Offshore Kelp Farming

Melihat Bagaimana Kelp Farming menjadi Kelp Forest yang Menguntungkan bagi Bisnis dan Lingkungan

Nur Kholik Kurniana Putra
Echolocation Blog
5 min readMar 6, 2021

--

Remote south american kelp forests surveyed for first time since 1973 Credit: Enric Sala/National Geographic

Familiar denga Kelpo di animasi Spongebob? Yup, itulah kelp olahan yang sudah dikemas dan menjadi sereal siap santap.

Dalam film-film underwater bergenre sci-fi seringkali ditemui scene yang menunjukan keberadaan kelp forest. Ciri yang sangat mencolok adalah kenampakan yang tinggi, rapat, dan banyak dihuni ikan-ikan yang berlindung di dalamnya.

Kurang lebih film dan animasi itu sudah menggambarkan kelp yang sebenarnya. Jadi kelp itu apa ya? sejenis tumbuhan? seagrass? atau seaweed?

Apa itu Kelp?

Kelp adalah rumput laut degan tingkat perumbuhan yang sangat cepat. Kecepatan pertumbuhan mencapai 0.5 meter per hari dan mampu mencapai tinggi 30–80 meter. Kelp memiliki kemampuan untuk menarik lebih banyak CO2 daripada hutan darat, sekaligus meningkatkan keanekaragaman hayati laut.

Bila dilihat dari tampilannya, sekilas kelp seperti tanaman pada umumnya yang memiliki akar, batang, daun, dan buah. Namun, ternyata kelp ini adalah heterokont. Yakni sekelompok alga multiseluler yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Biasanya satu individu seaweed disebut dengan thallus. Pada thalus ini kadang tumbuh struktur mirip daun yang disebut dengan blades. Sedangkan bagian yang mirip struktur akar disebut dengan holdfast.

An aquacultural revolution is on its way by Flip Nicklin/Plainpicture

Menurut klasifikasinya, kelp menjadi bagian dari ordo Laminariales yakni rumput laut/alga berwarna coklat dan berukuran besar. Kelp tumbuh di lautan yang dangkal dengan karakteristik air yang kaya nutrisi dan bersuhu 6–14 derajat celcius.

Bila kelp berkumpul dalam satu area dan memiliki densitas tinggi maka bisa disebut dengan kelp forest. Kelp forest mampu meningkatkan produktifitas, keanekaragaman hayati, dan fungsi ekologis.

Dikutip dari penelitian Christie et al, 2003 menyebutkan bahwa dalam 1 meter persegi pada area kelp forest, ditemukan 100.000 hewan invertebrata dan mereka mampu berkembang dengan baik. Sedangkan hewan strata konsumen diatasnya seperti bulu babi dan ikan ditemukan lebih jarang.

Lalu apakah kita mampu memanfaatkan kelp forest ini?

Off-Shore Kelp Farming by Kelp Blue

1. Overview

Kelp Blue adalah perusahaan offshore kelp cultivation. Saat ini berada pada seri A dan tengah mengembangkan kelp forest di Namibia. Kelp Blue didirikan oleh Daniel Hooft, seorang offshore engineer berpengalaman lebih dari 20 tahun di Royal Dutch Shell.

Saat ini Kelp Blue memanen seaweed sepanjang tahun untuk menghasilkan agri-food dan bio-stimulan yang berkelanjutan. Ini merupakan langkah yang dipandang tepat untuk mengganti pupuk kimia dan suplemen non-organik yang telah merusak lingkungan.

Kelp Blue berkolaborasi dengan masyarakat setempat untuk mewujudkan cita-citanya. Salah satu komitmen yang disampaikan yaitu memastikan masyarakat pesisir mendapatkan keuntungan dari peluang kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.

2. Problem

Lautan memang mendatangkan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Namun, di balik itu pengelolaan yang tidak bijak dapat mendatangkan masalah yang serius.

Kelp Blue hadir untuk mengatasi masalah. Diantaranya adalah berkurangnya marine biodiversity, berlebihnya CO2 di atmosfer, acidification, penuruan stok ikan, dan perubahan iklim yang berdampak kepada masyarakat pesisir. Serta mengurangi dampak negatif dari kegiatan agriculture di darat.

Budidaya seaweed telah berjalan sejak lama. Namun limitasi yang dihadapi berupa skalabilitas dan ketersediaan nutrisi alami. Faktor ketersediaan nutrisi ini berkaitan dengan musim dan pola arus laut yang membawa nutrient. Ketergantungan pada daerah pantai atau teluk juga semakin menyulitkan untuk membuka budidaya. Apalagi harus tetap sustainable dari segi bisnis dan lingkungannya.

