Darimana dan dimana sampah plastik berakhir?

Ashari Ramadhan
Data Science Indonesia
4 min readMar 19, 2021
Tumpukan sampah plastik di saluran air (ledeng) di Wonomulyo, Polewali Mandar. Beberapa tahun yang lalu sering menjadi tempat mancing.

Pembangunan berkelanjutan akhir-akhir ini sering digaungkan. Apalagi sejak di perkenalkannya SDGs atau Sustainable Development Goals, yang dalam bahasa indonesia disebut pembangunan berkelanjutan. Terdapat 17 tujuan dan 169 poin yang targetkan oleh SDGs untuk periode 15 tahun (2016–2030). Tujuan ke 12 dari SDGs adalah pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Salah satu perhatian tujuan ini yakni sampah plastik.

Berdasarkan studi yang dimuat di National Geographic Indonesia, jumlah sampah plastik diperkirakan 1.3 miliar ton pada tahun 2040. Angka ini diperoleh para peneliti dengan melacak produksi, penggunaan, dan pembuangan plastik di seluruh dunia. Lalu dibuat model untuk melihat tren sampah plastik. dimana akan terjadi peningkatan produksi plastik dan tidak ada perubahan signifikan pada aksi daur ulang. Lalu darimana sampah ini berasal?

Data audit merek yang dilakukan organisasi BreakFreeFromPlastic dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan diatas. Organisasi ini secara rutin mengekspos merek sampah kemasan plastik yang ditemukan di taman, jalan, dan garis pantai setempat. Datanya bisa diakses pada tautan ini. Lalu bagaimana hasilnya?

10 Perusahaan Dunia dengan Sampah Plastik Terbanyak

The Coca-Cola Company menjadi perusahaan dengan sampah plastik terbanyak yang ditemukan audit merek BreakFreeFromPlastic, disusul Nestle, Universal Robina hingga Philip Morris International. Perusahaan-perusahaan diatas merupakan perusahaan multinasional dengan penjualan hingga jutaan buah setiap harinya. Bahkan melansir dari laman cocacola.co.id, lebih dari 1.9 miliar porsi minuman coca cola telah dinikmati di lebih dari 200 negara setiap harinya. Penjualan yang tinggi tentu berbanding lurus dengan sampah plastik yang dihasilkan. Lantas di negara mana saja mayoritas sampah plastik asal perusahaan diatas berakhir?

Sankey Diagram

Mayoritas sampah plastik dari perusahaan-perusahaan tadi berakhir di taman, jalan maupun pantai Filipina, Nigeria, Kenya, Vietnam dan tak ketinggalan Indonesia. Sampah plastik tersebut mayoritas berasal dari pembungkus makanan/minuman. Produk-produknya amat mudah ditemukan di toko ataupun supermarket di Indonesia. Perusahaan makanan/minuman dengan pendapatan yang tinggi ikut pula menyumbang produksi sampah plastik yang tinggi.

Laporan Statista Global Consumer Survey pada Oktober 2020 menunjukkan, orang berusia 25–34 tahun di Indonesia paling banyak mengonsumsi makanan ringan, yakni 30.8%. Diikuti sebanyak 28% orang yang mengonsumsi makanan ringan berasal dari kelompok usia 35–44 tahun dan 23,6% berusia 18–24 tahun. Hanya 2% orang berusia 55–64 mengonsumsi makanan ringan.

Statista juga memprediksi setiap orang di Indonesia rata-rata mengonsumsi 4,9 kg makanan ringan pada 2021. Karena itu, segmen ini bisa memperoleh pendapatan hingga US$ 6,7 juta pada tahun ini. Sayangnya, menurut laporan Green Peace Indonesia, volume sampah akan ikut meningkat seiring dengan adanya peningkatan sektor industri. Industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 65% terhadap total permintaan plastik kemasan. Konsumsi plastik kemasan juga mencapai angka 65% dari total konsumsi plastik nasional.

Dampak Pencemaran Sampah Plastik

Sudah menjadi hal lumrah jika hal yang berlebihan pasti buruk. Apalagi jika sampah yang berlebihan, tingkat keburukannya mungkin meningkat. Melansir dari situs kumparan, ancaman-ancaman yang diakibatkan oleh sampah plastik adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan mikroplastik yang bisa menyebabkan kanker, stroke dan penyakit pernapasan.

2. Mengancam keberlangsungan biota laut. Sampah plastik melukai bahkan dikonsumsi oleh biota laut.

3. Sampah plastik berpotensi mencemari tanah dan udara lewat pembakaran. Membakar sampah plastik tidak menyelesaikan masalah, bahkan menimbulkan masalah baru.

Perlu ada kontribusi nyata dari berbagai pihak untuk memastikan penanganan yang lebih tepat dan sistematis atas permasalahan kemasan plastik sekali pakai.

Konstribusi Kecil untuk Dampak yang Besar

Konstribusi kecil yang bisa diambil untuk menghadapi ancaman sampah plastik dengan mendukung ketersediaan data sampah di Indonesia. Contohnya ikut serta dalam kegiatan audit merek BreakFreeFromPlastic atau gerakan-gerakan serupa. Bisa juga berkontribusi ke project open source seperti openstreetmap dengan menandai lokasi-lokasi tempat pembuangan sampah, tempat menumpuknya sampah, dan hal yang berkaitan lainnya. Bisa jadi di waktu yang akan datang data-data spasial tersebut bisa membantu dalam memetakan permasalahan sampah di sebuah daerah.

Pengambilan kebijakan yang baik harus selalu didukung oleh data yang akurat, termasuk persoalan sampah. Namun sayangnya data yang berkaitan dengan sampah plastik sangat susah kita temukan/akses. Sudah saatnya pemuda berkontribusi untuk menyediakan dan meliterasi data sampah diIndonesia?

Data adalah kekuatan untuk masa depan.

Referensi

  1. https://nationalgeographic.grid.id/read/132263813/studi-jumlah-sampah-di-bumi-akan-mencapai-13-miliar-ton-pada-2040?page=all
  2. https://www.breakfreefromplastic.org/
  3. https://www.cocacola.co.id/faq/berapa-banyak-minuman-yang-dijual-the-coca-cola-company-di-seluruh-dunia-setiap-harinya
  4. https://www.cermati.com/artikel/tak-disangka-inilah-9-perusahaan-multinasional-yang-merajai-produk-idaman-konsumen-seluruh-dunia
  5. https://kumparan.com/kumparansains/begini-dampak-sampah-plastik-bagi-lingkungan-dan-kesehatan-manusia-1sExfNL4Tky/full

--

--