Tarsius Belitung, Monyet Hantu Kecil Melankolis

Destinasi Indonesia
Destinasi Indonesia
4 min readAug 11, 2016

Pernah melihat monyet kecil berukuran sekepalan tangan? Mata beloknya bercahaya di malam hari. Saat keterkejutan belum lenyap, primata kecil ini sigap melompat dan lenyap ditelan kegelapan. Ini salah satu alasan mengapa Tarsius Belitung dijuluki monyet hantu kecil.

Ya, Belitung ternyata tak hanya memiliki panorama alam memanjakan mata. Pulau yang terbagi menjadi dua kabupaten, Kabupaten Belitung dan Belitung Timur, itu juga memiliki kekayaan fauna langka yang jadi daya tarik tersendiri.

Tarsius Pulau Belitung

Tarsius Belitung (foto oleh Budi Setiawan untuk Destinasi Indonesia)

Jajaran batu besar eksotik yang ditata Tuhan untuk Belitung benar-benar sebuah karunia. Tak semua daerah memiliki keindahan alam sedemikian. Batu Mentas di Desa Kelekak Datuk, Kecamatan Badau, Belitung Barat, adalah salah satu spot wisata Belitung yang didominasi jajaran batu-batu tertata secara menakjubkan tersebut.

Batu Mentas bak lukisan luar biasa indah. Namun potensi Batu Mentas tak hanya jajaran bebatuan besar yang tertata dalam kesempurnaan estetika yang sulit dipercaya. Kawasan yang berjarak sekitar 30 menit dari Kota Tanjung Pandan, Ibukota Kabupaten Belitung, dan 55 menit dari Kota Manggar, Ibukota Belitung Timur, itu juga memiliki komunitas Tarsius Bancanus Saltator. Masyarakat Negeri Laskar Pelangi menyebutnya sebagai Pelilean.

Primata Langka

Tarsius Belitung atau pelilean adalah hewan sangat langka di dunia. Selain Belitung, hewan ini hanya ada di Sulawesi dan Filipina. Itulah sebabnya, primata berukuran sangat mini ini tergolong hewan langka di dunia. Panjang tarsius sekitar 10–15 cm dengan berat tubuh tak lebih dari satu kilogram.

Tarsius Belitung berukuran agak lebih besar dibanding jenis sama di Sulawesi dan Filipina. Jika Tarsius Sulawesi hidup di lubang pepohonan, Tarsius Belitung gemar menghabiskan hari-harinya di bawah kanopi daun. Tarsius Sulawesi berkomunikasi dengan suara atau aba-aba, sementara Tarsius Belitung lebih mengoptimalkan kemampuan telinga dalam mengolah gelombang ultrasonik.

Keistimewaan lainnya yang membuat fauna ini sangat unik adalah mata belok dengan tatapannya yang sangat melankolis. Garis hitam melingkar yang membingkai mata membuat tarsius tampil bak monyet hantu kecil berkaca mata. Lucu dan menggemaskan. Kadang juga menerbitkan perasaan kasihan dengan tatapan matanya yang melankolis.

Tarsius berpasangan (vhivacom.blogspot.com)

Tarsius berpasangan (vhivacom.blogspot.com)

Pelilean adalah hewan nokturnal atau hewan malam. Itulah sebabnya di siang hari hewan mungil ini cenderung tanpa aktivitas, hanya mengamati pengunjung Batu Mentas dalam diam dengan tatapan melow dari mata beloknya. Namun, jangan salah, mata belok dengan luas lingkaran yang lebih besar dibanding otaknya ini berubah menjadi senjata ampuh saat berburu mangsa di malam hari. Dengan ukuran yang besar, mata Tarsius Belitung mampu tajam melihat mangsa seperti kecoa, jangkrik, reptil kecil, burung, dan kelelawar yang menjadi makanannya.

Keistimewaan mata beloknya dalam mencari mangsa didukung oleh kelebihan lainnya, yakni kemampuan kepala yang bisa berputar hingga 180 derajat. Dengan kemampuan memutar ke kanan dan ke kiri 180 derajat ini, Tarsius lebih mudah mendeteksi keberadaan mangsanya.

Lambang Kesetiaan

Keindahan Belitung disebut-sebut sangat cocok untuk menenangkan diri dan kontemplasi dari keseharian yang sibuk. Bahkan, menjadi destinasi wisata pilihan bagi pasangan baru menikah untuk berbulan madu. Sunyi, syahdu, dengan panorama alam bak direnda oleh Sang Pencipta.

Batu Mentas yang dikelola Kelompok Peduli Lingkungan dengan melibatkan masyarakat setempat juga menawarkan berbagai kelebihan. Selain menikmati keindahan alam yang masih perawan, habitat tarsius dengan segala keunikannya juga menawarkan wisata petualangan yang seru. Tak percaya? Bisa dicoba paket wisata malam hari di kawasan ini.

Beda dengan monyet yang gemar bergelayutan, tarsius bergerak di antara pepohonan dengan melompat. Keunikan tubuhnya dengan ciri fisik berupa tulang tarsal (itu sebabnya disebut tarsius) yang memanjang membentuk pergelangan kaki membuatnya mampu melompat sejauh tiga hingga empat meter. Jari-jari memanjang yang dimilikinya juga memungkinkannya mampu mencengkeram dahan-dahan pohon dengan kuat.

Tarsius (Budi Setiawan untuk Destinasi Indonesia)

Tarsius (Budi Setiawan untuk Destinasi Indonesia)

Keunikan Tarsius Belitung lainnya? Jika Tarsius Filipina hidup berdasarkan keluarga inti pasangan dan anak-anak, Tarsius Belitung hanya hidup bersama pasangan. Tak salah jika hewan langka di Batu Mentas ini juga menjadi lambang kesetiaan bagi pasangan. Mereka akan segera menyapih anak-anak mereka setelah berusia enam bulan.

Anak-anak tarsius yang telah mandiri akan mengembangkan teritori baru di habitat tarsius. Batasan teritori ditandai dengan air kencing yang baunya mirip dengan jeruk busuk atau amoniak. Kemampuan Tarsius Belitung mengoptimalkan kekuatan ultrasonik juga bermanfaat untuk mempertahankan batas teritori ini. Mereka akan menyerang tarsius yang melanggar batas teritori dengan kemampuan mengembangkan gelombang ultrasonik ini.

Batu Mentas tak ingin hanya mengeksploitasi keunikan tarsius sebagai daya tarik wisata. Kelompok Peduli Lingkungan sebagai pengelola juga mengembangkan penangkaran tarsius agar hewan langka ini tidak punah. Selain tarsius, penangkaran rusa juga dilakukan di kawasan sama.

Selain tarsius dan rusa, tanah kelahiran Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama yang kini Gubernur DKI Jakarta ini juga menjadi habitat hewan langka lainnya seperti landak dan trenggiling. Seperti tarsius, landak dan trenggiling juga tergolong sebagai hewan nokturno.

Sembari mengembangkan pengetahuan dalam wisata petualangan tentang hewan langka yang unik, pengunjung Batu Mentas juga bisa bertualang dengan berbagai wahana yang ada. Hiking menuju air terjun, bermain di sungai, river tubing, hingga berbagai fasilitas outbond lainnya seperti flyingfox dan lain-lain, tentu akan menciptakan sensasi tersendiri. (Divdit)

Originally published at Destinasi Indonesia.

--

--