CV yang Baik dari Sudut Pandang Seorang HR

Muhammad Naufal Andika Natsir Putra
DOT Intern
Published in
4 min readSep 4, 2020
Photo by Lukas from Pexels

Pada awal bulan September 2020, saya menyelesaikan program magang saya di DOT Indonesia. Sebagai peserta magang, kami disediakan suatu sesi bernama “Sesi Mendengar”. Sebuah sesi dimana peserta magang dapat bercerita apapun itu kepada Mas Tofin, mentor magang yang juga seorang HR di DOT Indonesia.

Karena saya tidak memiliki sesuatu yang spesial untuk di ceritakan, maka saya memutuskan menggunakan kesempatan itu untuk meminta masukan tentang CV terakhir saya. Saya yakin CV yang saya buat tidak lah jelek, malah cenderung bagus. Namun ternyata saya melakukan banyak kesalahan dalam membuat CV saya.

Dan sebelum masuk lebih dalam ke poin-poin salah dan benar nya sebuah CV, perlu digaris bawahi bahwa poin-poin dibawah merupakan hasil diskusi dan pendapat pribadi yang didapatkan dari pengalaman Mas Tofin sebagai seorang HR.

CV Terakhir yang Saya Buat

Sebagai konteks, foto diatas adalah CV yang saya bangga-banggakan (yang ternyata punya banyak kekurangan), dengan bagian putih kosong merupakan list yang saya hilangkan. Setidak nya kalian tetap dapat melihat poin yang ada dan kekurangan pada CV saya tanpa melihat seluruh riwayat hidup saya. Berikut adalah poin kesalahan yang ditekan kan oleh Mas Tofin kepada saya.

1. Riwayat Pekerjaan nya Mana ?

Menurut Mas Tofin, riwayat pekerjaan merupakan salah satu hal yang paling di cari oleh HR. Riwayat pekerjaan merupakan suatu nilai jual seorang pelamar. Jika perusahaan tempat ia pernah bekerja merupakan perusahaan yang memiliki image yang baik, maka tentu saja HR akan lebih yakin dengan pelamar tersebut. Juga dengan ada nya riwayat pekerjaan, seorang HR dapat melakukan cross-check tentang informasi pelamar selama bekerja di perusahaan tersebut.

2. Susun Hirarki Konten dengan Baik!

Selain riwayat pekerjaan, hal yang dicari oleh seorang HR ketika menilai suatu CV adalah skill dan portofolio. Skill dan portofolio menjadi penting bagi HR karena dengan itu seorang HR dapat menilai apakah pelamar tersebut sesuai atau tidak dengan kriteria yang sedang dibutuhkan.

Karena orang Indonesia terbiasa membaca dari kiri atas ke kanan bawah, maka CV saya memiliki susunan hirarki konten yang kurang baik. Karena untuk menemukan skill dan portofolio saya, seorang HR perlu untuk membaca bagian Education, Achievement dan Organizational & Comittee Experience terlebih dahulu.

Menurut Mas Tofin, LinkedIn memiliki susunan hirarki yang konten yang baik. Tentunya LinkedIn pun telah melakukan riset terlebih dahulu dalam menyusun konten di bagian profil pengguna. Jadi kalian bisa mempertimbangkan untuk mengikuti LinkedIn dalam menyusun konten pada CV kalian.

3. Susun Skill yang Kamu Miliki dengan Sesuai

Pernah melihat sebuah CV dengan kolom skill yang isinya slide bar, angka, bintang, atau simbol lain nya ? Dari artikel yang saya baca, podcast yang saya dengar, pengalaman yang diceritakan kepada saya, hal tersebut bukanlah cara terbaik dalam mendeskripsikan sebuah skill. Karena dengan hanya sebuah simbol, seorang HR tidak akan bisa menilai skill yang kamu miliki dengan baik. Skill bernilai 9 / 10 yang ada di pikiranmu pun belum tentu sama dengan apa yang ada di pikiran seorang HR.

Namun ternyata, slide bar, bintang atau simbol lainnya menurut Mas Tofin tetap berguna. Bukan untuk mendeskripsikan seberapa jago nya pelamar pada skill yang ia sebutkan, melainkan untuk mengetahui perbandingan antara skill yang satu dengan skill yang lain. Hal ini pun bisa dilakukan dengan mengurutkan skill yang kalian tulis.

Pada CV saya, saya mengurutkan skill yang saya punya dari yang paling sederhana atau yang saya sekedar bisa, ke yang paling saya mengerti atau jago. Nah ternyata menurut Mas Tofin, ketika ia sedang mencari PHP Developer, dan membaca kolom skill saya yang paling atas adalah Java & C++, maka Mas Tofin sudah memiliki presepsi bahwa saya tidak terlalu cocok dengan posisi yang dicari. Padahal saya mengurutkan skill tersebut dari yang saya sekedar bisa ke yang paling bisa, zonk.

Jadi urutkan skill yang kalian miliki berdasarkan kemampuan kalian dan kebutuhan dari perusahaan yang kalian tuju. Atau kalian bisa memberikan slide bar, bintang atau simbol lain untuk menunjukkan perbandingan skill yang kalian punya.

4. Sertakan Sertifikat yang Kamu Punya

Sertifikat merupakan salah satu cara yang baik dalam mendeskripsikan skill yang kalian miliki, apalagi jika sertifikat tersebut di keluarkan oleh lembaga yang kredibel. Menurut Mas Tofin, kalian bisa menyertakan sertifikat tersebut pada kolom khusus untuk sertifikat, atau menyebutkan nya pada deskripsi skill yang kalian miliki jika semua skill memiliki sertifikat nya masing-masing. Dan jangan lupa untuk memastikan agar semua sertifikat yang kalian sertakan masih berlaku dan sesuai dengan skill kalian ya.

5. Pengalaman Boleh Ditulis, Tapi Ga Perlu Semuanya Kok

Memiliki banyak pengalaman yang menunjang memang sangat baik untuk disertakan di dalam CV, namun tidak perlu disertakan semuanya. Jika kalian menulis semua pengalaman yang kalian miliki, mungkin HR akan menilai kalian sebagai seorang yang aktif berorganisasi, namun mereka akan kesulitan untuk mencari mana pengalaman yang benar-benar cocok dan sesuai dengan apa yang mereka cari. Ingat, HR tidak memiliki waktu yang banyak untuk mereview CV kalian.

Maka dari itu lebih baik kalian hanya menyertakan pengalaman yang sesuai dengan posisi dan perusahaan yang kalian incar. Kalau menurut Mas Tofin, “Punya banyak pengalaman itu baik, supaya banyak pilihan untuk dimasukkan ke dalam CV.” Ingat Mas Tofin berpendapat bahwa banyak pengalaman = banyak pilihan, bukan banyak yang di tulis di CV.

Nah itu dia hasil dari diskusi ku dengan Mas Tofin di sebuah pagi yang cerah. Jika kalian merasa artikel ini bermanfaat bagi kalian, jangan lupa untuk berterimakasih kepada Mas Tofin yang telah berbagi ilmu nya. Sampaikan terimakasih kalian melalui DM Instagram atau LinkedIn ya! Dan jika kalian ingin belajar lebih tentang CV, Thirty Days of Lunch memiliki episode yang menarik nih dengan bintang tamu Samuel Ray, go check their podcast di link ini!

--

--