Penyebab Kejadian Kebakaran di DKI Jakarta — Analisis Data Exploratif

Radian Lukman
dataradi
Published in
5 min readAug 23, 2021
Photo by Matt Chesin on Unsplash

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kebakaran merupakan situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian. Kebakaran terjadi akibat adanya api yang tidak terkendali, umumnya disebabkan oleh konsleting listrik, rokok, dan bahan kimia.

Segitiga Api (sumber: pemadamapi.co.id)

Segitiga Api menjelaskan bahwa munculnya api membutuhkan 3 komponen yaitu bahan mudah terbakar, oksigen, dan panas. Kebakaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja dengan bahan dan sumber api yang mudah terbakar.

Sebagai provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, DKI Jakarta menjadi salah satu daerah yang rawan terjadi kebakaran. Kelalaian, kecerobohan, serta kurangnya kewaspadaan masyarakat terhadap pencegahan kejadian kebakaran merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya kebakaran.

Kebakaran juga dapat terjadi akibat faktor lain seperti faktor teknis dan faktor alam. Faktor teknis yang dapat menimbulkan kebakaran seperti peningkatan suhu, hubungan airs pendek, dan reaksi kimia. Faktor alam juga dapat mengakibatkan kebakaran seperti gunung meletus, gempa, kilatan petir, dan lain-lain.

Pada kesempatan kali ini, saya akan melakukan analisis data eksploratif mengenai penyebab kejadian kebakaran di DKI Jakarta. Data tersebut diperoleh dari data.jakarta.go.id dan telah saya gabung menjadi satu file berformat csv. Bahasa pemrograman yang dipakai adalah R.

1. Load Packages

Packages yang digunakan adalah readr, ggplot2, dan dplyr.

2. Import data

Data yang digunakan merupakan data berformat comma seperated value (csv) bernama PenyebabKebakaranJakarta.csv. Data tersebut diimport menggunakan readr dan dimasukkan ke variabel bernama “data”. Dapat dilihat, data memiliki 216 baris (jumlah pengamatan) dan 4 kolom (jumlah variabel).

Kita dapat melihat nilai unik (unique values) pada kolom “tahun”, “wilayah”, dan “penyebab” dengan:

  • Kolom ‘tahun’ berisikan tahun pengamatan dari 2015 sampai dengan 2020.
  • Kolom ‘wilayah’ berisikan nama kabupaten/kota administrasi yang beranggotakan: Kepulauan Seribu, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara.
  • Kolom ‘penyebab’ berisikan penyebab kebakaran yang beranggotakan: Listrik, Gas, Lilin, Membakar Sampah, Rokok, dan ‘Lainnya’.

3. Mengubah Jenis Data

Pada saat import data, data pada kolom ‘tahun’ dan ‘jumlah’ berjenis double, kolom ‘wilayah ’dan ‘penyebab’ berjenis character. Untuk analisis lebih lanjut, kolom ‘tahun’, ‘wilayah’, dan ‘penyebab’ akan diubah menjadi kategori (factor).

Dengan perintah tersebut, jenis data pada kolom ‘tahun’, ‘wilayah’, dan ‘penyebab’ berhasil diubah menjadi factor.

4. Mengecek Missing Value

Jumlah data yang NA pada tiap kolom berjumlah 0 yang berarti data sudah bersih dan dapat diolah ke tahap selanjutnya.

5. Line Plot Jumlah Kejadian Kebakaran Tiap Tahun

Untuk dapat melihat jumlah kejadian kebakaran tiap tahun, kita dapat melakukan aggregate pada kolom ‘tahun’ dan ‘jumlah’. Setelah itu nilai pada kolom ‘jumlah’ akan dijumlahkan tiap tahun. Data yang telah diagregasi tersebut dimasukkan ke dalam variabel “pertahun”. Setelah itu kita membuat plot menggunakan ggplot2.

Berdasarkan plot tersebut, jumlah kejadian kebakaran di DKI Jakarta fluktuatif. Pada tahun 2015–2016, kejadian kebakaran menurun dari 1.568 kejadian menjadi 1.171 kejadian. Kemudian, pada tahun 2017 kejadian kebakaran meningkat hingga puncaknya pada tahun 2019 sebanyak 2.183 kejadian. Di tahun 2020, kejadian kebakaran menurun menjadi 1505 kejadian.

Kita juga dapat menghitung jumlah kejadian kebakaran berdasarkan penyebabnya tiap tahun dengan menggunakan groupby dan summarise.

Kemudian, kita akan membuat plot dari data bernama “trend” tersebut menggunakan ggplot2.

Plot tersebut memberi informasi bahwa terdapat 5 penyebab yang jumlah kejadiannya signifikan yaitu: listrik, membakar sampah, gas, rokok, dan ‘lainnya’. Diantara kelimanya, kejadian kebakaran yang diakibatkan karena listrik menduduki peringkat pertama dengan jumlah kejadian terbanyak. Penyebab lain yaitu lilin menjadi penyebab kejadian kebakaran dengan jumlah kejadian paling sedikit.

