Sustainblele

Proyek ini adalah riset spekulatif tentang ikan lele sebagai hewan yang memiliki kedekatan dengan masyarakat di dalam keseharian, baik dari segi rantai komsumsi makanan atau kebudayaan khususnya di Jawa Timur.

Kesan jorok tidak pernah terlepas dari ikan berkumis ini, meskipun banyak pula orang yang menikmati kelezatan olahan masakannya, mulai dari warung tenda di pinggir jalan hingga abon kemasan di supermarket dan toko online. Banyak mitos yang mengatakan hewan ini memiliki ketahanan untuk hidup di kondisi air yang sangat kotor, bahkan di jamban sekali pun. Di sisi lain ikan lele juga merupakan penghasil amoniak yang cukup tinggi yang bermanfaat sebagai nutrisi tanaman. Siklus nutrisi ini menjadikan lele bukan sebagai konsumen, tapi juga sebagai produsen di dalam rantai makanan.

Dalam aspek kultural, lele memainkan peranan penting di dalam kebudayaan kota Lamongan. Ikan lele menjadi salah satu simbol di dalam lambang kota administrasi Lamongan, melambangkan sikap hidup yang ulet tahan menderita, sabar, dan berani menyerang jika diganggu dengan senjata patilnya. Konon dalam satu cerita rakyatnya, masyarakat Lamongan juga memiliki larangan untuk memakan lele karena dipercaya sebagai hewan yang melindungi leluhurnya saat dikejar musuh. Uniknya, kini para pedagang pecel lele mulai dari pulau Jawa hingga Papua rata-rata adalah orang Lamongan yang menyebar dalam beberapa gelombang mulai tahun 1965, 1970-an, hingga 1998-an untuk bertahan diri dari berbagai kondisi, mulai dari geografis, ekonomi, sosial, hingga politik.

Instalasi ini memberi gagasan baru yang dirajut dari narasi-narasi yang tersebar. Menawarkan fenomena ikan lele sebagai alternatif pola hidup yang berkelanjutan dengan menerapkannya sebagai sebuah sistem utilitas yang terintegrasi.

Medium:

• Kloset duduk
• Kolam lele
• Instalasi Aquaponik: PVC (NFT)
• Spanduk

Instalasi oleh: Rifandi S Nugroho

Infografis: Bangkit Mandela

Mural: Adi Iman Wicaksono