Inovasi Teknologi untuk Restorasi Karang

Teknologi harus menjadi sahabat dalam penyelamatan lingkungan

Nur Kholik Kurniana Putra
Echolocation Blog
5 min readFeb 26, 2021

--

Photo by zhu xihua on Unsplash

Karang salah satu ekosistem penting di laut. Berkontribusi secara penuh untuk biodiversity, ocean health, dan supply pangan. Diartikel sebelumya telah membahas kondisi eksisting terumbu karang di Indonesia. Serta berbagai upaya untuk penyelamatan ekosistem dengan transplantasi karang.

Ditengah distrupsi teknologi saat ini, inovasi untuk penyelamatan karang terus dikembangkan. Dimulai dari bagaimana memaksimalkan material untuk transplantasi karang? Bagaimana penggunaan teknologi dalam menetapkan lokasi dan monitoring program? Hingga bagaimana integrasi antara teknologi dan masyarakat bisa memaksimalkan program transplantasi karang?

Oke, mari kita jawab setiap pertanyaan dengan 2 studi kasus teknologi yang sudah berkembang di UK dan USA.

Reef Cubes by Arc Marine

1. Overview

Arc Marine merupakan startup company yang berbasis di UK. Startup ini didirikan oleh dua orang profesional yang terkualifikasi sebagai HSE divers dan saat ini timnya sudah dilengkapi oleh marine scientist, oceanographers, dan engineers. Arc Marine baru saja menyelesaikan Katapult Ocean accelerator program dan meraih penghargaan di ajang tersebut.

Startup ini berfokus pada Restoring, Protecting, and Investing untuk ocean. Dua challange yang dihadapinya adalah investasi pada solusi yang berbasis nature agar mencapai target blue economy, dan melindungi serta merestorasi terumbu karang.

2. Problem

Eksploitasi sumberdaya laut kian meningkat. Eksploitasi yang unsustainable akan sangat mengancam ekosistem di laut. Terlebih aktivitas ini marak dilakukan di area terumbu karang yang cukup luas. Penyebabnya beragam, bisa dari aktivitas dreging, bottom trawling, penangkapan ikan dengan peledak, dan overfishing.

Project-project offshore maupun coastal area telah banyak menggunakan beton-beton berbahan CO2. Deployment ini sama dengan plastic di laut yang tidak menyumbang kebermanfaatan untuk marine habitat.

Disisi lain ekosistem pesisir seperti mangrove sangat rentan dengan dengan coastal erosion. Ditambah adanya issue sea level rise, semakin meningkatkan level keharusan kita untuk segera take action.

3. Innovation

Reef Cubes dikembangkan oleh arcMArine sebagai solusi yang ditawarkan dari problem diatas. ArcMarine mengklaim mereka bisa menyediakan design struktural yang ramah lingkungan. Terbuat dari campuran beton yang di klaim eco-friendly. Material Reef Cubes merupakan 100% recycled material dan mampu mengurangi 90% emisi karbon dibandingkan Portland Cement (CEMI).

Juvenile Kelp on Reef Cubes: Image taken from Plymouth Microscopy Centre. Source : https://arcmarine.co.uk/reef-cubes/

Bentuk Reef Cubes seperti lego yang dapat disusun bertumpuk sesuai dengan lahan. Dengan demikian struktur seperti ini memungkinkan skalabilitas formasi, densitas, dan kompleksitas keseluruhan calon ekosistem ini.

Reef cubes tersedia dalam ukuran 1m3, 0.5 m3, dan 0.25 m3. Ukuran tersebut berdasarkan riset dari arcMarine yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan instalasi laut, disamping menciptakan ekosistem baru.

Reef Cubes on 3D Model by Arc Marine

Ukuran tersebut dapat disusun dan disesuaikan utnuk kebutuhan proteksi kabel bawah laut disekitar offshore wind turbine, pipa bawah laut, proteksi oil rig, coastal defense, ecotourism, anti trawling terkhusus di area MPA (Marine Protected Area), dan strukturnya mampu bertahan lebih lama dibanding natural reef.

4. Impact

Poin utama mengapa reef cubes ini spesial, karena cubes ini membei banyak benefit untuk ekologi laut. Dari segi ekosistemnya, reef cubes mampu menjadi habitat dengan beragam species, menjadi food shelter, dan menjadi habitat untuk nursing/spawning berbagai spesies.

Dari sisi lingkungannya realted to kolom airnya, reef cubes mampu mengurangi emisi karbon, meningkatkan kualitas air, serta yang terpenting zero plastic. Dan dari sisi ekonomi reef cubes mampu meningkatkan stok ikan tangkapan.

