Aquarianto Setyawan
Digilife Mandirian
Published in
5 min readJul 18, 2020

--

Digital Marketing Cukup Kah?

Saat ini banyak kita temukan iklan, promosi dan campaign tentang suatu produk atau jasa yang ditawarkan melalui sosial media seperti Facebook, Instagram, Youtube dan bahkan dalam webiste situs-situs yang banyak dikunjungi.

Jika kita mencari definisi dari Digital Marketing maka akan muncul salah satunya dari Wikipedia yaitu Digital marketing is the component of marketing that utilizes internet and online based digital technologies such as desktop computers, mobile phones and other digital media and platforms to promote products and services. Dalam implementasinya mungkin masih banyak kita temui bahwa sebenarnya yang diklaim sebagai Digital Marketing adalah mendigitalkan marketing.

Apakah promosi yang sudah dilakukan secara digital sudah efektif mempertahankan pelanggan? Beberapa perusahaan berikut akhirnya menutup jaringan penjualan di Indonesia meski sudah melakukan marketing secara digital.

Pada tahun 2014 s.d. 2015, Seven Eleven termasuk salah satu convenience store yang sering melakukan promosi melalui social media dan terbukti cukup efektif dilihat dari panjangnya antrian pada kasir. Sebagai salah satu pelanggan yang sering membeli kopi dan roti, berita tutupnya seluruh gerai Seven Eleven di tahun 2017 cukup mengagetkan. Sepertinya penutupan tersebut terkait Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) №6/2015 tanggal 16 Januari 2015 dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang melarang total perdagangan minuman beralkohol golongan A (bir) atau di bawah kandungan 5% di minimarket dan pengecer sejak tanggal 17 April 2015. Dulunya sering saya temukan beberapa botol bir bekas pada sekitar took di pagi hari yang mungkin milik pembeli yang bercengkrama sambil merokok dan minum bir.

Tahun 2016, Ford juga menutup usahanya di Indonesia. Saat itu Ford mengandalkan produk Ford Ecosport yang akan bertanding di kelas mini MPV dengan menjual nilai-nilai lebih disbanding kompetitor. Kelebihan tersebut antara lain berupa nuansa kabin yang terkesan modern dan sunroof yang memberikan kesan mobil mewah. Di segmen SUV, Ford juga mempunyai produk andalan yaitu Ford Everest dengan berbagai fitur yang menjadi andalan dibanding kompetitornya. Namun karena kurangnya dukungan bengkel resmi yang tersebar diseluruh Indonesia tentunya akan sulit bersaing dengan produk eksisting seperti Avanza atau Xenia, sehingga penjualan Ford juga tidak cukup bagus.

Maret 2020, Chevrolet juga menghentikan jaringan penjualan di Indonesia dimana sebelumnya Chevrolet mencoba bersaing di segmen mini MPV dengan produk andalan Chevrolet Spin dan Chevrolet Trax di segmen compact SUV.

Produk-produk seperti Ford Ecosport, Ford Everest, Chevrolet Spin dan Chevrolet Trax banyak kita temukan reviewnya yang muncul di Youtube maupun pada foto-foto di Instagram yang diposting oleh komunitas pemilik mobil tersebut.

Dalam sistem pembayaran khususnya transaksi menggunakan kartu seperti kartu debit, kartu kredit dan uang elektronik chip based di merchants dengan toko fisik (physical store) maka diperlukan device (EDC) untuk memproses kartu yang akan mengirimkan data ke penerbit. Dari proses ini nantinya akan diperoleh respon atau reader untuk transaksi kartu uang elektronik chip based yang akan membaca ketersediaan saldo yang disimpan pada chip.

Jika model bisnis tersebut kita kelompokan dalam 4 pilar maka yang berperan adalah Pengembangan Produk, Service, Marketing dan Relationship.

