User Experience Academy Camp 1: Know Your User Better by UX Research, Persona, and Empathy Map

Visianita Widyaningrum
COMPFEST
Published in
7 min readAug 24, 2022

Baca dalam Bahasa Inggris

COMPFEST 14, Depok — Camp 1 User Experience Academy (UXA) telah dilaksanakan pada 20–21 Agustus 2022. Semua sesi pada camp ini diselenggarakan secara daring melalui platform Zoom. Partisipan dari UXA merupakan 20 pendaftar terbaik yang telah diseleksi sebelumnya oleh COMPFEST. Pada camp ini, peserta mempelajari tentang tahapan dalam UX Research hingga memetakan data ke dalam User Persona dan Empathy Map. Sesi materi dan mentoring yang dibawakan oleh para pembicara dan mentor yang kompeten di bidangnya. Yuk, simak keseruannya!

Day 1 — UX Research 101

Rangkaian acara User Experience Academy resmi dibuka dengan sambutan dari Fasya Prandari selaku Manager Academy COMPFEST 14 dan Isyah Auliarahmani selaku Person in Charge UXA COMPFEST 14. Camp dilanjutkan dengan pemaparan materi “Introduction to UX & Research Planning” oleh Nabila Nur Afrida, Product Research di Stockbit.

Kak Nabila mengawali materi dengan membahas definisi dari UX, serta elemen-elemen penting dalam UX, yaitu user dan product. Menurut Kak Nabila, agar pengguna memiliki pengalaman yang baik, sebuah produk harus usable, equitable, enjoyable, dan useful. “UX is about look, feel, and usability. Tampilan yang menarik, menyenangkan untuk user, dan mudah digunakan,” ungkapnya.

Kak Nabila juga menjelaskan mengenai pentingnya UX dalam bisnis dan produk digital. Sebuah riset menunjukkan bahwa, apapun industri dari sebuah bisnis, mereka yang fokus pada usability dan design akan lebih unggul dari kompetitornya. Seorang UX designer yang baik harus mampu mengimplementasikan UX selagi menyelaraskannya dengan tujuan bisnis dari produk tersebut.

Selanjutnya, Kak Nabila menjelaskan tentang UX Stakeholders dan UX Roles dalam sebuah perusahaan. Secara umum, UX Stakeholders terdiri dari management, data analyst, dan engineer. Dalam sebuah perusahaan kecil yang belum memiliki divisi UX tersendiri, UX designer akan memiliki beberapa tanggung jawabnya. Sebaliknya, dalam sebuah perusahaan yang memiliki divisi UX, seorang UX designer akan memiliki spesialisasi, seperti UX researcher, UX designer, UX writer, dan lain-lain. Kak Nabila juga menjelaskan tentang UX Framework yang umum digunakan, yaitu Double Diamond dan Design Thinking.

Kak Nabila lalu membahas mengenai “Research Planning” dalam UX Research. Menurut Kak Nabila, sebuah Research harus dilakukan untuk menyatukan tujuan bisnis dengan kebutuhan pengguna dengan efisien. Merencanakan UX Research dimulai dengan berbicara dan berdiskusi dengan stakeholders, data analyst, dan front-line customer support. Setelah itu, riset dilanjutkan dengan menentukan latar belakang, tujuan, dan hipotesis. Pemaparan materi diakhiri dengan sesi tanya jawab, dimana peserta UXA dengan antusias memberi pertanyaan pada pembicara mengenai materi yang telah dijelaskan.

Acara dilanjutkan dengan sesi hands-on untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang telah dijelaskan. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok dan setiap kelompoknya didampingi oleh mentor untuk menyusun research plan dengan template yang sudah diberikan oleh panitia. Sesi hands-on dilaksanakan selama 120 menit dan dilanjutkan oleh sesi istirahat.

Sesi selanjutnya menghadirkan Suzayana Rosidah, UX Researcher di Tokopedia. Pada sesi ini, Kak Ros membawakan materi “Know your User & Product More by Doing UX Research”.

