Kesamaan Membuat Prototype dan Mencari Jodoh

Borrys Hasian
Design Chit-Chat
Published in
2 min readJan 20, 2017

Bagaimana Mencari Kesempurnaan Dengan Prototyping di Design Sprint

Saya pernah nonton sebuah iklan yang emosional banget, tentang jodoh dan kesempurnaan. Pesan intinya dari iklan itu, “dalam mencari jodoh, kita bukan mencari yang sempurna, tapi kita mencari jodoh yang dengannya kita bisa tumbuh bersama mencapai kesempurnaan.”

Ternyata mindset kebanyakan orang dalam membuat product/service itu mirip dengan mencari jodoh: inginnya langsung sempurna. Product/service didesign dan dibuat dalam waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, tanpa ada proses validasi dengan pengguna, karena anggapannya saat digunakan oleh pengguna, product/service sudah harus sempurna. Rasanya gengsi kalau product/service ada di tangan pengguna, dan menurut kita product/service itu belum sempurna. Dalam kenyataannya, banyak yang curhat ke saya, baik perusahaan besar maupun startup, yang belajar the hard way: product/service yang dibuat berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tidak ada yang menggunakan. Akhirnya rugi waktu, tenaga, uang, dan kesempatan.

Prototyping Dalam Design Sprint Google

Design Sprint dari Google dibuat untuk bisa menjawab pertanyaan dan asumsi bisnis atau ide yang kritikal menggunakan design, prototyping, dan validasi dengan pengguna dalam waktu singkat. Satu cycle dari sprint biasanya memakan waktu 2–4 hari, termasuk di dalamnya prototyping yang hanya diberi waktu 1 hari. Di proses prototyping, outputnya adalah sesuatu yang cukup real untuk bisa digunakan oleh pengguna. Paper prototyping dan sketsa tidak cukup real sehingga dihindari sebagai prototype dalam Google Design Sprint. Salah satu tool yang di recommend oleh Jake Knapp, penggagas Design Sprint, adalah Keynote. Keynote itu presentation tool untuk Mac, mirip PowerPoint untuk PC. Untuk saya pribadi, Keynote menjadi pilihan utama. Berikut demo prototyping menggunakan Keynote dalam waktu sekitar 5 menit, beberapa orang menyebutnya ‘presentasi tingkat dewa’:

Prototyping Untuk Yang Bukan Screen-Based

Untuk product atau service yang bukan screen based, banyak cara kreatif yang bisa digunakan agar kita bisa mendapat prototype. Misal kita ingin memperbaiki form pendaftaran tertulis. Form nya bisa kita buat di Keynote, Google Doc, atau Word, kemudian di print dan diberikan kepada pengguna untuk di validasi. Misal untuk ATM, kita bisa menggunakan layar iPad dan menggunakan karton untuk membuat mesin ATM. Untuk prototype vending machine, bisa jadi kita membuat mesinnya menggunakan karton, dan ada orang didalam karton untuk menarik uang dan memberi barang ke pengguna. Iklan dibawah ini bisa jadi inspirasi untuk prototype vending machine misalnya:

Tidak Ada Yang Sempurna di Hari Pertama

Mirip dengan mencari jodoh, kita mencari kesempurnaan dengan proses prototyping. Tidak pernah ada product/service yang langsung sempurna di hari pertama. Semua melewati proses penyempurnaan. Prototyping membantu kita untuk mencapai kesempurnaan tanpa kerugian di waktu, tenaga, uang, dan kesempatan. Dengan catatan, prototyping nya maksimal 1 hari aja ya.

--

--

Borrys Hasian
Design Chit-Chat

I'm a Product Designer, fascinated about Design Innovation, and I have led Design for successful and award-winning products used by millions of people.