Pada saat awal implementasi akan diperlukan alokasi resource yang banyak pada pengembangan produk baik dari sisi EDC maupun kartu yaitu antara lain fitur cicilan untuk kartu kredit, fitur loyalty program untuk kartu kredit dan kartu debit. Setelah implementasi, pengembangan-pengembangan produk hanya membutuhkan resource sedikit karena tidak banyak lagi fitur-fitur yang dikembangkan. Pengembangan produk lebih banyak dilakukan untuk memenuhi ketentuan regulator.

Tahap berikutnya adalah Service yaitu distribusi EDC seluas-luasnya dengan mempertimbangan beberapa hal sebagai berikut yaitu customer based, memastikan downtime EDC dalam memproses transaksi seminim mungkin, kecepatan transaksi yang bergantung pada komunikasi antara EDC dan host, dan penambahan call center agent untuk mendukung jumlah merchant yang bertambah. Pada tahapan ini tentunya resource yang dibutuhkan akan banyak, sehingga keputusan pemasangan EDC akan sangat tergantung pada sebaran nasabah. Beberapa bank ada yang hanya fokus pada merchants besar dengan pertimbangan sebaran nasabahnya hanya di kota-kota besar.

Disamping Service yang meningkat, diperlukan penambahan resource Relationship agar merchant bersedia menggunakan EDC. Belum lagi untuk merchant besar dimana EDC yang akan terpasang lebih banyak sehingga acquiring bank akan bersaing dalam memberikan service dan merchant discount rate (MDR).

Faktor keempat yang akan menjadi ujung tombak adalah Marketing. Saat ini kegiatan marketing tanpa melibatkan digital media tidak akan cukup untuk menjangkau sebagian besar nasabah.

Jika kita gambarkan maka transisi alokasi sumber daya dari sejak implementasi adalah sebagai berikut:

Saat ini dengan perkembangan sistem pembayaran menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) khususnya untuk Merchant Presented Mode (MPM) dengan QR Static, alokasi untuk service khususnya untuk maintenance EDC tidak diperlukan lagi. Pembeli cukup memindai (scan) QR Code Merchant yang biasanya hanya berupa sticker, sehingga service dapat difokuskan untuk memastikan proses settlement ke merchant dan response approval pada apps dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu porsi alokasi sumber daya untuk Marketing dapat lebih besar.

Digital Marketing kadang disalahartikan sebatas Digitization yaitu proses mengubah informasi atau konten menjadi digital. Sebagai contoh misalnya materi promosi kartu kredit atau debet yang dilampirkan pada billing statement atau rekening koran yang semula berupa lembaran-lembaran kertas dikirim melalui surat saat ini diubah menjadi softcopy (pdf file) yang dikirim melalui e-mail.

Seharusnya Digital Marketing lebih dari sekedar Digitization Marketing yaitu pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan proses atau model bisnis dan bahkan menciptakan produk dan layanan baru.

Sebagai contoh algoritma yang dikembangkan oleh Youtube, Netflix, Spotify, Apple Music dan lain-lain. Mereka dapat merekomendasikan video atau musik berdasarkan genre video atau musik yang kita tonton dan dengarkan sebelumnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee dan lain-lain, yang menampilkan iklan berdasarkan kategori barang yang pernah kita lihat.

Dalam bidang perbankan, tentunya dapat dikembangkan misalnya penawaran dan promosi sebagai berikut:

1. Penawaran kredit kendaraan bermotor berdasarkan rata-rata penghasilan yang diolah dari data payroll, sehingga untuk range gaji tertentu akan ditawarkan promo kredit kendaraan dengan harga sesuai range gajinya. Bahkan jika diperlukan dapat melakukan kerjasama dengan Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM).

2. Promosi produk dan jasa dari suatu merchant yang telah bekerjasama yang di-customized berdasarkan track record penggunaan kartu kredit dan kartu debit yang di-attach pada saat pengiriman billing statement atau rekening koran.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan Digital Marketing tetap harus didukung oleh kualitas produk, service dan relationship dengan porsi yang sesuai dengan karakter produk agar dapat terus berkembang dan bersaing.

--

--