Ilmu pengetahuan dan kepercayaan.

Hamidun Ervanda
Short Notes
Published in
2 min readNov 18, 2018

Kalimat di atas ada benernya juga, tapi tidak sepenuhnya. Kita juga tetap membutuhkan ilmu untuk memperdalam kepercayaan kepada Tuhan.

Kalimat pada gambar diatas dapat digunakan saat mengambil keputusan saat mentok, saat susah, kesulitan dan kesusahaan lainnya.

Kadang kita harus melepas ilmu yang dapat dipikir oleh otak yang dapat di nalar oleh otak kemudian diganti dengan keyakinan sepenuhnya.

Saya kasih contoh yaa ; misalnya ada orang sakit kangker stadium 4. Kemudian dokter bilang pada orang tersebut "bapak penyakitnya parah banget, menurut pengalaman saya selama saya menjadi doter, bapak tidak mungkin hidup lebih dari seminggu lagi".

Misalnya kita jadi orang tersebut, yang mendengar vonis dokter yang tidak mungkin hidup lebih dari seminggu lagi, apa yang kita pikirkan ?' pasti mikirnya "waduh... Bentar lagi gue mati nihh ".

Padahal kita lupa yang menghidupkan dan mematikan adalah Allah. Menurut ilmu kedokteran, dia gak mungkin hidup lebih dari seminggu lagi. Tapi kita percaya nggak kalau Allah yang menghidupkan dan mematikan. Kalau Allah menghendaki mati lebih cepet dari itu juga bisa, tapi Allah juga bisa mengangkat penyakitnya dan membuat dia sembuh seperti sebelumnya.

Jadi intinya kita lebih yakin kepada Ilmu pengetahuan dokter atau kita lebih percaya pada Allah, bahwa Allah yang menghidupkan dan mematikan.

Contoh lain ; nabi Zakariya yang (istrinya) melahirkan seorang anak dalam keadaan sudah tua. yang kalau kita bertanya kepada pada ilmu kedokteran, pasti mereka akan bilang tidak mungkin. Tidak mungkin orang yang sudah tua renta bisa mengandung dan melahirkan seorang anak. Tapi kalau kita kaitkan dengan Allah maka tidak ada yang tidak mungkin. Kita tinggal percaya saja sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami taat).

Contoh satu lagi ; Saat nabi Musa dikejar oleh Fir'aun kemudian mentok di tepi lautan, kemudian nabi Musa memukulkan tongatnya ke air laut itu kemudian air laut itu terbelah dengan izin Allah.

kalu dipikir dengan otak manusia, mana mungkin lautan bisa terbelah. kisah itu seperti dongeng saja. Tapi itu nyata. (Mungkin kamu bertanya), "kok bilang itu nyata, emang kamu sudah melihatnya dengan mata kepala kamu sendiri ?". Jawabannya adalah SAMI’NA WA ATHO’NA (kami dengar dan kami taat).

Tapi kita tidak boleh menghapus sama sekali ilmu pengetahuan itu. Kita tetap butuh ilmu. Ilmu tentang Tuhan (Tauhid) untuk memperdalam keyakinan kita. Dan juga ilmu-ilmu yang lainnya.

--

--