Lebih jauh tentang reef cubes, rekan-rekan dapat mengunjungi halaman ini

Low Cost Coral Restoration by Plan a Million Coral (PAMCF)

1. Overview

PAMCF adalah startup teknologi berbasis lingkungan yang saat ini bergerak menyebarkan teknik khusus restorasi karang kepada masyarakat. Startup ini didirikan oleh Dr. David E. Vaughan, seorang peniliti perintis micro-fragmentation.

Dr. David dan team nya sering mengadakan pelatihan kepada staff dan komunitas masyarakat. PAMCF saat ini pada tahap seed funding dan telah banyak mengerjakan proyek restorasi terumbu karang.

2. Problem

Dari data yang dirilis Plan a Million Coral, menceritakan bahwa saat ini terumbu karang sedang sekarat dan banyak mengalami coral bleaching. Seperti kita ketahui, terumbu karang ini menjadi habitat utama dalam mendukung produktivitas perairan terutama untuk stok ikan tangkap dunia.

Selain itu, terumbu karang juga menjadi pelindung pantai dari gelombang. Tidak dipungkiri bahwa penyumbang ekonomi global dari ekosistem terumbu karang ini mencapai $ 30 miliar.

Dekade terakhir ini, banyak sekali stakeholder yang memiliki keinginan untuk restorasi terumbu karang. Namun, tidak banyak keinginan itu yang terwujud menjadi proyek nyata. Berbagai kendala muncul seperti biaya pembibitan, kurangnya pengetahuan dan teknologi, serta biaya untuk oprational dan konstruksi restorasi karang.

Pada akhirnya, apa yang terjadi? Yup, yang bisa melakukan restorasi terumbu karang hanya institusi dan perusahan besar saja.

3. Innovation

Inovasi yang dihadirkan PAMCF bertujuan utnuk mempecepat proses dan hasil restorasi terumbu karang secara global melalui banyak kanal. Sejauh yang telah dilakukan, PAMCF menhadirkan kanal melalui pendidikan, pelatihan, transfer teknologi, dan alatbaru untuk restorasi karang.

Salah satu alat yang diimplementasi dalam setiap programnya adalah CRUs (Coral Restoration Units). PMACF sadar bila ingin merubah dunia dalam waktu yang singkat namun berdampak, perlu kolaborasi banyak pihak.

Sehingga CRUs ini dikenalkan kepada masyarakat lokal melalui pendidikan dan dukungan teknis. Dengan demikian masyarkat dapat secara mandiri mengurus oprational dan bertanggungjawab dalam transplantasi karang.

Selanjutnya PAMCF tidak berhenti sampai disini, PAMCF turut serta melakukan pengawasan, evaluasi, dan monitoring di site-site yang sudah terdeploy CRUs.

Itulah inovasi dalam hal kolaboratif yang dilakukan PAMCF. Sekarang kita bahas tentang CRUs nya. Teknologi apa yang ada dibaliknya.

Teknologi yang di implementasi adalah micro-fragmentation. Micro-fragmentation merupakan teknik memecah coral menjadi coral berukuran lebih kecil dengan 1–5 polyps. Teknik ini mampu menstimulasi karang untuk tumbuh 25 hingga 50 kali lebih cepat dibanding kecepatan pertumbuhan normalnya.

4. Impact

Teknik micro-fragmentation mampu membuat karang tumbuh 25–50 %. Dengan demikian, setelah ditanam di terumbu yang rusak maka ekosistem akan lebih cepat pulih dibandingkan secara alami. Perubahan dan dampak ini bisa diukur dalam tingkat pertumbuhan serta kelangsungan karang yang ditanam.

Berawal dari ide bagaimana cara memulihkan ekosistem terumbu karang hingga penggunaan teknologi micro-fragmentation dan teknik pemberdayaan masyakat membawa PAMCF menjadi startup yang berkembang di bidang restorasi terumbu karang. Informasi lebih lanjut rekan-rekan bisa mengaksesnya pada halaman ini

Wrap up

Demikianlah rekan-rekan 2 inovasi yang dikembangkan startup teknologi bidang lingkungan. Semoga bisa memberikan ide tambahan, insight, ataupun motivasi rekan-rekan yang sedang belajar, berkarya, ataupun berjuang dalam penyelamatan lingkungan laut khususnya terumbu karang.

Jangan lupa follow media sosial echolocation dan dengerin podcastnya ya!

Pod 4. Ada Apa dengan Terumbu Karang Kita? by echolocation.id

Sekian, dan see you di artikel berikutnya !

Cheers,

Kholik

--

--