Catatan webinar “Peta jalan pendidikan Indonesia”
Para tokoh pendidikan dan tokoh organisasi Islam keberatan terhadap hilangnya kata “agama” dalam peta jalan pendidikan Indonesia yang dirancang oleh Kemendikbud RI. Hilangnya kata “agama” dianggap telah mengingkari dari cita-cita pendidikan nasional dan mengarahkan bangsa ini menjadi sekuler. Untuk mengetahui bentuk keberatan tersebut, maka diadakanlah webinar pada hari Sabtu, 13 Maret 2020, pk. 08.00 sd selesai oleh Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa. Narasumbernya adalah: (1) Dr. Fahmy Lukman, M.Hum (Direktur INQIYAH), (2) Prof. Dr. Syahidin, M.Pd (Guru Besar UPI), (3) Prof. Dr. Ing. Fahmi Amhar (Profesor Riset & Intelektual Muslim), (4) Prof. Dr. Ir. H. Ari Purbayanto, M.Sc (Ketua API0, (5) Prof. Suyanto, Ph.D (Guru Besar UNY), (6) Prof. Daniel Rasyid, Ph.D., M.RINA (Pakar Pendidikan & Peradaban Islam), (7) Dr. Ahmad Sastra, M.M (Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa).
Sejumlah isu yang dapat diangkat dari webinar tersebut adalah:
- Penghilangan kata “agama” diduga sebagai upaya sekularisasi.
- Para murid dan mahasiswa hanya diproyeksikan sebagai pekerja atau menurut saya sebagai skrup-skrup industri.
- Kehilangan kesadaran pentingnya kehidupan akhirat sebagai tempat mempertanggungjawabkan kesalahan. Tanpa kesadaran ini, maka manusia cendrung melakukan apa saja tanpa rambu-rambu yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
- Dapat diduga tim think-tank Mendikbud tidak benar-benar mengetahui sejarah bangsa ini. Konsekuensinya, pengambilan kebijakan tidaklah tepat.
- Model pendidikan nasional kita juga bertanggungjawab terhadap lahirnya para koruptor. Jika demikian, maka apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan pendidikan kita saat ini.
- Pandemi Covid-19 mempercepat revolusi 4.0. Pada masa revolusi ini, maka “kehidupan” akan didefinisikan ulang. Hanya agama yang mampu menjaga “ketahanan” manusia ketika melewati revolusi 4.0 ini.