Kenaikan Kejahatan Siber di Tengah COVID-19

Agnes Audya
COMPFEST
Published in
5 min readMay 19, 2021
PCMag

Sebagai pengguna internet, komputer atau perangkat digital kita lainnya memiliki kesempatan untuk berpapasan dengan worms, trojans, viruses, adspy, dan berbagai malware(malicious software) lainnya atau bertemu beberapa hyperlinks, e-mails, attachments, atau pesan mencurigakan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan bagaimana kita menggunakan internet … karena taraf berbahaya dari malware cukup mengganggu sistem kerja perangkat kita atau dampak tidak sengaja terkena jebakan phising juga dapat merugikan kita. Sayangnya, pandemi ini malah mengubah total cara kita bekerja, bersekolah, dan melakukan berbagai aktivitas lainnya. Sehingga aktivitas sehari-hari kita lebih bergantung pada internet yang tentunya akan membuka akses lebih besar untuk kejahatan siber.

Namun, ancaman-ancaman kejahatan siber menjadi semakin mengkhawatirkan akibat baru sedikit orang yang mendapat pelatihan cybersecurity yang efektif — khususnya para staf yang memegang data-data penting. BSSN(Badan Siber dan Sandi Negara) melaporkan bahwa selama pandemi ini, aktivitas kejahatan siber naik secara tajam dibandingkan tahun 2019 — periode di saat pandemi belum menyerang Indonesia.

Kompas

Sebelum kita membahas lebih jauh lagi, apa sih definisi kejahatan siber itu? apakah kejahatan siber merupakan aktivitas kriminal yang biasa kita lihat di koran atau di TV setiap hari? … jawabannya, tentu saja tidak perlu diragukan lagi bahwa kejahatan siber merupakan aktivitas kriminal, hanya saja terdapat ciri yang cukup membedakan antara kejahatan siber dan aktivitas kriminal konvensional. Satu hal yang sangat membedakan kejahatan siber dengan kejahatan konvensional adalah penggunaan komputer digital. Dengan kata lain, kejahatan siber merupakan kejahatan yang menggunakan komputer sebagai perangkat kejahatan untuk menimbulkan kerugian kepada seorang individu atau organisasi.

Selain itu, layaknya aktivitas kriminal konvensional yang terjadi di sekitar kita. Dengan perkembangan teknologi, proses transaksi, pengiriman data yang awalnya dilakukan secara manual telah didigitalisasi sehingga berbagai ancaman kejahatan siber semakin berdatangan.

Nah, dalam kejahatan siber, terdapat dua bentuk kejahatan siber, yakni computer-crime dan computer-related-crime. Computer-crime berfokus dalam melakukan kejahatan dengan menggunakan komputer sebagai perangkat utamanya, berbagai aksi kejahatan dapat dikategorikan sebagai computer-crime seperti illegal interception(transmisi ilegal ke sistem komputer), web defacement(mengubah penampilan sebuah situs web tanpa perizinan), system interference(menghambat fungsionalitas sebuah sistem dengan memasukan, mengirimkan, merusak, menurunkan kinerja, mengubah, atau menghalangi data komputer), data manipulation(mengutak-atik, mengubah, memodifikasi data penting).

Sedangkan computer-related-crime menggunakan komputer sebagai alat untuk mendistribusikan, menjual, menawarkan informasi yang bersifat provokatif seperti online pornography, online gambling, online defamation, online extortion, online fraud, hate speech, online threats, illegal access, dan data theft.

Sekarang, kita mendapatkan pemahaman dasar tentang kejahatan siber. Banyak kejahatan siber yang terjadi sepanjang pandemi ini dan ada Patroli Siber — sebuah situs web yang menawarkan statistik tentang kejahatan dunia maya dan dijalankan oleh Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber). Selama era pandemi (2020–2021), masyarakat melaporkan 2.259 kasus ke polisi, kasus tertinggi yang dilaporkan adalah penyebaran konten provokatif (1048), disusul dengan penipuan online (649), pornografi online (208), Akses Ilegal (138), Manipulasi Data (71), Pencurian Data / Identitas (39), Perjudian (32), Intersepsi Ilegal(24), Pemerasan (19), Peretasan Sistem(18), Pengubahan Tampilan (9), dan Kerusakan Sistem (4).

