Ah! Saya Pikir Lean Startup Sudah Tamat

Jume Analyes
djume
Published in
3 min readNov 26, 2018
Photo by Clem Onojeghuo on Unsplash

Beberapa waktu yang lalu saya sempat membaca beberapa artikel bahwa era lean startup sudah tamat. Saya pikir hal itu ada benarnya, tetapi sebelum mendengar alasannya apa, saya akan coba sedikit cerita tentang lean startup.

Lean startup sendiri merupakan sebuah model dalam membangun startup dengan memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk mencapai product-market-fit. Istilah lean startup sendiri lahir setelah terjadinya Dot-com Bubble atau sekitar tahun 2000 awal. Pada era terjadinya bubble yaitu tahun 90-an akhir, banyak muncul startup yang menggunakan uang investor dengan cara yang kurang bijak. Pada akhirnya muncullah kelangkaan dalam mencari pendanaan startup setelah bubble usai.

Kejadian tersebut membuat para pakar mulai berpikir untuk menemukan cara yang baik untuk membangun sebuah startup di saat terjadinya kelangkaan pendanaan. Salah satu cara yang populer tersebut diberi nama lean startup. Selang hampir dua dekade, lean startup telah menjadi panduan bagi banyak founder dan startup enthusiast di muka bumi ini. Mungkin beberapa startup ada yang berhasil menerapkannya dulu.

Bagaimana dengan sekarang? Apakah lean startup masih bisa? Faktanya, saat ini para founder dihadapkan dengan sebuah kondisi dimana sudah banyaknya tools untuk mempercepat pengembangan dan adopsi produk. Banyak founder bisa mengakses tools tersebut, sehingga yang akan menjadi competitive advantage nantinya adalah sumber daya yang dimiliki entah itu talenta atau dana yang berlimpah.

Fakta lainnya, saat ini sudah sangat banyak VC fund, CVC fund, dan Investor yang siap mendanai startup. Kehadiran unicorn juga sudah mulai banyak di Indonesia maupun di Asia. Para investor tersebut siap mendanai para founder yang bisa mem-boost valuasi startupnya dengan berbagai cara. Intinya sebagai investor objektif utama adalah exit melebihi investasi yang mereka tanamkan di sebuah startup. Investor dapat exit pada tahapan-tahapan investasi berikutnya asalkan valuasinya terus naik.

Menurut saya membangun startup dengan metode lean cukup sebagai pengetahuan saja, tetapi ketika membangun startup sesungguhnya lean startup sudah tamat. Dalam proses mencari product-market-fit akan banyak sekali terjadi kesalahan dan sebagai startup founder kita akan dituntut bergerak dengan sangat cepat. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa bergerak cepat jika sumber daya kita terbatas? Bagaimana kita bisa melakukan banyak percobaan yang mungkin gagal jika startup kita tidak kuat secara finansial?

Startup dengan pendanaan yang kuat akan lebih berani bertindak dibanding startup dengan dana terbatas. Sebagai startup founder tentunya diperlukan langkah-langkah berani agar valuasi sebuah startup bisa terus naik. Sebagai penutup saya memiliki beberapa saran kepada startup founder, yaitu:

  1. Amankan pendanaan melebihi apa yang dibayangkan akan dibutuhkan meskipun itu pada tahap awal. Ketika kompetitor hadir dengan dana yang luar biasa kita siap bertarung. Ketika sebuah proses mencari product-market-fit gagal kita masih memiliki sumber daya untuk pivot.
  2. Investasikan pendanaan pada talenta-talenta terbaik karena aset utama dari sebuah startup adalah talenta-talentanya. Jangan ragu membayar mahal untuk orang-orang terbaik.

Terakhir sebagai reminder, startup merupakan sebuah usaha yang memanfaatkan teknologi untuk bergerak cepat demi mendisrupsi pasar dengan tujuan menjadi top of mind.

Connect with me on LinkedIn or Facebook

--

--