Mengapa Bitcoin begitu berpengaruh?

Christopher Tahir
CryptoWatch.id
Published in
5 min readJan 18, 2020

Awal mula adanya Btcoin dipicu ketika terjadinya krisis 2008 dimana terkuak banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak disangka. Borok busuknya sistem keuangan beserta sistem keuangan yang hancur di dalamnya yang menyebabkan krisis besar ini terjadi.

Berangkat dari kejadian ini, satu orang ataupun mungkin kelompok ilmuwan komputer dengan nama samaran Satoshi Nakamoto berinisiatif untuk merealisasikan alat tukar elektronik peer-to-peer yang bertujuan untuk mengeliminasikan ataupun meminimalisir campur tangan institusi keuangan dalam setiap kegiatan moneter yang dilakukan. Namun tentu saja perjalanan ini tidak pernah berjalan mulus dimulai dari banyaknya konspirasi bermunculan yang bertujuan agar adopsi Bitcoin tidak begitu cepat.

Setelah sedekade

Satu dekade telah lewat, Bitcoin semakin tangguh berdiri, terlebih lagi dengan inovasi dari para pemelihara jaringan itu sendiri yang membuat Bitcoin semakin optimal dan semakin efisien pula untuk digunakan terutama dalam melakukan transaksi antar wilayah (cross border transactions). Hal ini bukan isapan jempol belaka dengan adanya transaksi sebesar lebih dari USD1 milyar (Rp14T) baru-baru ini yang mana transaksi ini hanya memakan biaya sekitar Rp6500 (ya benar Rp6500 yang mana bahkan jauh lebih murah daripada transfer RTGS/Real Time Gross Settlement antar bank di Indonesia).

Lalu bermunculan pula spekulasi bahwa Bitcoin tidak ada dasar yang bisa menentukan nilai harganya sendiri. Namun banyak pula yang mengeluarkan komentar tersebut tanpa memiliki fakta yang bisa mendukung opini tersebut. Banyak pula dari mereka yang hanya tahu bahwa Bitcoin tampaknya seperti uang dari hampa udara, yang mana faktanya semua uang yang ada di dunia ini setelah dilepasnya standar emas oleh mantan presiden AS Richard Nixon yaitu diberhentikannya perjanjian Bretton Woods, yang mana merupakan perjanjian ikatan nilai USD terhadap emas. Jadinya, setiap uang yang dicetak tanpa ada dasar aset yang mendasarinya.

Jadi apabila uang biasa (fiat) yang dipakai kita tidak memiliki dasarnya, apakah lantas itu menjadikan uang fiat ini lebih buruk? Di satu sisi, melihat kondisi saat ini saya mengatakan masih belum mencapai level tersebut dimana mata uang fiat bisa ditinggalkan, namun dengan adanya fakta demikian, ini memberikan kesamaan sifat dengan Bitcoin yang katanya tidak berdasar. Jadi, menurut saya nilai uang bisa ada hingga hari ini dikarenakan adanya kesepakatan antara satu pihak dengan pihak lain sehingga terjadinya kesepakatan atau ekuilibrium harga. Sehingga dalam hal ini apabila nilai Bitcoin setinggi ini yaitu sekitar USD8800/BTC, maka hal tersebut juga adalah kesepakatan yang terjadi.

Sama halnya dengan mata uang biasa apabila ada peningkatan permintaan dikarenakan suatu hal, maka mata uang tersebut bisa menguat, begitu pula Bitcoin.

Bitcoin v the world

Pembeda utama dari Bitcoin adalah ketidak beradaannya pihak penengah (intermediaries) yang mana memungut biaya ketika kita hendak melakukan transaksi dengan pihak lain. Memang ada yang mungkin tidak memungut biaya, namun mengambil data kita secara diam-diam (memang terkadang ada ditulis di EULA, namun tidak semua orang atau mungkin kurang dari 5% orang yang membacanya). Dan, belum tentu yang memungut biaya tidak mengambil dan memanfaatkan data yang dimiliki.

Dengan adanya Bitcoin, maka praktis pihak penengah ini akan mengalami gangguan bisnis, sehingga dibuatlah berbagai konspirasi yang mengatakan bahwa Bitcoin tidak baik, tidak aman, dan lain sebagainya. Namun perlu saya tekankan soal keamanan dari Bitcoin, Bitcoin adalah mata uang kripto yang sangat aman dan menurut saya adalah yang teraman dan paling terdesentralisasi, sehingga Bitcoin akan menjadi mata uang yang sangat jauh dari politik dan juga kepentingan sepihak.