6. Bar Chart Jumlah Penyebab Kejadian Kebakaran

Untuk dapat mengetahui jumlah kejadian kebakaran berdasarkan penyebabnya, kita dapat melakukan aggregate pada kolom penyebab dan jumlah. Setelah itu nilai pada kolom ‘jumlah’ akan dijumlahkan tiap penyebab. Data yang telah diagregasi tersebut dimasukkan ke dalam variabel “penyebab”.

Selanjutnya, kita akan membuat bar chart jumlah kejadian kebakaran di DKI Jakarta berdasarkan penyebabnya.

Dari bar chart tersebut, kita dapat memverifikasi dugaan kita sebelumnya bahwa memang terdapat 5 penyebab yang jumlah penderitanya signifikan yaitu listrik, gas, membakar sampah, rokok, dan ‘lainnya’. Kita dapat melihat jumlah kejadian pada masing-masing penyebab di bar chart tersebut.

Kita juga dapat membuat bar chart jumlah kejadian kebakaran di DKI Jakarta berdasarkan wilayah (kabupaten/kota administrasi):

Dari bar chart tersebut, kita dapat mengetahui bahwa Kota Administrasi Jakarta Timur menduduki peringkat pertama dengan jumlah kejadian sebanyak 2.373. Kemudian disusul oleh Jakarta Selatan (2.284), Jakarta Barat (2.087), Jakarta Utara (1.628), Jakarta Pusat (1.185), dan Kepulauan Seribu (92).

7. Bar Chart Dengan Multikategori (Facet Wrap)

Kita akan membuat bar chart jumlah kejadian kebakaran berdasarkan penyebabnya dan bar chart tersebut dipisah sesuai tahun:

Chart tersebut sangat bermafaat untuk mengetahui secara keseluruhan penyebab kebakaran apa yang jumlah kejadiannya tertinggi tiap tahun. Pada tahun 2015, penyebab kebakaran di DKI Jakarta didominasi oleh listrik dan ‘lainnya’. Jumlah kejadian kebakaran yang diakibatkan oleh listrik tertinggi terjadi pada tahun 2019.

Selanjutnya, kita juga dapat mencari tahu jumlah kejadian kebakaran berdasarkan penyebabnya pada tiap kabupaten/kota administrasi dengan perintah:

Dari chart tersebut, dapat diketahui bahwa listrik tetap menjadi penyebab kebakaran yang tertinggi di tiap kabupaten/kota administrasi. Penyebab ‘lainnya ’menduduki peringkat ke-2 dan penyebab gas menduduki peringkat ke-3 di tiap kabupaten/kota administrasi.

Terakhir, kita dapat mengetahui jumlah kejadian kebakaran berdasarkan kabupaten/kota administrasi tiap tahun dengan perintah:

Dari chart tersebut, dapat diketahui jumlah kejadian kebakaran di Kota Adminisrasi Jakarta Timur tertinggi hampir tiap tahun (kecuali pada tahun 2017 dan 2020). Kemudian disusul oleh Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Kasus di Kepulauan Seribu, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara fluktuatif tiap tahun.

Kesimpulan

  1. Jumlah kejadian kebakaran di DKI Jakarta pada tahun 2016–2019 meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 2019 sebanyak 2.183 kejadian. Jumlah kejadian kemudian menurun pada tahun 2020 dengan total 1.505 kejadian.
  2. Sepanjang tahun 2015–2020, listrik merupakan penyebab kebakaran dengan jumlah tertinggi yaitu sebanyak 5.874 kejadian. Penyebab ‘lainnya’ menduduki peringkat ke-2 yaitu sebanyak 1.426 kasus dan gas berada pada peringkat ke-3 dengan 960 kasus. Jumlah kejadian kebakaran yang diakibatkan oleh listrik tertinggi terjadi pada tahun 2019.
  3. Setiap tahun, penyebab yang mendominasi kejadian kebakaran di DKI Jakarta adalah gas, lilin, dan dan ‘lainnya’. Ketiga penyebab tersebut juga relatif tertinggi pada tiap kabupaten/kota administrasi.
  4. Jakarta Timur menjadi kota administrasi dengan rata-rata jumlah kejadian kebakaran tertinggi baik secara total maupun tiap tahun. Kemudian disusuli Jakarta Selatan dan Jakarta Barat.

Sekian analisis data eksploratif yang bisa saya jelaskan. Saya harap, hasil ini dapat bermanfaat sebagai bahan pengambilan kebijakan atau penelitian lebih lanjut. Jika Anda tertarik akan project ini, Anda bisa akses dataset dan syntax pada GitHub saya.

Terima kasih!

--

--

Radian Lukman
dataradi
Editor for

Data Enthusiast | Bachelor of Statistics from Diponegoro University