UI/UX Case Study: Desain Aplikasi Ngajiew (Ngaji in Everywhere) menggunakan metode Double Diamond

Reynald Daffa Pahlevi
DOT Intern
Published in
8 min readSep 2, 2020
Ngajiew (Ngaji in Everywhere)

Assalamualaikum semua nya, kali ini aku akan memberikan pengalaman ku dalam menggunakan pendekatan Design Thinking. Karena ini blog pertama ku, jadi mohon maaf jika ada kesalahan kata-kata yang tidak tepat di dalam penulisannya yaa :)

Pendahuluan

Di zaman yang serba cepat dan simple seperti sekarang bukan hal yang sulit untuk kita yang memiliki kesibukan untuk belajar dimana saja, khususnya belajar agama (sesuai dengan agama nya masing masing ). Kesibukan dari segudang aktivitas dijadikan sebuah alasan bagi beberapa orang untuk meninggalkan belajar agama. Maka dari itu dibutuhkan sebuah layanan yang dapat memberikan kita untuk belajar agama kapan saja dan dimana saja. Untuk itu aku tergerak untuk membuat sebuah case study tentang bagaimana kita yang memiliki segudang aktivitas namun tetap bisa untuk belajar agama dengan mengikuti kajian, baik secara live maupun beberapa rekaman kajian yang sudah ada sebelumnya.

Langsung aja ya daripada kelamaan, aku akan nunjukin gimana sih aku melakukan case study ini.

Metode yang digunakan dalam menangani case study aku ini adalah metode Double Diamond. Terus apa sih metode Double Diamond itu? Double Diamond adalah metode yang merupakan sebuah metode design process yang dikembangkan oleh British Design Council yang berdasarkan pada siklus divergen dan konvergensi. Output yang dihasilkan dari metode ini adalah sebuah rancangan desain prototype dari aplikasi yang nantinya mungkin dapat bisa diimplementasikan (insha allah). Pada proses nya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu Discover, Define, Develop dan Deliver.

Metode Double Diamond
Metode Double Diamonds
  1. Discover: tahap pertama yang dilakukan dalam metode ini adalah mengumpulkan semua informasi yang dapat menjawab semua kebutuhan yang diperlukan untuk mencari sudut pandang yang memiliki nilai lebih.
  2. Define: tahap selanjutnya membahas semua informasi yang telah dikumpulkan pada tahap discover yang nantinya akan ditentukan dan dijadikan sebuah permasalahan yang akan dicarikan solusinya.
  3. Develop: tahap selanjutnya adalah tahap untuk menemukan solusi-solusi yang tepat untuk permasalahan yang didapatkan pada tahap define.
  4. Deliver: lalu pada tahap terakhir adalah adalah tahap pembuatan dan pengujian dari solusi yang telah didapatkan dari tahap develop. Tahap ini berlangsung secara iterasi atau berulang hingga dirasa solusi yang telah dibuat sudah sesuai.

1. Discover

Tahap pertama yang aku lakukan adalah melakukan riset kepada seorang pengguna, siapa sih pengguna yang dimaksud disini? Pengguna yang aku maksud disini adalah beberapa teman dan kerabat dekat ku. Cara meriset yang aku lakukan dengan pengguna adalah menggunakan teknik wawancara langsung.

User Research

Saat melakukan wawancara ini, aku melibatkan 5 orang teman dan kerabat dekat ku yang beberapa kali suka mengikuti kajian, baik itu secara langsung maupun melalui video. Dari hasil wawancara ini aku ingin mengetahui apa saja hal yang menjadi point penting selama mengikuti kajian atau belajar agama. Nah berikut adalah point-point yang dari hasil wawancara:

  • Jadwal kajian serta tempat kajian tidak memiliki pengumuman yang benar dan jelas
  • Video live kajian membantu ketika kita berhalangan hadir atau kajian tersebut adanya di luar kota.
  • Ingin melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang belum pernah dibahas atau belum ada jawabannya.
  • Artikel atau E-book yang memiliki kapabilitas nya jelas dan baik

Persona

Dari hasil wawancara yang telah aku lakukan kepada 5 pengguna, aku mendapati beberapa informasi yang dapat aku buat user persona nya. User persona adalah seorang user yang memiliki karakteristik yang dapat mewakili beberapa pengguna dalam jumlah yang lebih besar.