Pertama, Kak Ros menjelaskan kembali definisi UX Research dan mengapa penting untuk dilakukan. Menurut Kak Ros, dalam UX Research, selain memprioritaskan pengguna, kita juga harus mampu menyesuaikan kebutuhan dari bisnis. Selain itu, ia menjelaskan bahwa UX Research dapat dilakukan sepanjang product development cycle, dengan tujuan yang berbeda-beda pada tiap tahapnya.

Kak Ros kemudian membahas secara detail mengenai tipe dan metode yang dapat digunakan dalam UX Research. Tipe UX Research dapat digolongkan berdasarkan tipe data (kuantitatif dan kualitatif), siapa yang melakukannya (primary dan secondary), dan pendekatan (behavioral dan attitudinal). Secara umum, metode UX Research terdiri dari wawancara, survei, dan usability testing. Ia juga menjelaskan bahwa tipe dan metode yang telah disebutkan tadi tidak berdiri sendiri, melainkan dapat dikombinasikan dalam penggunaannya.

Selanjutnya, Kak Ros menjelaskan kapan metode dan tipe UX Research tepat untuk digunakan, serta bagaimana cara memilihnya. Menurut Kak Ros, pemilihan metode dan tipe UX Research bergantung pada rumusan masalah yang sudah ditentukan di awal. Selain itu, pemilihannya juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan setiap tipe dan metode. Kak Ros juga menjelaskan bagaimana cara mengukur impact dari riset, yaitu dapat dilakukan dengan kolaborasi antar stakeholder dalam regular check dan sharing session. Camp hari pertama diakhiri dengan sesi tanya jawab dan sesi hands-on.

Day 2 — User Needs, Pain Points, User Persona, and Empathy Map

Hari kedua Camp UXA dimulai dengan sesi materi oleh Sandya Sekar Mukti, Product Designer di Mamikos. Pada sesi ini, Kak Sandya membawakan materi berjudul “Identify User Needs & Pain Points from Your Research Data”.

Kak Sandya mengawali presentasinya dengan menjelaskan definisi data kualitatif dan kuantitatif. “Di dunia nyata, supaya data kuantitatif bisa memberikan insight, biasanya dikombinasikan dengan data kualitatif,” ungkapnya. Setelah itu, ia menjelaskan bagaimana menyintesis data riset. Menurutnya, basic rule dalam menyintesis data riset adalah memastikan bahwa pertanyaan dan metode yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan riset. Ia juga membahas mengenai kesalahan umum dalam menyintesis data riset.

Kak Sandya kemudian menjelaskan bagaimana mengidentifikasi masalah dan merumuskan solusi dari hasil riset. Menurutnya, seorang product designer harus fokus pada kebutuhan mendasar user, dibandingkan hanya terpaku pada salah satu pain points. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mencari tahu perilaku keseluruhan dari user, sehingga dapat menciptakan pengalaman pengguna yang bermakna. Kak Sandya juga membahas bagaimana cara mempresentasikan temuan-temuan tersebut dengan baik kepada stakeholders.

Pada akhir presentasinya, Kak Sandya berpesan bahwa dalam mempelajari UX, kita tidak harus selalu terpaku dengan jargon yang ada. “Selama kita tau mindset-nya adalah user-centered, selalu berbasis pada data, dan kritis untuk mencari tahu masalahnya, solusinya (yang dihasilkan) seharusnya benar,” ungkap Kak Sandya. Camp dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan sesi hands-on.

Camp hari kedua dilanjutkan dengan sesi materi “Persona & Empathy Map” oleh Ivana Putri, UX Researcher di Rakuten Viki. Kak Puput memulai presentasinya dengan membahas mengenai persona dan mengapa persona dibutuhkan. “Lebih mudah untuk kita berempati dengan user kalau kita sudah liat perwujudannya, daripada hanya dalam bentuk kalimat,” ungkapnya. Selain itu, Kak Puput menjelaskan mengenai elemen yang perlu ada dalam sebuah persona. Ia juga menjelaskan mengenai tipe persona yang umum digunakan, serta alternatif lain dari penggunaan persona.

