Pandemi COVID-19 dan Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia dalam Data

Mikael Dewabrata
Data Science Indonesia
8 min readOct 8, 2022

Artikel ini ditulis sebagai bagian dari project Data Viz di kelas Visualization yang diadakan Pacmann.

Indonesia sudah dikenal sebagai negara yang menarik untuk kunjungan wisata dari berbagai negara. Itu sudah jadi sebuah pemahaman yang umum. Kunjungan pariwisata dari manca negara ke Indonesia sendiri menjadi ambisi besar bagi pemerintah Indonesia. Angkanya juga tidak main-main, sampai akhirnya pandemi COVID-19 datang dan meluluhlantakkan itu semua.

Pandemi COVID-19 memang sebuah peristiwa menyedihkan dan tentunya pariwisata menjadi satu dari sekian banyak sektor yang terdampak. Artikel ini sendiri mencoba mengeksplorasi data pengunjung wisatawan ke Indonesia dan memberikan insight yang berguna untuk pemahaman atas data tersedia. Sudah jelas kalau angka wisatawan akan drop ke titik yang amat rendah. Namun, tentu problem yang mau dibahas bukan sebatas itu saja.

Insight yang Bisa Ditelaah: Obyektif atau Tujuan artikel

Semua sudah tahu kalau pandemi mengakibatkan jumlah kunjungan wisatawan merosot. Saat pandemi dimulai, Indonesia melakukan penutupan pintu atau pengetatan masuk dimulai 2 April 2020. Di sini sektor pariwisata mulai melesu. Poin penting lain tentu tidak hanya berhenti di sini saja. Badan Pusat Statistik sudah merilis data tahunan wisatawan manca negara ke Indonesia. Ada beberapa paremeter yang diambil. Untuk artikel ini yang digunakan adalah data wisatawan ke Indonesia dari jumlah kunjungan.

Dari data tersebut, ternyata bisa dicari beberapa poin yang cukup menarik disimak. Beberapa pertanyaan bisa diajukan untuk bisa menjawab atau menemukan poin-poin yang sederhana, sebagai berikut:

  1. Bagaimana persebaran negara pengunjung ke Indonesia sebelum COVID-19 dan selama masa COVID-19?
  2. Tren wisatawan dari negara-negara yang mengunjungi Indonesia dari tahun ke tahun, bagaimana signifikansi penurunannya saat pandemi COVID-19?
  3. Jika dilihat dari pemetaan per benua, bagaimana pola jumlah kunjungannya?
  4. Tren 2022 (sampai tulisan ini dibuat, data yang diambil adalah data 6 bulan pertama), apakah wisata ke Indonesia akan bangkit dengan cepat?

Lewat pertanyaan-pertanyaan di atas, poin yang diambil bisa jadi simpulan yang bisa dipelajari bersama. Lewat jumlah dan tren negaranya, tentu bisa juga dikaitkan dengan hal lain jika relevan. Untuk bisa lebih dalam lagi, mari eksplorasi dan telaah data yang tersedia.

Metode dan Sumber Data

Artikel ini memakai data dari Badan Pusat Statistik (BPS), mengambil data ‘Kunjungan Wisatawan Mancanegara per Bulan Menurut Kebangsaan (Kunjungan), dengan rentang tahun dari 2017 sampai 2021. Untuk data 2022, karena saat tulisan ini dibuat belum lengkap, diambil data 6 bulan pertama.

Tampilan data di situs BPS.

BPS sendiri menyatakan bahwa data di atas diambil dari laporan bulanan Dirjen Imigrasi, data dari Passenger Exit Survey (PES). Data ini mencakup semua wisatawan mancanegara yang tiba di Indonesia melalui bandara, pelabuhan, dan pintu darat. Total ada 122 pintu kedatangan di seluruh Indonesia, 82 di pelabuhan, 33 bandara, dan 7 melalui darat. Dari semua pintu, tercatat ada 4 pintu utama yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Ngurah Rai (Bali), Kualanamu (Sumatera Utara) dan Batam (Kepulauan Riau).

Untuk pengolahan data, menggunakan R dan Google Sheets untuk melakukan kompilasi, cleaning, dan wrangling. Visualisasi data sendiri disusun menggunakan Tableau Public. Dataset yang sudah dibersihkan dan dikompilasikan dalam *.csv bisa dicek di sini (coming soon).

Untuk mendukung visualisasi dari artikel ini, bisa juga cek dashboard (always updated) di sini.

Tren Wisatawan ke Indonesia dari Tahun ke Tahun

Total Wisatawan ke Indonesia dari tahun ke tahun (Sumber: BPS)

Dari data di atas, terlihat sekali penurunan drastis jumlah kunjungan ke Indonesia. Di rentang tahun 2017–2019, jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia memiliki rata-rata 15.274.265,7. Angka yang cukup besar dan terlihat trennya terus naik. Namun, di tahun 2020 penurunan terjadi. Dengan angka drop ke 4.045.197, kunjungan wisata mengalami penurunan 74,8%.

