Sekilas tentang globalisasi: bahan renungan

Ery Arifullah
Deviasi
Published in
3 min readSep 8, 2021

Orang berbeda latar belakang akan memaknai globalisasi berbeda pula. Globalisasi bukanlah hal baru. Globalisasi telah terjadi berabad-abad lamanya. Migrasi manusia yang telah terjadi ratusan ribu tahun dari Afrika menuju Asia Tenggara. Demikian juga berabad-abad sebelumnya telah ada jalur sutra sebagai jalur perdagangan dunia timur dan barat. Ibadah haji yang sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim dianggap bentuk globalisasi lainnya. Globalisasi masa lalu dan tentu masa sekarang mangkibatkan interaksi dan terjadinya akulturasi budaya dan pemikiran. Globalisasi yang terjadi sekarang telah berakar sejak zaman dulu.

Globalisasi bukanlah hal baru. Globalisasi telah terjadi berabad-abad lamanya.

Globalisasi yang sedang berlangsung saat ini memungkinkan semua ide berkembang dan tersebar di seluruh dunia tanpa batasan. Demikian juga produk berupa barang dan jasa dapat terjual dan dikonsumsi di seluruh dunia tanpa batasan. Hampir semua orang di seluruh dunia terkoneksi melalui media sosial (misalnya: Facebook, Instagram, Twitter, Whatsapps, Telegram). Orang-orang juga mau tidak mau hampir semua akan menggunakan platform Window, iOS dan Linux. Demikian juga mau tidak mau, suka tidak suka pada akhirnya orang-orang dimuka bumi akan dipaksa untuk familiar dengan plaform Zoom, Google Meet, Cisco Webex dan sejenisnya. Juga Mac.Donald, Starbucks, Amazon, Alibaba, Shopee, Lazada, Mancaster United FC, Barcelona FC adalah contoh lainnya dari globalisasi.

Hanya ada satu McDonald dengan menu yang secara garis besar sama, namun terdapat menu yang pemasarannya mengikuti selera lokal. Demikian juga dengan film-film Hollywood, di dalamnya terdapat adegan yang tidak sama antara satu negara dengan negara lainnya.

Di sisi lainnya, globalisasi juga ditunjukkan dengan krisis ekonomi tahun 1923, 1998, 2007. Demikian juga dengan pandemi yang telah terjadi berkali-kali di abad ke-20 di seluruh dunia (Honigsbaum, 2020). Yang termutakhir adalah pandemi Covid-19 yang melanda hampir di seluruh negara di dunia. Globalisasi dipicu oleh event yang tak terduga.

Penyebaran virus Covid-19 yang telah mengglobal mengakibatkan masyarakat seluruh dunia menggunakan cara yang sama dalam memerangi virus tersebut yaitu dengan vaksin. Sekali lagi ada kesamaan cara berpikir dan cara bertindak yang telah menjadi tren global. Globalisasi menjadi semakin masif ketika infrastuktur komunikasi dan teknologi meningkat secara dramatis sejak terjadinya pandemi Covid-19 ini. Tidak saja teknologi yang diatur ulang, tapi juga aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan geopolitik (Schwab dan Mallaret, 2020). Manusia di dunia saling ketergantungan satu sama lain, bergerak cepat dan diatur oleh sistem yang kompleks.

Termutakhir, keselamatan kita di masa pandemi Covid-19 ini tergantung pada terobosan di laboratorium yang jauh di luar sana dan tergantung pada sistem global yang mengeluarkan vaksin. Pada saat yang sama pula, orang-orang seluruh dunia justru menggunakan media sosial untuk mengekspos munculnya varian baru Covid-19.

Ciri khas globalisasi adalah peran organisasi global. Covid-19 “diatur” oleh WHO seperti sepak bola dunia yang “diatur” oleh FIFA, perdagangan dunia demikian juga globalisasi sepak bola diatur oleh WTO. Negara-negara Eropa (kecuali Inggris) yang lebih menguatkan Uni Eropa (EU) nya.

Dampak negatif dari globalisasi masa lalu adalah ekspansi dagang untuk mencari keuntungan oleh VOC ke Asia yang bermuara pada imperialisme dan kapitalisme. Wajah globalisasi tidaklah berubah namun metodenya saja yang diubah. Jika demikian, maka tidak menutup kemungkinan imperialisme tetap ada hingga saat ini. Imperialisme oleh segelintir atau sekelompok orang yang menggusur kegiatan dan institusi lokal yang ada termasuk juga institusi negara.

Kebijakan negara yaitu menggalakkan kearifan lokal yang dibatasi oleh batas-batas negara kini telah dilampau oleh dampak globalisasi. Terlihat globalisasi seperti berbahaya. Mungkin berbahaya bagi kesejahteraan individu, negara dan budaya. Jika pasar adalah kekuatan pendorong globalisasi, banyak ketakutan akan jurang pemisah yang semakin jauh antara pemenang dan pecundang. Banyak budaya yang akan tergerus, mungkin otonomi suatu negara akan hilang. Kebijakan globalisasi akan menimbulkan dampak positif maupun negatif. Namun dapat dipastikan kita tidak dapat menolak globalisasi.

Sebagaimana kita ketahui globalisasi memiliki arti yang berbeda untuk kelompok yang berbeda. Globalisasi adalah serangkaian proses yang mengakibatkan orang menjadi terhubung dengan cara lebih dan berbeda di seluruh dunia tanpa mempedulikan jarak atau dengan kata lain deteritorialisasi. Deteritorialisasi lebih tepat dan mengena untuk menjelaskan makna globalisasi. Demikian juga dengan terminologi kapitalisme. Dengan globalisasi, aktor ekonomi utama akan mencari keuntungan di pasar global. Mereka memperkenalkan dan aturan mereka di seluruh dunia yang sering disebut sebagai neoliberalisme atau neoimperialisme. Kitapun yang berada di pusaran globalisasi ini tidak dapat menghindar dan memaksa kita untuk mengatur ulang cara berpikir dan bertindak.

--

--

Ery Arifullah
Deviasi
Editor for

I am a geology specialist in the fields of ichnology, sedimentology and paleoecology, I also enjoy history, politics and life sciences.