Putus Gara-Gara Tiktok, Please Jangan Lagi

(Cognitive Distortion)

“Kayaknya dia ga sayang aku deh,” sekelibat pemikiran setelah melihat sebuah klip yang beredar di fyp, kamu pernah mengalaminya?

Video-video amatir yang memberikan ‘nasihat’ dalam hubungan banyak beredar di media sosial.

Banyak juga orang-orang yang mengaku ‘pakar’ dalam hubungan membagikan tips-tips hubungan dan berhasil meraih ribuan likes, share, comment.

Namun, seringkali konten-konten tersebut menjadi bahan perdebatan antar pasangan atau bahkan menjadi pemicu keretakan hubungan.

Terkadang, kita juga menemukan “bahan overthinking” melalui konten singkat yang dibagikan di media sosial.

Kenapa ya kita bisa overthinking cuma gara-gara konten di media sosial? apa yang sebenarnya terjadi? Yuk kita cari tau

Informasi yang kita terima melalui media atau platform apapun dapat menciptakan pemahaman baru. Namun pemahaman baru ini seringkali menyimpang dan tidak sesuai dengan realita. Peristiwa ini disebut dengan distorsi kognitif.

Distorsi kognitif

Distorsi kognitif adalah proses seseorang menerjemahkan informasi dengan cara yang ‘menyimpang’ dari apa yang sebenarnya terjadi. Distorsi ini dikaitkan dengan pola pikir irasional dan pola pikir yang berlebihan.

Hal ini mungkin yang sering terjadi ketika kita menonton konten di media sosial. Jika kamu mulai overthinking karena konten di media sosial, bisa jadi kamu mengalami distorsi kognitif.

Termasuk ketika kamu menduga-duga sesuatu yang belum tentu terjadi atau tanpa bukti yang berdasar (mind reading).

Mind reading

Salah satu macam distorsi kognitif adalah ketika kita yakin bahwa sesuai dugaan kita tanpa bukti yang berdasar. Peristiwa ini sering dinamakan mind reading.

Kasus sederhana dari mind reading dan sering terjadi di antara pasangan adalah mereka yakin bahwa pasangan mereka tidak cinta mereka lagi karena pasangan mereka tidak memberikan cukup perhatian, meskipun mereka tidak tahu apa yang dipikirkan pasangan mereka.

“Ah dia ga nembakk aku, dia ga sayang sama aku,”

Padahal cara untuk mengutarakan rasa sayang nggak cuma itu kan..

Contoh kasus lain dari mind reading adalah ketika seseorang merasa yakin bahwa atasan mereka membenci mereka karena mereka tidak memperoleh promosi yang mereka inginkan, meskipun mereka tidak tahu apa yang dipikirkan atasan mereka.

Dampak perilaku mind reading

Perilaku mind reading ini dapat menghambat kamu dalam mengembangkan diri bahkan di dalam hubungan interpersonal. Terbiasa berperilaku seperti ini juga dapat memperburuk kesehatan mental kamu.

Penyebab perilaku mind reading

Pemicu dari perilaku mind reading ini dapat bermacam-macam:

1. Gambar diri yang rendah: Individu yang memiliki gambar diri yang rendah sering kali menganggap bahwa orang lain memandang mereka dengan cara yang tidak baik. Hal ini juga membuat seseorang sulit mengenali perasaan dan ketulusan orang lain dalam berelasi

2. Pengalaman emosional yang buruk: Individu yang memiliki latar belakang emosional yang buruk, seperti riwayat pengalaman traumatis, dapat mempengaruhi cara mereka memahami dan membaca perilaku orang lain.

3. Kebiasaan berpikir negatif: Individu yang memiliki kebiasaan berpikir negatif sering kali membuat asumsi negatif tentang orang lain dan melihat tindakan mereka sebagai menghina atau memandang rendah mereka. Hal ini memicu kecemasan dan membuat mereka berfokus pada tindakan untuk membuktikan hipotesis tersebut.

Langkah-langkah mencegah perilaku

1. Bermeditasi atau berolahraga untuk membantu mengatasi stres dan membantu mempertahankan pikiran yang stabil.

2. Cek fakta. Coba luangkan waktu untuk mengevaluasi apakah informasi yang ditawarkan sesuai dengan fakta yang ada, apakah pikiran yang muncul sesuai dengan realita yang ada. Kamu juga bisa mencari bukti-bukti bahwa pikiran negatifmu tidak benar dan fokus pada bukti bukti tersebut

3. Cognitive behavioral therapy. Terapi ini bertujuan untuk melatih cara berpikir atau fungsi kognitif dan cara berperilaku

Untuk membiasakan diri menjauhi perilaku tersebut memang bmembutuhkan waktu dan kesabaran. Fokus pada perkembangan dan kemajuan yang sedang dicapai, bukan pada kegagalan atau kemunduran. Kamu juga bisa meminta bantuan tenaga professional untuk mengatasi masalah ini.

Bila kamu memiliki keluhan terhadap kesehatan mental…

Reference:

Beck, A. T., Rush, A. J., Shaw, B. F., & Emery, G. (1979). Cognitive therapy of depression. Guilford Press.

D’Zurilla, T. J., & Nezu, A. M. (1999). Problem-solving therapy: A social competence approach to clinical intervention. Springer Publishing Company.

--

--