudahan dibanding meminjam di bank konvensional maupun loan shark.

Agar DigiFellas semakin tahu tentang platform fintech Peer to Peer Lending, Mas Valian memberi beberapa pertanyaan pemicu kepada kedua narasumber terkait bagaimana memilih fintech yang tepat untuk berinvestasi dan bagaimana tantangan dalam menyelenggarakan Peer to Peer Lending. Mas Salman berpendapat bahwa cara memilih fintech yang tepat untuk berinvestasi adalah dengan memastikan dulu tujuan investment. Baik itu kemudahan maupun preferensi dalam berinvestasi. Sementara, menurut Mas Irfan, tantangan terbesar yang sering dihadapi oleh penyelenggara Peer to Peer Lending adalah peminjam yang ternyata terlambat atau tidak dapat mengembalikan pinjaman.

Just Start: Learn, Act, and Create the Future

Rangkaian acara terakhir dari Channel Innovation pada hari pertama ini menghadirkan tema yang sangat common, yaitu startup. Startup menjadi topik yang cukup menarik untuk dibahas, karena Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan startup terbanyak di dunia, dan telah banyak yang mendapatkan predikat unicorn maupun decacorn.

Talkshow ini menghadirkan beberapa narasumber, yaitu Rachmat Kaimuddin selaku CEO dari Bukalapak dan M. Alfatih Timur selaku Founder and CEO Kitabisa dengan panduan dari seorang moderator, yakni Anjana Demira selaku seorang jurnalis. Pada sesi ini, Pak Rachmat dan Pak Alfatih bercerita mengenai startup, struggle dari sebuah startup, bagaimana pandangan mereka tentang startup di Indonesia. Kedua narasumber sepakat bahwa tidak ada sesuatu yang dapat mendefinisikan secara tepat tentang apa itu startup, namun hal yang harus digaris bawahi adalah sebuah startup hadir sebagai sebuah bisnis yang berusaha memecahkan sebuah masalah tertentu di masyarakat, dengan keadaan yang masih unstable.

Dikutip dari kedua pembicara pada sesi ini, membangun startup sangatlah sulit, terutama dalam melakukan validasi dari ide dan solusi yang hendak dibangun. Untuk mendapatkan validasi ide secara matang, beliau memiliki saran untuk melakukan lebih banyak riset dan menggali informasi dari orang-orang yang dekat dengan masalah tersebut. Tak hanya itu, banyak sekali startup yang telah tergerus karena adanya faktor pandemi dan kompetisi. Untuk hal ini, kedua narasumber kami berpesan kepada para penggiat startup di seluruh Indonesia untuk tetap semangat dan termotivasi untuk membangun startup mereka supaya bisa lebih baik lagi dan tetap fokus dengan hal-hal yang bisa dikendalikan dari segi internal.

Selain itu, seperti yang telah dikemukakan pada paragraf pertama, bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan startup terbanyak. Menurut Anjana, hal ini dapat terjadi karena anak-anak muda di Indonesia banyak melihat cerminan akan startup-startup Indonesia yang telah sukses dan ingin mencontoh jejak itu. Selain itu, beliau juga berpesan kepada DigiFellas untuk mulai berusaha dan percaya pada sendiri, dan jangan takut untuk gagal dalam memulai sesuatu hal yang baru, karena kegagalan dapat menjadi milestone untuk kesuksesan kita di kemudian hari.

Pantau terus informasi mengenai COMPFEST selanjutnya melalui akun media sosial Twitter kami @COMPFEST, Instagram kami @COMPFEST, dan situs kami http://www.compfest.id

Sampai jumpa!

(Editorial Marketing)

--

--

COMPFEST
COMPFEST

Times are changing. Are you ready to change with it? Witness the shifting of our culture in this modern era. #EmpowerBreakthrough