Data Wisatawan di tiga bulan awal tahun (data: BPS)

Berita soal COVID-19 yang sudah heboh sejak akhir 2019 juga mempengaruhi kunjungan wisatawan. Melihat tren tiga bulan pertama di 2020 (sebelum penutupan kunjungan ke Indonesia) dibandingkan dengan tahun sebelumnya bisa dilihat dari situ. Jadi, tanpa ada larangan, tren menurun sudah bisa dipastikan terjadi.

Jika melihat grafik di atas, bahkan di awal tahun 2020, trennya masih terlihat positif jika dibandingkan tahun 2019. Namun, tampaknya wisatawan sudah mulai waspada terhadap pandemi yang terjadi. Sebelum larangan soal kunjungan ke Indonesia dan penerapan pembatasan mobilitas masyarakat di seluruh dunia, wisatawan sudah mulai menahan diri untuk berkelana.

Telaah Data Berdasarkan Negara Asal

Wisatawan ke Indonesia dari tahun ke tahun dikelompokkan per Benua (data: BPS)

Jika melihat persebaran kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun, wisatawan kebangsaan dari Benua Asia menjadi terbanyak dibanding benua lain. Hal ini bisa dipahami karena selain lebih dekat dan satu area, pendatang dari Asia juga memiliki kedekatan kultur dengan Indonesia. Eropa menjadi benua kedua, dan wisatawan dari Oseania ketiga. Untuk kunjungan wisatawan Oseania, faktor lokasi bisa menjadi faktor kenapa banyak yang ke Indonesia.

Persebaran Kunjungan Wisatawan per Negara

Sekarang kita lihat secara detil ke tataran negara. Menarik untuk disimak kebangsaan mana yang paling banyak kunjungan ke Indonesia. Tentu banyak faktor yang bisa membuat mereka mau ke Indonesia, mulai dari faktor geografi, kerja sama antar negara, dan juga faktor lain seperti ekonomi. Dengan naiknya kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun, hampir setiap negara memiliki jumlah besar pengunjung ke Indonesia.

Tapi, saat pandemi COVID-19 terjadi, kesenangan itu bubar.

Persebaran wisatawan berdasarkan kebangsaan. Kiri merupakan persebaran 2019, dan kanan 2020 (data: BPS)

Di atas adalah pemetaan kunjungan dari kebangsaan wisatawan. Kiri adalah gambaran tahun 2019, dan kanan adalah tahun 2020. Semakin gelap warna di negara itu, maka semakin besar jumlah kunjungannya.

Melihat pucatnya grafik yang kanan, data tahun 2020, di sini terlihat bahwa sebagian besar negara kontribusnya rendah terhadap pengunjung ke Indonesia. Di tahun ketika pembatasan dimulai itu pun yang negara-negara yang memiliki wisatawan tinggi dari tahun ke tahun tidak lagi mendominasi. Namun, ada beberapa negara yang masih bertahan sebagai penyumbang wisatawan ke Indonesia yang tinggi.

Lalu apakah memang semua negara mengalami penurunan drastis, perlu dilihat lebih dalam lagi per negara.

Melihat Penurunan Wisatawan dari Negara-negara Penyumbang Tertinggi

Tabel 10 kebangsaan wisatawan terbanyak ke Indonesia di tahun 2019. (data: BPS)

Di tahun 2019, Malaysia menjadi kebangsaan dengan kunjungan terbanyak yang ke Indonesia. Faktor geografis tentu menjadi faktor penting yang membuat angka itu menjadi besar. China menjadi negara kedua, disusul Singapura. Daftar sepuluh besar ini memang didominasi negara-negara dari Asia. Di luar Asia, ada beberapa negara dari benua lain seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia. Sekarang lihat apa yang terjadi di tahun 2020 dari tabel di bawah.

Tabel 10 kebangsaan wisatawan terbanyak ke Indonesia di tahun 2020. (data: BPS)

Berbagai kunjungan wisatawan dari beberapa negara jelas mengalami drop, namun cukup menarik bawah di tengah pandemi, Timor Leste merupakan kebangsaan dengan jumlah terbanyak yang ke Indonesia. Besar kemungkinan karena berada di perbatasan, warga kebangsaan Timor Leste lebih mudah untuk keluar masuk. Bahkan di era yang sulit tersebut, mereka masih tertarik untuk ke Indonesia.

Jika datanya dipilih hanya kunjungan kebangsaan wisatawan teratas, kita bisa melihat perubahan komposisi yang cukup drastis. Sementara negara-negara lain mengalami penurunan, Timor Leste malah konsisten. Dari tahun 2017 sampai 2021 garisnya tidak terlihat begitu banyak penurunan.

Lain halnya dengan China yang tadinya cukup mendominasi terpaksa mengalami penurunan cukup drastis. Banyakanya wisatawan dari China bisa atas berbagai faktor, selain memang Indonesia sudah menjadi tujuan favorit, China juga merupakan penyumbang Tenaga Kerja Asing (TKA) terbesar di Indonesia. Sebelum pandemi yaitu di tahun 2019 tercatat ada 109.546 TKA.