Selanjutnya, Kak Puput membahas mengenai “Empathy Map”, yaitu salah satu cara menyintesis data riset untuk menghasilkan persona. Menurutnya, Empathy Map dapat digunakan untuk memetakan insight yang telah didapatkan dari user interview dan melihat bagaimana user bisa dibagi menjadi segment. Kak Puput kemudian menjelaskan bagaimana cara melakukan segmentasi user, yaitu dapat dilakukan berdasarkan tujuan, usage lifecycle, role, dan perilaku. Ia juga menjelaskan cara memetakan setiap elemen dari Empathy Map ke persona. Setelah membuat persona, kita dapat membuat skenario sehingga kita bisa membayangkan alur dari desain yang akan dibuat. Camp dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan sesi hands-on. UXA Camp 1 diakhiri dengan sesi foto dan salam perpisahan dari pembawa acara.

Interview Time!

Alifiannisa Lawami Diar (Senior Product Researcher at Ruangguru)

Setelah rangkaian Camp 1 UXA berakhir, kami mendapat kesempatan untuk mewawancarai salah satu mentor, Alifiannisa Lawami Diar, Senior Product Researcher di Ruangguru. Kak Ann membicarakan mengenai kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin menekuni bidang UX, seperti critical thinking, berkeingintahuan tinggi, berani bereksperimen, dan stakeholder managemet. Selain itu, skill yang tidak kalah penting adalah kolaboratif. Menurutnya, kemampuan tersebut dibutuhkan karena industri teknologi tidak berdiri sendiri, terdapat ekosistem lain yang mendukung berjalannya sebuah aplikasi atau sistem. Untuk mengasah skill tersebut, kita harus aktif mencari pengetahuan di luar kampus, seperti dengan mengkuti bootcamp dan lomba. Selain menambah kemampuan, kita juga berkesempatan untuk membangun koneksi.

Selanjutnya, Kak Ann juga membagikan kesannya terhadap COMPFEST. Ia merasa senang karena COMPFEST menyajikan acara yang relevan dengan dunia kerja di industri, seperti UXA, karena cabang ilmu ini sedang mengalami tren. Kak Ann berharap semoga ke depannya COMPFEST dapat menjangkau lebih banyak mahasiswa di Indonesia agar mereka juga memiliki kesempatan untuk mendapat pengalaman yang sama.

Selain itu, kami juga berkesempatan untuk mewawancarai Kak Mavis Zeng, salah satu peserta dari UXA. Dengan mengikuti UXA, Kak Mavis berharap dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan produktif sekaligus menambah relasi dengan orang-orang baru. Ia sangat suka dengan cara COMPFEST mengadakan pengajaran, yaitu dengan teori yang dilanjutkan oleh sesi hands-on. Menurutnya, dengan cara tersebut, peserta menjadi lebih memahami tingkat pemahamannya mengenai topik yang telah diberikan. Selanjutnya, Ia juga menceritakan pengalaman-pengalaman mengesankannya selama mengkuti UXA Camp 1. Menurutnya, momen bersama kelompok dan mentoring merupakan salah satunya, karena kelompoknya berbaur dengan baik dan saling terbuka untuk berbagi ilmu. Selain itu, ia juga merasa beruntung karena mendapatkan mentor yang baik, sabar, dan membantu kelompoknya saat sesi mentoring.

Masih banyak keseruan acara lainnya di COMPFEST! Pantau terus informasi mengenai COMPFEST melalui akun media sosial Twitter kami @COMPFEST, Instagram kami @COMPFEST, Facebook kami COMPFEST, LinkedIn kami COMPFEST, dan situs kami compfest.id. Untuk keseruan Academy lainnya, baca artikel selengkapnya di laman Medium kami. (Editorial Marketing/Visi)

--

--