Berikut adalah 3 user persona yang sudah dibuat dan beserta informasi yang berkaitan dengan orang yang telah diwawancarai:

User Persona

2. Define

The Problement statement

Tahap ini adalah tahap dimana kita harus mengambil satu masalah pokok yang diperoleh dari hasil wawancara. Setelahnya, kita harus menentukan bagaimana solusi yang tepat dan efisien untuk permasalahan yang akan kita selesaikan. Lalu masalah apa nih yang akan kita fokuskan untuk dicarikan solusinya? Masalah yang akan kita hadapi adalah:

“Pengguna yang memiliki aktivitas padat ingin menyempatkan waktu untuk belajar tentang agama dengan praktis, flexibel dan efisien serta mengetahui jadwal-jadwal kajian agar sewaktu-waktu dapat mengikuti secara langsung. Kajian yang disertakan (video atau artikel atau E-book) juga harus memiliki kapabilitas yang jelas, baik itu dari pembawa materi di kajian dan isi dari kajian tersebut”

How Might We

Akhirnya kita telah mendefinisikan masalah pokok dari case study ini, lalu selanjutnya kita akan melakukan pertanyaan How might we atau “bagaimana kita dapat”. Metode ini merupakan bagian dari Human-Centred Design yang dapat kita digunakan untuk mendapatkan solusi-solusi yang kreatif dari masalah pokok yang telah kita tentukan.

  1. Bagaimana mungkin kita membuat pengguna mengetahui jadwal dan informasi kajian dengan tepat?
  2. Bagaimana mungkin kita dapat menyediakan materi-materi dan ustad-ustad yang tepat dengan kapabilitas dan latar belakang yang sesuai?
  3. Bagaiamana mungkin kita dapat menyediakan video dan live streaming yang baik untuk pengguna?

Hypothesis

Selanjutnya kita dapat menyimpulkan hipotesis dari pertanyaan-pertanyaan diatas. Hipotesis yang kita buat adalah kita percaya bahwa memberikan informasi kajian dengan ustadz yang memiliki latar belakang yang terpercaya akan memudahkan pengguna untuk belajar dengan nyaman dan kami percaya bahwa dengan satu platform yang dapat menyediakan beberapa sumber, baik artikel, ebook, dan video dapat memudahkan pengguna untuk mencari tentang ilmu agama.

3. Develop

Ideation Solution

Melihat dari permasalahan yang telah didefinisikan, hampir seluruhnya sudah dapat teratasi oleh aplikasi media sosial, seperti Instagram, Youtube, dan Facebook.

Tetapi melihat dari fungsi dan tujuan utama dari aplikasi sosial media seperti Instagram dan Youtube adalah bukan sebagai wadah untuk memberikan kajian dan ilmu-ilmu agama, dikhawatirkan pengguna tidak fokus mengikuti kajian dan belajar ilmu agama dari aplikasi tersebut.

Untuk itu, ada beberapa solusi yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang telah didefinisikan sebelumnya:

  • Menampilkan tempat kajian beserta informasinya yang (jadwal, narasumber, dan tempat) terdekat dari lokasi pengguna saat menggunakan aplikasi
  • Memberikan layanan live streaming untuk beberapa ustad yang sudah terkenal
  • Memberikan video dan artikel dengan materi tentang ilmu-ilmu agama islam dari ustad-ustad yang memiliki latar belakang yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan
  • Membuat sebuah aplikasi yang nyaman untuk belajar, baik itu melalui video atau artikel bagi pengguna

Flows

Setelah kita mengetahui apa yang dapat menjadi solusi dari permasalahan di dalam case study ini, tahap selanjutnya adalah membuat sebuah flowchart. Apa sih flowchart itu? Flowchart adalah sebuah workflow dari sebuah aplikasi yang dapat memudahkan dalam membayangkan bagaimana aplikasi ini akan bekerja. Fungsinya adalah membuat sederhana workflow dari suatu proses atau prosedur yang dapat kita mudah pahami.

Flows Ngajiew

4. Deliver

Information Architecture

Akhirnya kita mencapai pada tahap terakhir yaitu tahap Deliver. Proses yang akan kita lakukan pertama kali di tahap terakhir ini adalah membuat sebuah Information Architecture. Apa sih Information Architecture itu? Adalah sebuah cara untuk mengelompokkan dan mengatur konten pada aplikasi kita, baik itu website atau sebuah aplikasi mobile dengan cara yang efektif. Tujuannya dari Information Architecture adalah mengatur konten sesuai dengan kelompoknya sehingga saat pengguna menggunakan aplikasi kita, mereka tidak kesusahan dalam mencari apa yang mereka butuhkan di dalam aplikasi kita.