Aman

Bitcoin dikatakan aman dikarenakan setiap transaksi Bitcoin dicatat di seluruh simpul komputasi (node) yang ada di dunia dan dienkripsi secara asimetris dengan sistem kriptografi SHA-256. Intinya Bitcoin tidak bisa dibobol dengan cara yang banyak dilakukan oleh peretas yaitu brute force atau sistem coba-coba atau paksa-paksa.

Lalu bagaimana dengan berita Bitcoin diretas dan sebagainya, memang ketidaktahuan media menjadi peran yang penting dalam memberikan informasi yang salah ini. Dimana yang diretas bukanlah Bitcoin-nya melainkan sistem dari bursa itu sendiri yang mana menyimpan kunci pribadi (private key) mereka di tempat penyimpanan daring ataupun penyimpanan tidak aman lainnya.

Kemudian mungkin muncul pertanyaan, apakah Bitcoin bisa diretas? Menurut saya, hal tersebut sangat sulit sekali dan bahkan bisa saya katakan hampir tidak mungkin bisa. Sebagai informasi, untuk meretas Bitcoin dibutuhkan dominasi dari satu pihak sebanyak 51% dari total kekuatan komputasi yang ada di dunia yang mana per tulisan ini dibuat sekitar 97 juta TH/s. Maka untuk bisa menguasai 51% dari total kekuatan komputasi, dibutuhkan sekitar 100 juta TH/s kekuatan komputasi yang mana biayanya adalah sekitar:

100 juta TH/s : 67 TH/s (Antminer S17+) = 1,492,537 unit Antminer S17+ @ USD1,585
Maka total biaya yang harus dikeluarkan tidak termasuk biaya setup, lokasi maupun listrik adalah sekitar USD2,365,671,145 (USD2.3M ~ Rp32.2T) hanya untuk mendominasi, belum termasuk lagi biaya untuk meretas dan yang bisa diretas hanyalah transaksi kita sendiri yaitu melakukan double-spending terhadap uang kita.

Apakah ini sebanding?

Terdesentralisasi

Hingga saat ini, belum ada satu pihak yang menguasai kekuatan komputasi dalam jaringan Bitcoin, sehingga belum ada pihak tertentu yang bisa mendominasi maupun mengatur jaringan ini. Dikarenakan saat ini Bitcoin masih menganut sistem tertua dalma Blockchain dimana seluruh transaksi akan divalidasi secara Proof of Work yang mana setiap catatan harus ada ‘bukti usaha’ yang dilakukan terlebih dahulu, sehingga tidak cukup hanya menimbun Bitcoin untuk bisa memvalidasi transaksi seperti yang ada di mata uang kripto lainnya.

Di samping itu, Bitcoin juga menjadi mata uang yang bebas dari politik maupun kepentingan suatu golongan karena Bitcoin masih dipercaya bisa mengakomodir impian para egalitarian yang mengimpikan dunia yang ideal dan adil bagi semuanya.

Kesimpulan

Memang Bitcoin adalah topik yang selalu memancing perdebatan antar kalangan, namun bukan berarti Bitcoin tidak layak mendapatkan perhatian. Bitcoin sendiri sering digadang-gadang menjadi alat tukar bagi para kriminal, namun apakah dulu tanpa ada Bitcoin maka tidak ada kriminal? Kembali lagi seperti internet, baik maupun buruknya internet sangat bergantung kepada penggunanya sendiri, sehingga sama pula yang terjadi dengan Bitcoin.

Bitcoin sendiri sampai saat ini masih tidak layak menjadi alat tukar dikarenakan adanya volatilitas harga yang menyebabkan harga Bitcoin cenderung naik turun sehingga tidak logis pula menggunakannya sebagai alat tukar, namun dengan munculnya Bitcoin, maka bermunculan pulalah alat tukar kripto lainnya yang berusaha meniru Bitcoin.

Saya yakin komunitas Bitcoin masih akan terus berkarya dalam memajukan impian egalitarian Satoshi Nakamoto, sehingga saya melihat perkembangan ke depannya tentu akan selalu mengedepankan adopsi oleh pengguna awam. Kita akan coba bahas mengenai perkembangan di tulisan berikutnya.

Salam ke bulan (to the moon)

--

--

Christopher Tahir
CryptoWatch.id

A tech, blockchain & cryptocurrency enthusiast. Sharing about trading in forex & cryptocurrency and also technology in blockchain