Patroli Siber

Selain itu, sepanjang pandemi ini, beberapa aplikasi Covid-19 trackers yang bertujuan untuk menjadi sumber informasi bagi masyarakat juga ternyata sudah dibajak. Spyware bernama Joker Android Malware terdeteksi oleh BSSN di dalam aplikasi Google Play yang telah diverifikasi. BSSN menyarankan kita untuk menggunakan Covid-19 trackers yang sudah diverifikasi pemerintah/polisi. Tidak hanya itu, aplikasi konferensi video yang digunakan untuk rapat kerja, pendidikan, dan keperluan konferensi lainnya juga dibajak. Seperti contoh, Zoom — aplikasi konferensi pernah dipasang oleh malware menggunakan pengkodean yang berisi modul metasploit, adware, dan hiddenad / hiddad.

Kembali lagi ke awal, kita mengetahui bahwa kejahatan siber ini merugikan kita dan menguntungkan pelaku kejahatan siber. Jadi, berikut tips yang dapat meminimalkan risiko berhubungan dengan para pengancam siber ini.

  • Untuk diagnosis keamanan di situs web yang ingin diakses, buka halaman Google ini. Alamat situs web harus disalin dan ditempel atau diketik ke kotak, lalu klik ikon kaca pembesar. Situs web kemudian akan menampilkan laporan diagnostik keamanan dari situs web yang Anda masukkan.
  • Gunakan ekstensi pemblokir iklan atau sering dikenal dengan sebutan Adblocker. Iklan pada situs dapat dieksploitasi sebagai wadah yang diinstalasi dengan malware. Adblocker akan menghalangi iklan tersebut untuk muncul di situs web. Namun, pastikan untuk memilih Adblocker yang aman.
  • Memiliki pengaturan kata sandi yang berbeda untuk setiap akun. Hindari penggunaan tanggal lahir, atau informasi pribadi. Hindari juga menggunakan huruf atau angka yang berurutan dalam kata sandi. Kata sandi yang berbeda untuk setiap aplikasi mengurangi kesempatan peretas untuk mengakses seluruh data kita secara bersamaan.
  • Gunakan 2 factor authentication.
  • Periksa kembali setiap proses digital yang membutuhkan pengisian data dan pastikan situs web itu sah. Selalu memeriksa sedetail mungkin informasi-informasi yang ada pada situs, dimulai dari web-address-nya untuk menghindari phising. Situs web yang kredibel mengenkripsi data selama transmisi menggunakan teknologi seperti SSL (Secure Socket Layer) untuk mengurangi kemungkinan peretas atau pencuri identitas mencuri atau mengubah informasi sensitif (seperti nomor kartu kredit, nama pengguna, kata sandi, email, dan sebagainya).
  • Periksa juga aplikasi third-party yang meminta izin untuk mengakses data perangkat untuk menghindari kebocoran data.
  • Selalu perbarui software dan aplikasi-aplikasi yang ada di perangkat.
  • Gunakan antivirus. Antivirus sangat membantu untuk mendeteksi berbagai perangkat lunak berbahaya seperti malware.

Peningkatan signifikan dalam aktivitas kejahatan siber mungkin membuat kita khawatir dan memunculkan rasa takut terhadap gangguan yang dapat terjadi pada perangkat kita. Namun, jika kita menangani setiap proses digital dengan hati-hati, kemungkinan perangkat kita dibajak para aktor kejahatan siber pun akan berkurang. Oleh karena itu, selalu perlakukan perangkat digital kita dengan bijak dan berhati-hati!

Jangan lupa untuk mengikuti kami melalui media sosial kami di Twitter, Instagram, Facebook, dan LinkedIn COMPFEST (Editorial Marketing/Agnes)

Sumber:

https://patrolisiber.id/statistic

https://tekno.kompas.com/read/2020/10/12/07020007/kejahatan-siber-di-indonesia-naik-4-kali-lipat-selama-pandemi

https://bssn.go.id/rekap-serangan-siber-januari-april-2020/

https://teknologi.id/insight/tips-melindungi-data-versi-badan-siber-dan-sandi-negara-bssn

https://www.verisign.com/in_ID/website-presence/online/ssl-certificates/index.xhtml#:~:text=SSL%20merupakan%20singkatan%20dari%20Secure,misalnya%2C%20nomor%20kartu%20kredit%2C%20nama

--

--