Menyederhanakan UI (User Interface) dengan metode RESHOT

Membuat produk lebih simpel (yang disukai pengguna) dengan mengadopsi Laws of Simplicity-nya John Maeda

Borrys Hasian
Design Chit-Chat
4 min readAug 4, 2021

--

If you don’t speak Indonesian, there’s a similar article written in English on LinkedIn: Simplifying anything (including design) with RESHOT method.

Setiap kali berbicara tentang mendesain sesuatu, kata “Simpel” selalu muncul. Orang mengkaitkan Simpel dengan pengalaman yang baik. “Ribet banget,” keluhan banyak pengguna misalnya saat dihadapkan dengan interface baru dari hasil redesain suatu layanan yang telah ada.

Apa sih simpel itu? Kata John Maeda, “Simplicity is about adding the meaningful and removing the obvious.” Simpel berarti fokus pada apa yang paling penting untuk pengguna, dan menghilangkan berbagai hal yang mengganggu atau menghalangi pengguna dalam mencapai tujuan mereka. Bagaimana cara membuat sesuatu menjadi simpel? Berikut cara yang bisa diadopsi dari Laws of Simplicity-nya John Maeda, saya buat menjadi singkatan agar mudah diingat: RESHOT — Remove, Shrink, Hide, Organise, dan Time.

Remove/hilangkan

Cara paling sederhana untuk membuat sesuatu menjadi simpel, adalah dengan menghilangkan beberapa hal (dengan hati-hati). Disini salah satu prinsip yang sering saya gunakan: “Remove things one by one, until the design breaks.

UI (User Interface) dibuat untuk membantu pengguna berinteraksi dengan produk/layanan kita dalam mencapai tujuan mereka. Seringkali UI dipenuhi oleh fitur dan konten yang justru menghalangi pengguna mencapai tujuannya. Dengan Remove/hilangkan, Anda akan menghilangkan fitur/konten dari suatu UI, satu per satu, kemudian analisa apakah pengguna masih dapat mencapai tujuannya. Hilangkan terus sampai ke titik dimana “Design breaks”, artinya pengguna tidak bisa mencapai tujuannya. Saat itu Anda telah menemukan fitur/konten yang meaningful, yang paling penting untuk membantu pengguna mencapai tujuannya.

Shrink/penyusutan

Setelah Anda memiliki fitur/konten yang paling penting, saatnya dilakukan Shrink — penyusutan/pengecilan. Penyusutan ini bukan hanya mengacu pada ukuran suatu objek secara visual (dibuat lebih kecil, atau ringan), tapi juga tentang seberapa besar/kecilnya sesuatu itu menarik perhatian. Ada dampak positif secara emosional saat sesuatu yang kecil ternyata memberi nilai lebih, “Wah, saya ngga nyangka fitur ini bisa kaya gitu.”

Hide/sembunyikan

Setelah Anda telah memiliki fitur/konten yang meaningful, kemudian melakukan penyusutan/pengecilan terhadap beberapa elemen yang ada, kemudian Anda akan melakukan simplifikasi dengan mengadopsi prinsip pisau Swiss Army: tampilkan hanya fitur/konten yang relevan dan akan digunakan (sesuai konteks)…selebihnya: sembunyikan/hide. Contoh sederhana adalah menu di pojok kanan di profile screen dari aplikasi Instagram. Di bawah menu ini, ada Settings, Archive, Insights, Your activity, Nametag, Saved, Close friends, Discover people.

Organise/pengaturan

Organise berkaitan dengan pengelompokkan, penamaan, integrasi/penggabungan, dan prioritas. Misal di halaman profile di Instagram App, berikut adalah daftar fitur dan konten sebelum di organise:

Langkah pertama di organise, adalah pengelompokkan. Fitur dan konten dikelompokkan berdasarkan hubungan (biasanya jenis konten, atau kesamaan dalam membantu pengguna mencapai tujuannya). Untuk awal, pengelompokkan dilakukan secara loosely:

Setelah pengelompokkan, dilanjutkan dengan labelling/penamaan dari grup-grup yang telah terbentuk. Bisa jadi ada grup yang Anda bingung penamaannya. Bisa Anda gunakan “Lain-lain”:

Langkah terakhir di Organise, adalah integrasi/penggabungan. Bisa jadi ada satu-dua grup yang bisa digabung untuk membuat grup yang lebih simpel. Misalnya grup Basic user information digabung dengan Achievements:

Time/waktu

Prinsip Simplicity berkaitan Time/waktu adalah: “Savings in time feels like simplicity.” Jika suatu experience atau proses berjalan cepat — atau terasa berjalan cepat, pengguna akan merasa produk/layanan Anda simpel. Selalu buat suatu proses berjalan cepat. Jika teknologi menjadi pembatas, buat desain yang membuat proses tersebut seolah-olah cepat, atau buat waktu tunggu terasa sebentar. Misalnya saya pernah mendesain aplikasi untuk pembayaran cashless lintas negara. Karena legacy system yang bisa membutuhkan jutaan dollar untuk mengubahnya, transaksi membutuhkan waktu sekitar 12 detik. Pengguna memiliki ekspektasi yang sama untuk pembayaran cashless dimanapun: instan. 12 detik itu masalah besar. Setelah mengerti keterbatasan dari sisi teknologi, kami membuat layar yang berisi animasi menarik selama proses 12 detik tersebut, dan feedback yang kami terima positif: orang merasa transaksi berlangsung hanya sekitar 2–3 detik. Animasi tersebut berhasil mengalihkan perhatian pengguna, dan membuat proses terasa lebih cepat.

Coba RESHOT sekarang ke produk/layanan Anda untuk membuat produk/layanan tersebut lebih sederhana. Customers love simplicity!

Semangat untuk menebar manfaat 💪🏼 🚀,

Borrys Hasian

Jan 2023 • Update untuk metode RESHOT: Refine the Challenge, sebelum Remove: Setelah banyak sesi Design Critique, satu hal yang perlu ditambah ke awal rumus RESHOT: Refine the Challenge. Beberapa kali proses redesign tidak diawali dengan kejelasan masalah dari users, jadi tantangannya tidak jelas.

RESHOT: Refine the Challenge, Remove, Shrink, Hide, Organize, and Time.

https://twitter.com/borryshasian/status/1610568937183539201?s=20

--

--

Borrys Hasian
Design Chit-Chat

I'm a Product Designer, fascinated about Design Innovation, and I have led Design for successful and award-winning products used by millions of people.