Bagaimana profesi UI/UX itu bekerja (skill, tools, tanggung jawab, dan jenjang karir)

Penting untuk dicatat bahwa gaji dan jenjang karir berkorelasi dengan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kita akan dinilai berdasarkan approach (practice) kita dalam menghadapi masalah. Dalam dunia teknologi perkembangan yang serba cepat dan dinamis, diperlukan individu yang kompleks dan flexible agar dapat dengan mudah beradaptasi dan bekerja secara efisien.

Tidak mengherankan jika pekerjaan yang terkait dengan teknologi cenderung memiliki gaji yang besar karena cakupan kerjanya yang luas, dinamis, dan tanggung jawab yang berat. Faktor internal dan eksternal juga memainkan peran penting dalam bagaimana seseorang dapat mengatasi tantangan dalam pekerjaannya.

Seeking for UI/UX Design Career

Pentingnya Motivasi

Memutuskan untuk menjadi seorang UI/UX Designer adalah sebuah keputusan yang menarik, lantaran sebagian orang yang menjalani profesi ini sebenarnya tidak terlalu yakin mengapa mereka suka mendesain aplikasi.

Sebaiknya, sebelum memulai untuk memutuskan mengambil profesi ini, kuatkan dulu motivasi mengapa ingin menjadi seorang UI/UX Designer. Motivasi yang kuat dapat memberikan dampak yang besar dalam proses desain karena dapat memberikan dorongan untuk selalu menciptakan rancangan desain yang berfokus kepada pengguna dan hanya orang-orang yang passionate saja yang mampu melakukannya.

Searching Motivation

Kemampuan yang dibutuhkan

Hampir semua profesi membutuhkan kombiniasi kemampuan hardskills dan softskills, termasuk UI/UX Designer. Menjadi seorang UI/UX Designer tidak hanya mengandalkan pemahaman teknis tentang tools untuk design antarmuka (UI) dan prinsip pengalaman pengguna (UX), tetapi juga keterampilan interpesonal yang kuat untuk bersimpati kepada user dan stakeholders agar dapat hambatan, kebutuhan, dan kapabilitas mereka. UI/UX Designer juga harus memiliki kemampuan problem solving yang baik dan mampu berpikir kreatif untuk menemukan solusi terbaik dengan reasoning yang dapat diterima.

Sementara itu, untuk tool yang biasanya digunakan dan seharusnya dikuasai oleh seorang UI/UX Designer adalah Figma. Tool ini sangat populer untuk pengembangan produk digital karena keefektifannya dalam merancang desain aplikasi sekaligus pembuatan prototype. Figma dilengkapi dengan berbagai plugin yang dapat membantu dan mempermudah kita dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan desain yang berhubungan dengan kebutuhan digital.

Selain itu, Figma memungkinkan kolaborasi sinkron secara online, sehingga anggota tim yang terlibat dapat bekerja bersama secara real-time, tanpa terbatas oleh geografis atau device. Hal ini memungkinkan UI/UX Designer, Developer, dan stakeholders terkait dapat berkolaborasi dalam merancang, menguji, dan memberikan feedback terhadap rancangan desain secara efisien. Namun tidak hanya Figma saja, tool lain yang sebaiknya dikuasai UI/UX Designer antara lain Axure, Framer, Useberry, Maze, dan Adobe Family.

Scope of Work

Tanggung jawab atau Scope of Work (SoW) seorang UI/UX Designer sangat bervariasi tergantung pada perusahaan, proyek, dan tingkat pengalaman atau level dari UI/UX Designer itu sendiri. Namun, secara umum, tanggung jawab UI/UX Designer mencakup hal-hal berikut:

  1. Research
    1) Menggali apa saja visi, misi, tujuan, dan success metrics dari perusahaan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai produk atau fitur yang akan dikembangkan, 2) Melakukan riset untuk memahami kebutuhan, preferensi, dan masalah yang dihadapi oleh user, dan 3) Riset mengenai kompetitor untuk mencari peluang dan ancaman dari produk yang akan dikembangkan.
  2. Desain UX
    UI/UX Designer akan merancang flow, navigasi, dan interaksi yang akan terjadi dalam produk digital, memastikan produk yang dikembangkan intuitif, efisien, dan mudah digunakan oleh user.
  3. Desain UI
    Merancang elemen-elemen visual seperti layout, warna, typography, dan icon yang selaras dengan identitas produk. Peracangan elemen visual ini juga mencakup pembuatan komponen.
  4. Prototyping
    Setelah memfinalisasi User Interface (UI), selanjutnya adalah membuat prototype berdasarkan flow yang telah dibuat dan disetujui. Hasil prototype ini nantinya akan digunakan sebagai bahan pengujian, jadi pastikan relasi antar flow sesuai.
  5. Testing
    Ketika prototype sudah selesai dibuat, UI/UX Designer akan melakukan testing untuk menguji kepada user seberapa bergunanya aplikasi tersebut, hal yang biasanya diuji adalah Usability (kegunaan).
  6. Monitoring
    UI/UX Designer melakukan monitoring secara kontinu untuk memastikan bahwa proses implementasi sudah sesuai dengan rancangan desain yang telah disetujui dan melakukan monitoring feedback yang diberikan oleh user setelah produk lunch untuk memastikan produk dapat terus berkembang dengan kebutuhan user dan market.

Level kerumitan dari setiap task yang diberikan kepada seorang UI/UX Designer didasarkan pada tingkat pengalaman yang dimilikinya (Years of Experience). Proses decision making untuk menghasilkan output, outcome, dan impact akan menjadi penentu seberapa baik kualitas seorang UI/UX Designer itu sendiri. UI/UX Designer pun juga harus selalu berorientasi pada untuk menciptakan antarmuka yang intuitif, pengalaman pengguna yang memuaskan, meningkatkan konversi, dan mencapai tujuan bisnis yang ditetapkan.

Career Path by Ryan Ford

Jika melihat situasi di lapangan, mungkin kita akan menemukan beberapa task yang terkadang tidak sepenuhnya sesuai dengan scope pekerjaan pada tingkat pengalaman kita. Namun, penting untuk diingat bahwa menghadapi tantangan yang mungkin terasa di luar scope pekerjaan kita adalah bagian dari pengembangan dalam karir. Semakin banyak tantangan yang kita hadapi, semakin banyak pengalaman berharga yang akan kita peroleh.

Ketika kita berani mengambil tantangan di luar kemampuan, kita dapat memperluas pengetahuan dan keterampilan kita. Sehingga dapat mendorong pintu pertumbuhan karir yang lebih cepat, tetapi tetap pastikan bahwa perusahaan dan lingkungan kita supportif.

--

--