Ke Wikikopi

Rizky Luthfianto
DI Yogyakarta
Published in
3 min readMar 1, 2015

Jumat malam kemarin, saya bersama teman-teman kos yaitu Ardha, Julio, dan—teman mereka—Fauzi pergi ke Wikikopi yang letaknya berada di Pasar Kranggan.
Saya mendengar tentang Wikikopi dari Ardha yang diajak oleh teman kos kami yang lebih senior, katanya mereka sangat puas ke sana. Sebagai catatan, Wikikopi tidak ada afiliasinya dengan Wikipedia maupun Wikimedia Foundation.

Karena saya kuper, saya tak tahu Pasar Kranggan di mana, ternyata itu ada di jalan antara Godean dan Tugu yang banyak orang parkir sembarangan di pinggir jalan. Ternyata itu adalah pasar! Pasar Kranggan!
Motor diparkir di gubuk kayu. Saat itu parkiran sangat sepi dan sudah tidak ada tukang parkir. Ada baiknya kita mengunci ganda motor dan helm. Oh ya, dari gubuk parkir kelihatan Tugu Yogyakarta, sehingga terasa dramatis.

Dari sana kami menaiki tangga, lalu berjalan ke ujung timur melewati satu-dua kios dan sampailah di Wikikopi. Ternyata Wikikopi berbentuk sebuah ruangan 3 x 6 meter yang terkesan jauh dari kafe karena… Wikikopi bukanlah sebuah kafe, melainkan sebuah komunitas kopi di mana anda dapat minum kopi dari biji-biji kopi sambil mengobrol dengan brewer dan pengunjung lain di sana. Di sana terdapat sebuah meja yang berisi banyak kopi.

Tempatnya sendiri sebenarnya tenang, namun yang membuat berisik adalah bunyi kendaraan-kendaraan bermotor dari jalan.

Kami disambut dan dilayani oleh Mas Damar, yang berkuliah di UKDW jurusan Arsitektur.

Banyak kopi yang didapatkan dari Temanggung. Ada juga dari Ciwidey, Suroloyo, bahkan Papua.

Julio sempat menanyakan sesuatu tentang kopi—yang saya lupa apa—sampai akhirnya Mas Damar menawarkan “Wah kalau begitu saya bikinin kopi dari Papua yang rasanya kompleks nih, gimana?”. Julio mengiyakan.
Mas Damar mengeluarkan dua bungkus hitam bertuliskan kopi dari Papua, namun desa yang berbeda. Mas Damar membuatkan kopi Julio yang desa Absimbil. Karena kopi Julio yang dari Absimbil, saya memutuskan untuk mencoba satunya, Kiwirok. Kopi Julio di-brew dengan cara 360, sedangkan saya dengan aeropress.

Usai dibuat, saya mencoba kopinya Julio, tapi saya masih tidak paham per bedaan beda rasanya. Lalu, saya minum kopi saya. Lalu, saya coba minum lagi kopi punya Julio…

“Wah beda Jul rasanya!”, seru saya. Kopi Julio rasanya lebih asam dan lebih unik dari kopi saya.

Sambil kami meminum kopi, Mas Damar sedikit bercerita tentang keasaman pada jenis kopi Robusta dan Arabica. Arabica lebih asam katanya.
Lalu Julio pun menambahkan cerita tentang Arabica & Robusta di kampung asalnya, Tarutung. Katanya, petani Tarutung lebih suka kopi Arabika, karena lebih cepat tumbuh dan harga jualnya lebih tinggi. Sedangkan kopi Robusta jarang ditanam karena memang sedikit peminatnya di Tarutung.

ROK Manual Espresso Maker. Seperti yang dapat dilihat di gambar pertama. Sumber: gadgetreview.com

Sekarang giliran Fauzi mencoba Americano, yaitu Espresso yang lebih encer. Alat yang digunakan adalah ROK Manual Espresso Maker yang harus ditekan dengan kedua tangan. Mas Damar berkata bahwa Wikikopi berfokus pada brewing manual.

Mas Damar juga berkata bahwa Wikikopi punya visi menaikkan derajat petani, salah satunya dengan melakukan beberapa pembinaan langsung ke petani kopi. Menurutnya, banyak petani yang antusias karena tidak tahu ternyata kopinya berkualitas bagus. Namun, ada juga yang skeptis.

Di akhir, ternyata kami hanya perlu membayar 10 ribu untuk tiap gelas kopi. Kami bersalaman dengan setiap mas-mas yang ada lalu pulang.

Jika Anda tertarik dengan kopi bisa datang ke Wikikopi sambil mengobrol dengan mas-mas yang ada. Pada beberapa kesempatan, Wikikopi juga membuka sesi latihan brewing bersama.

--

--