Tantangan dan fokus area Kelp Blue mencakup investasi pada solusi berbasis lingkungan dan restorative aquaculture. Fokus tersebut mendukung gerakan menuju blue economy dengan memanfaatkan resources dari lautan. Tantangan ini dijawab dengan baik oleh Kelp Blue dengan mengembangkan teknologi offshore engineering untuk kelp cultivation. Serta teknologi post processing yang efektif dan ramah lingkungan.

Kelp Blue — Namibia 2029 Vision by Kelp Blue

3. Innovation

Offshore engineering menjadi dasar pengembangan inovasi Kelp Blue. Memanfaatkan ruang laut di Namibia untuk mengembangkan area kelp cultivation.

Budidaya seaweed Kelp Blue dilakukan dalam skala besar. Species kelp yang dipilih yakni species yang kanopinya dapat dipanen hingga 4 kali dalam setahun. Pemilihan lokasi didasarkan pada konsistensi ketersediaan nutrient di laut. Sehingga budidaya tidak berlangsung secara musiman, melainkan dapat dilakukan sepanjang tahun.

Monitoring dari segi kualitas air dan kualitas seaweed dilakukan secara rutin. Ini menjadi bagian dari komitmen untuk memberikan data-data yang lengkap dan transparant terhadap aktivitas cultivation di area offshore.

Post processing setelah budidaya dilakukan dengan teknologi terkini. Semua produk yang di pasarkan oleh Kelp Blue diproses dengan tanpa menggunakan fresh water dan tanpa pertisida. Pipeline produksi dimulai dari panen, pengeringan, hingga diversifikasi produk.

Produk-produk yang diluncurkan berupa agri-feed suplement, bio-stimulant, fresh and dried kelp, serta fiber selulosa yang dapat berupa kain fiber untuk tekstil. Masing-masing produk diklaim 100% organic tanpa menggunakan pestisida dan bahan pengawet.

4. Impact

Dampak yang dirasakan dari offshore kelp cultivation dapat diukur dari karakteristik lingkungan di sekitarnya. Kelp Blue pun memfasilitasi pemantauan lingkungan berupa monitoring parameter suhu, pH, salinitas, nutrisi, dan pola arus di sekitar area cultivation.

Pemantauan lingkungan berlanjut degan melihat distribusi dan trend kenaikan bentos, pelagis, dan organisme lain di sekitar area cultivation. Ini berdampak langsung bagi masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan. Masyarakat non-nelayan pun dapat turut serta dalam proses produksi hingga distribusinya.

Dari informasi ini, mungkinkah Indonesia memiliki kelp cultivation serupa? Bagimana menurut rekan-rekan?

Selain itu, dengan adanya kelp forest ini tentu menyumbang dalam penyerapan karbondioksida dari atmosfer dan kolom perairan. Untuk mengukur dampak pada pengurangan CO2, Kelp Blue bekerja sama dengan pihak ketiga untuk memonitor dan mengembangkan skema blue carbon yang tervalidasi untuk masa mendatang.

Wrap Up

Ini adalah salah satu start up yang berani memulai dengan cara dan metode yang berbeda. Perkembangan teknologi dan keterbukaan informasi, semakin memudahkan kita untuk mencari ide, gagasan, inovasi, dan jalan untuk berkarya dan menyelamatkan lingkungan kita.

Kelp forest bisa menjadi alternatif bagi pengurangan karbon dioksida yang semakin hari semakin meningkat. Tinggal bagaimana mindset kita untuk membuat resources yang ada sekarang dapat diamnfaatkan secara maksimal, tetap sustainable, dan eco-friendly.

Meniru behavior dari alam dan mengaplikasikanya untuk kemudahan dan keuntungan sudah lama dilakukan. Tapi meniru behavior dari alam untuk memulihkan dari apa yang sudah kita rusak masih sangat jarang dilakukan.

Apakah rekan-rekan siap menjadi agen pembaharunya?

Pod 5 Strategi OECM untuk Konservasi Laut Indonesia by echolocation.id

Nantikan artikel berikutnya! Dan jangan lupa dengarkan podcast echolocation untuk menambah khazanah dan membuka ruang diskusi demi kemajuan kemaritiman Indonesia.

Cheers,

Kholik

--

--