China sendiri termasuk negara yang paling gencar melakukan pembatasan mobilitas. Larangan pengunjung China sendiri sudah diberlakukan Indonesia sebelum larangan yang lebih universal dirilis pada April 2020. Indonesia sudah melarang wisatawan dari China sejak Februari 2020.

Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Sudahkah Menggeliat?

Pandemi bisa dikatakan mereda di 2022. Namun, apakah dengan begitu, wisatawan mulai berbondong-bondong ke Indonesia, itu masih perlu dilihat lagi. Salah satu metode yang bisa dilakukan adalah dengan melihat tren yang terjadi di 2022. Karena saat tulisan ini dibuat, tahun 2022 belum berakhir, maka ada baiknya problem ini bisa ditelaah dari data 6 bulan pertama 2022 dibandingkan dengan 6 bulan pertama di tahun-tahun lain.

Data kunjungan wisatawan berdasarkan kebangsaan per benua dari tahun ke tahun (data: BPS).

Asia masih merupakan penyumbang terbesar kunjungan wisatawan ke Indonesia tentunya. Namun, meski begitu tidak terlihat negara-negara Asia sudah mengalami gairah untuk berkunjung ke Indonesia. Berdasarkan grafik di atas, Asia belum menampakkan peningkatan di 6 bulan pertama 2022. Bahkan, dibandingkan 6 bulan pertama di 2021 masih mengalami penurunan.

Di 6 bulan pertama 2022, Asia baru berkontribusi ke kunjungan wisatawan sejumlah 493771. Dibandingkan tahun 2021 yang menyumbang 674918 kunjungan wisatawan, jelas ini bukan hal yang baik. Tren Asia masih menurun, padahal beberapa benua lain sudah mulai menggeliat.

Data wisatawan berdasarkan kebangsaan per benua dari tahun ke tahun tanpa Asia (data: BPS).

Data di atas sebenarnya sumber dataset-nya sama saja dengan data sebelumnya. Namun, di grafik di atas untuk Benua Asia tidak ada. Karena proporsi Asia jauh lebih tinggi dari benua lain, data tersebut disembunyikan saja, agar kita bisa melihat tren benua lain lebih leluasa.

Dari grafik di atas, terlihat bahwa beberapa benua sudah mulai bergeliat untuk menyumbang wisatawan ke Indonesia. Eropa mengalami tren naik yang cukup drastis, 178612 wisatawan di tahun 2022 naik 615% dari sebelumnya 24636 wisatawan di 2021. Selain Eropa, Oseania dan Amerika Utara dan Tengah juga mengalami kenaikan.

Lalu kenapa Asia malah turun, apa memang selesu itukah? Nah, perlu dilihat dulu seberapa banyak yang mengalami penurunan dan kenaikan dari masing-masing benua.

Tabel data di atas menunjukkan berapa negara yang mengalami kenaikan atau penurunan jika dibandingkan dengan 6 bulan pertama di tahun 2021. Dari tabel tersebut, kelihatan bahwa Asia memang termasuk memiliki negara terbanyak yang turun, namun hanya ada 4 negara yang turun. Nah, sekarang kita cek seberapa turunnya.

Melihat data di atas, maka terlihat sangat jelas bahwa kontributor terbesar dari wisatawan manca negara dari Asia mengalami drop yang lumayan signifikan di 6 bulan pertama 2022. Malaysia dan Timor Leste ternyata tidak semenggeliat itu di 6 bulan pertama. Hongkong juga berkontribusi atas penurunan itu.

Kesimpulan

Dari penjabaran di atas maka bisa diambil beberapa poin yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bagian awal artikel. Poin ini diambil setelah data-data yang disediakan dari BPS sebagai sumber data dieksplorasi dan ditelaah.

Secara umum tentu semua sudah paham bahwa pandemi membuat wisatawan tidak bisa ke mana-mana, termasuk ke Indonesia. Penurunan yang dialami Indonesia juga dialami oleh negara-negara lain. Indonesia mengalami drop 74,8 % di tahun 2020 jika dibandingkan dengan tahun 2019. Angka tersebut tidak jauh dari angka yang dirilis PBB, yaitu penurunan 74% secara total di seluruh dunia.

Data yang diambil dari BPS juga mampu menggambarkan jumlah kunjungan wisatawan per benua. Wisatawan dari Asia menjadi paling banyak yang ke Indonesia dari tahun ke tahun. Ini tentu bisa karena berbagai hal, faktor geografis dan kultur adalah contoh-contohnya. Karena faktor geografi penting, ini juga menjelaskan Oseania menyumbang wisatawan yang cukup tinggi ke Indonesia.

Ke depannya memang perlu berbagai upaya untuk meningkatkan lagi jumlah wisatawan manca negara ke Indonesia. Hanya mengambil data 6 bulan pertama 2022, tampaknya tren naik sudah mulai terlihat di beberapa benua, terutama Eropa dan Oseania. Namun, tren itu tidak terjadi di Asia, di mana ini menjadi pekerjaan rumah karena justru negara yang dekat dengan Indonesia, yaitu Malaysia dan Timor Leste malah belum menggeliat.

--

--