Yes! Dapat +100 Matches di Tinder Dan Apa Yang Saya Pelajari

Jume Analyes
djume
Published in
4 min readJul 1, 2018
Photo by rawpixel on Unsplash

Lebih setahun yang lalu saya mencoba menggunakan Tinder dengan tujuan awal melakukan riset tentang behaviour dan persepsi wanita Indonesia tentang aplikasi dating. Pada awalnya, hal ini saya lakukan sebagai bagian dari proses development mobile app saya dulu yang bernama SelenaGO.

Alasan saya memilih Tinder dahulu adalah karena UX nya yang menarik dan sangat simple. UX seperti Tinder ini yang rencana awalnya menjadi inspirasi buat UX mobile app saya. Memang pada akhirnya tidak sepenuhnya seperti Tinder, tetapi pada beberapa bagian saja.

Beranjak dari topik tersebut, sebenarnya yang ingin saya bagikan disini lebih kepada pengalaman saya menggunakan aplikasi tersebut. Motivasi awalnya memang kearah riset, tetapi seiring berjalannya waktu, menarik dan asik juga memakainya. Saya dapat terhubung dan mengenal beberapa tipe wanita baik secara online maupun offline.

Untuk menggunakan Tinder saya men-define beberapa kriteria kenapa saya harus swipe right, adapun kriterianya sebagai berikut:

  1. Edukasi, biasanya saya cukup sering men-swipe right wanita yang sealmamater atau memiliki tingkat pendidikan yang relatif tinggi. Entah itu dari ITB atau bergelar Master ini menjadi poin menarik tersendiri. Namun, memang yang tidak menulis edukasi juga sering saya swipe right karena menarik dari sisi lain.
  2. Profesi, disini sebenarnya tidak terlalu menjadi concern buat saya, tetapi jika dipikir-pikir lagi mungkin ada pengaruh juga. Sepertinya saya cukup sering men-swipe right wanita yang berprofesi sebagai entrepreneur, designer, doctor, model, athlete, or employee in startup or company.
  3. Foto, layaknya laki-laki normal tentunya saya sering men-swipe right wanita dengan foto-foto yang cantik dan seksi tetapi mungkin concern utamanya bukan itu. Namun, lebih ke karakter yang terlihat di fotonya, misal kelihatan sering traveling, sering ngopi, sering olahraga, dll.
  4. Biografi, pada kolom bio biasanya ada yang menulis berbagai hal tentang dirinya. Hal yang menarik buat saya biasanya jika ada keyword: Traveling, Coffee, Just For Fun, 170cm, bahkan juga Taaruf atau Serious Relationship.
  5. Usia, mostly rentang usia yang saya swipe right berkisar antara 25–30 tahun, tetapi memang terdapat juga beberapa yang berada di luar usia itu, paling muda 19 tahun dan paling tua 36 tahun yang pernah match.
100 Matches on Tinder

Jadi setelah setahun lebih menggunakan Tinder saya berkesimpulan ada beberapa tipe wanita yang ada di Tinder, adapun tipe-tipenya sebagai berikut:

  1. Tipe Taaruf, wanita tipe ini sangat jarang di Tinder tetapi tetap masih ada. Kalau gak salah saya mendapati 2% matches tipe ini. Ketika di chat mungkin mereka akan membalas, tetapi agak sulit diajak ketemu. Ekspektasi akhir mereka tentu mencari suami.
  2. Tipe Hookup, wanita seperti ini mungkin ada lumayan di Tinder, sebagian dari mereka memang cukup jelas menulis di bio terkait ini. Saya mendapati 3% matches yang seperti itu. Kebanyakan langsung menulis ID Line atau IG nya karena mereka jarang aktif di Tinder.
  3. Tipe Just for Fun, wanita tipe ini memang hanya mencari teman baru atau koneksi baru di Tinder, mereka cukup terbuka untuk mengobrol secara online maupun offline meetup. Mungkin sekitar 10% adalah tipe ini, umumnya mereka sudah memiliki hubungan tetapi butuh teman baru.
  4. Tipe Serious, wanita tipe ini biasanya langsung menulis intensi mereka untuk mencari pendamping baik pacar maupun potensial husband. Tipe ini mungkin ada agak banyak, mungkin sekitar 40%. Tipe ini biasanya terbuka untuk diajak ketemu asal mereka merasa tertarik dan waktu serta tempatnya pas.
  5. Tipe Abu-abu, wanita ini agak sulit di tebak intensinya antara mencari hubungan serius, teman main, atau ke arah negatif. Intensinya akan ketahuan mungkin setelah beberapa kali chat. Beberapa mungkin agak-agak sulit mengungkapkannya. Porsinya mungkin sekitar 40% yang tipe ini.

Nah, itu memang hanya sebatas pandangan saya dalam menggunakan Tinder. Mungkin tidak sepenuhnya valid tetapi at least gambaran umumnya seperti itu. Kedepannya, mungkin saya tidak akan sering lagi menggunakan Tinder karena objective utama saya #caritemanmain kapanpun dan dimanapun belum berhasil di-solve oleh Tinder. Problem yang tadinya saya ingin selesaikan dengan SelenaGO, tetapi keburu ditutup.

Namun seiring waktu, intensi saya cukup fleksibel dapat ditentukan dengan siapa yang match, ada peluang tentunya ke arah berteman saja atau bahkan lebih serius. Memang saya juga sering meminta IG agar bisa terkoneksi lebih sering dengan matches, tujuannya ingin lebih tahu gambaran social media mereka dan bisa berinteraksi online lebih sering. Cuma sejujurnya, saya prefer interaksi secara offline seperti meetup.

Dari pengalaman tersebut saya melihat bahwa wanita Indonesia sangat terbuka dengan aplikasi matchmaking dan dating. Kebanyakan sudah mau berteman secara online serta bertemu secara offline.

Connect with me on LinkedIn or Facebook

--

--