Green Traveler, Bukan Sekadar Hijaunya Destinasi Wisata

Destinasi Indonesia
Destinasi Indonesia
4 min readAug 16, 2016

Seiring perkembangan sosial media, berkembang pula segala aspek kehidupan. Termasuk, dunia wisata. Ibarat isi perut yang kian terbuka, terpampang lengkap keindahan yang siap diexplore berikut segala dampaknya. Green traveler tampil sebagai terobosan saat keseimbangan itu mulai goyah.

Kata hijau pada green traveler sering diartikan sebagai destinasi wisata hijau yang memanjakan mata. Ada benarnya jika destinasi wisata yang indah adalah yang sejuk memanjakan mata. Namun, pengertian green traveler sebenarnya lebih luas dari itu.

Siapa bisa menyangkal jika mayoritas destinasi wisata (Indonesia) yang dipublikasikan berbagai media, bahkan belakangan lewat sosial media, adalah destinasi wisata memukau? Tak hanya hijau yang menyejukkan mata, namun juga eksotik dan sensasional sebagai sebuah tujuan wisata.

So, jangan heran jika kemudian berbagai destinasi wisata elok dan menawarkan petualangan tersendiri itu banjir pengunjung. Sayangnya, gairah mengunjungi berbagai destinasi wisata elok itu tidak dibarengi kesadaran tinggi untuk menjaga anugerah lukisan alam ciptaan Sang Pencipta. Padahal, green traveler sebenarnya adalah bagaimana para traveler mampu tampil sebagai penjaga kelestarian destinasi wisata yang dikunjungi.

Tanggungjawab adalah Kewajiban

Green Traveler 2

Tak hanya di Indonesia, banyak negara direpotkan oleh kondisi wisata unggulan yang makin tercemar. Tingginya animo mengunjungi destinasi tertentu tidak diimbangi dengan tanggungjawab menjaga kekayaan alam tersebut. Padahal, bagi seorang traveler menjaga lingkungan yang dikunjungi berikut budaya lokal adalah harga mati. Pasalnya, traveler bukanlah turis yang hanya menonton.

Traveler memiliki tanggung jawab menjaga dan melestarikan destinasi wisata yang dikunjunginya. Lebih jauh, traveler bahkan harus berpikir bagaimana lebih menghidupkan kawasan kunjungan wisata tersebut dengan melibatkan penduduk setempat.

Ada baiknya untuk memperhatikan beberapa hal sebelum melakukan perjalanan. Selain mencermati rute yang akan diambil, traveler harus mempelajari beberapa hal penting lainnya seperti bahasa daerah dan kebiasaan masyarakat setempat. Rute yang diambil harus jalur dengan efek polusi minimal. Bahkan, jika mungkin perjalanan sebaiknya dilakukan dengan berjalan kaki atau bersepeda.

Jika bepergian dengan operator tur, pastikan komitmen mereka terhadap kepedulian lingkungan. Jangan segan untuk bertanya kepada pihak operator atau hotel apakah mereka peduli lingkungan. Bahkan harus ditanyakan seberapa sering mereka menggelar acara atau program ramah lingkungan pada tempat di mana mereka mengembangkan bisnis wisata.

Menghargai dan Ikut Memiliki

Green Traveler 4

Sikap menghargai dan ikut memiliki destinasi wisata yang kita kunjungi tentu akan menimbulkan respek. Hal paling gampang untuk menunjukkan sikap menghargai dan memiliki adalah dengan kesadaran mempelajari beberapa kata atau ungkapan penduduk lokal. Kepedulian untuk mengerti, menghargai, dan rasa ikut memiliki tentu akan diimbangi dengan sikap rela membantu dari penduduk lokal. Inilah yang disebut responsible travel yang win win solution.

Lebih jauh, sebisa mungkin gunakan penduduk lokal sebagai pemandu. Dua keuntungan sekaligus bisa diraih. Pertama, dengan menggunakan guide lokal, traveler bisa menggali lebih banyak tentang keistimewaan sebuah destinasi wisata. Kedua, sedikit banyak traveler mampu menghidupkan perekonomian daerah setempat.

Masih terkait dengan perekonomian setempat, upayakan membeli produk dan souvenir yang memungkinkan dan mendukung masyarakat setempat. Namun, tetap saja harus dicermati dengan sungguh-sungguh apakah produk cindera mata tersebut ramah lingkungan atau tidak terbuat dari bahan yang dilindungi.

Cerdas dan Efektif

Green Traveler 5

Traveling memakan waktu tidak sebentar. Apalagi, jika perjalanan tersebut masuk kategori petualangan seru memacu adrenalin. Namun, bukan berarti petualangan seru harus menghilangkan kecerdasan. Seorang traveler sejati harus senantiasa mengedepankan panduan green traveling yang bertanggung jawab.

Selain mengenali, mempelajari, dan memahami destinasi wisata berikut masyarakat dan budaya lokal, traveler sejati harus berhitung cermat dalam persiapan. Upayakan untuk melengkapi diri dengan bekal yang cerdas dan efektif. Artinya, jangan pernah membawa perlengkapan tidak penting. Otomatis, hal ini akan meminimalisir potensi sampah yang akan dibuang.

Bukan rahasia lagi, sampah adalah hantu yang terus membayangi berbagai destinasi wisata yang laris dikunjungi. Bak pisau bermata dua, destinasi wisata laris memang mendatangkan rezeki. Malangnya, di sisi lain juga mendatangkan bencana sampah. Pada gilirannya, turis pun enggan untuk kembali lagi. Namun, ingat, traveler adalah bukan turis. Traveler terlahir sebagai penyelamat keindahan lukisan alam ciptaan Sang Pencipta berikut kekayaan yang ada di dalamnya. Go go green traveler, go green traveling. (Divdit)

Originally published at Destinasi Indonesia.

--

--