Information Architecture Ngajiew

Low Fidelity

Setelah sekian proses yang panjang untuk menemukan solusi yang tepat dari permasalahan yang kita telah temui, akhirnya kita sampai pada tahap mendesain low fidelity. Pada proses ini kita akan membuat sebuah desain yang masih berantakan dan hanya memiliki warna antara hitam, putih atau abu-abu saja. Proses ini berguna untuk menguji apakah desain yang telah dibuat sudah tepat dengan solusi yang ditawarkan dan jika terdapat perubahan pada desain, kita tidak repot untuk membuat ulang desain tersebut.

Low Fidelity on Sketch

High Fidelity

Setelah proses low fidelity dirasa sudah tepat dengan solusi yang akan ditawarkan, maka kita akan lanjut ke proses High Fidelity. Proses ini adalah proses yang paling menyenangkan (menurut aku sih haha :p), karena pada proses ini kita memvisualisasikan desain yang ada pada proses low fidelity. Pada proses ini aku menggunakan software yang bernama Figma.

Welcome on Board Ngajiew

Homescreen — Awal masuk kita akan ditampilkan dengan tampilan home dari aplikasi. Pada homescreen ini aku menampilkan fitur fitur utama yang ada pada aplikasi ini, yaitu mengetahui kajian terdekat dan kajian hari ini yang berdasarkan pada lokasi gps terakhir kita berada.

Sumber & Detail Sumber — Ustad-ustad yang menjadi pemateri di dalam kajian, video dan artikel merupakan ustad-ustad yang memiliki latar belakang pendidikan yang dapat dipercaya sehingga materi yang diberikan insha allah sesuai dengan pemahaman ustadz yang mengambil dari al-quran dan hadist.

Jadwal Kajian — Fitur utama yang dihadirkan dari aplikasi ini adalah mengetahui jadwal kajian. Pada tampilan jadwal kajian, user dapat mengetahui jadwal kajian terdekat, jadwal kajian untuk hari ini berdasarkan dengan lokasi gps dan kajian yang menghadirkan Live Streaming. User dapat mengubah lokasi, bisa menggunakan fitur auto locate atau mencari kota tempat user berada. Selain itu, terdapat kolom pencarian yang memiliki rekomendasi seperti pemateri yang sering dicari dan kategori dari kajian. User juga bisa mencari lokasi tempat dari kajian yang sedang diadakan.

Video Kajian — Video kajian menampilkan video-video dari ustadz-ustadz yang sudah memiliki kapabilitas serta background pendidikan yang baik sehingga ilmu yang diberikan insha allah sesuai dengan al-quran dan sunnah. Selain hanya video rekaman, di video kajian user juga dapat menonton kajian yang menampilkan video live streaming.

Bacaan Islami — Selain video, terdapat bacaan / artikel islami yang juga bernarasumberkan dengan ustadz-ustadz yang sama. Pada kolom pencarian user diberikan rekomendasi bacaan yang paling banyak dicari oleh user. Bacaan ini memiliki kategori serta rekomendasi bacaan pilihan ketika user telah selesai membaca bacaan tersebut

Prototype

Untuk mengetahui prototype dari case study ini bisa dilihat di sini

Penutup

Proses yang kita lalui pun sudah cukup banyak dari mulai mengetahui definisi dari metode Double Diamonds dan tahap-tahapnya hingga pada tahap mendesain untuk hasil case study ini. Target dari blog ini adalah memberikan gambaran bahwasannya dalam dunia UI/UX tidak hanya sekedar mendesain dan memvisualisasikan desain menjadi sebuah aplikasi, tetapi terdapat urutan atau tahap yang kita lalui sehingga desain atau prototype yang dibuat sudah mendekati dengan apa yang dibutuhkan dan memberikan solusi.

Gak terasa akhirnya kita sampai di penghujung blog ini. Sejatinya sebagai manusia pastinya tempat nya salah dan memiliki ketidaksempurnaan, maka dari itu blog ini pun juga sama karena aku sendiri masih dalam proses berkembang ke arah yang lebih baik lagi. Komentar dan saran sangat berarti buat aku sebagai penulis, sehingga saat blog kedua, ketiga dan setelahnya bisa menjadi lebih baik lagi.

Terimakasih dan sampai jumpa, Wassalamualaikum.

--

--